Gara, cowok dengan semangat ugal-ugalan, jatuh cinta mati pada Anya. Sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan. Dengan segala cara konyol, mulai dari memanjat atap hingga menabrak tiang lampu, Gara berusaha mendapatkan hati pujaannya.
Tetapi setiap upayanya selalu berakhir dengan kegagalan yang kocak. Ketika saingan cintanya semakin kuat, Gara pun semakin nekat, bahkan terlibat dalam taruhan konyol.
Bagaimana kekocakan Gara dalam mengejar cinta dan menyingkirkan saingan cintanya? Akankah Gara mendapatkan pujaan hatinya? Saksikan kisah cinta ugal-ugalan yang penuh tawa, kejutan, dan kekonyolan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Mission Fails
Melihat Yoyok berlari pontang-panting dikeroyok lebah, dan Gara yang berusaha menolong sambil tertawa, membuat Dion semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Rasa curiga itu makin menguat. Kenapa mereka berdua berada di sekitar sini, di saat yang sangat kebetulan? Apalagi dengan hadiah yang tiba-tiba berubah menjadi barang-barang konyol?
Dion kemudian menoleh ke arah Anya, yang sedang memperhatikan keributan itu dengan tatapan bingung. “Gue yakin ini ada hubungannya sama Gara,” pikir Dion, mulai merasa bahwa sabotase ini bukan sekadar kebetulan.
Dion mendekati Anya, yang masih tampak kebingungan. Ia mencoba untuk tetap tenang meski di dalam hatinya ia mulai merasa kesal. “Tunggu di sini sebentar, ya,” ucap Dion sambil tersenyum tipis ke arah Anya, sebelum berjalan mendekati Gara dan Yoyok yang masih berusaha mengatasi serangan lebah.
“Gara!” panggil Dion tegas, membuat Gara yang sedang sibuk menahan tawa mendadak terdiam. Ia menoleh dengan cepat, menyadari bahwa Dion sedang berjalan ke arahnya dengan tatapan penuh kecurigaan.
“Eh, Dion! Eh, ada apa, Bro?” Gara mencoba bersikap santai, meski jelas terlihat ia gugup.
Dion berhenti di depan Gara, menatapnya tajam. “Lo lagi ngapain di sini? Dan kenapa gue dapet bunga plastik sama permen karet yang udah nggak jelas dari mana asalnya?”
Gara langsung canggung, sambil berusaha mencari alasan yang masuk akal. “Eh... gue cuma lewat, bro... lagi nyariin Yoyok, dia tadi bilang mau bantu gue ... ee ... ambil sesuatu. Bukan urusan besar, kok!” jawabnya terbata-bata.
Dion tetap tidak percaya, tatapannya masih penuh curiga. Sementara Yoyok, yang sekarang sudah berhasil melepaskan diri dari kawanan lebah, hanya bisa berdiri sambil menggaruk-garuk lehernya yang mulai bengkak. Melihat situasi ini, Yoyok mencoba menambahkan, “Iya, bro. Kita kebetulan aja lewat sini ... ya, nyari ... udara segar. Hahaha.” Tapi tawanya terdengar jelas dipaksakan.
Dion mengangguk pelan, meski dalam hati ia tahu ada yang aneh. Namun ia memutuskan untuk tidak langsung menuduh, setidaknya belum. “Baiklah, Gara. Tapi ingat, gue awasin lo.” Dion kemudian berbalik, kembali ke arah Anya, sambil merasa bahwa sabotase ini pasti ulah Gara dan Yoyok.
Gara menghela napas lega begitu Dion menjauh, tapi dalam hatinya, ia tahu bahwa Dion tidak sepenuhnya percaya pada alibinya. Yoyok yang masih sibuk mengusap bengkaknya, melirik Gara. “Gue bilang juga apa, rencana gue pasti sukses. Cuma lebah aja yang bikin kacau.”
Gara hanya bisa tersenyum kecut, sambil menatap Dion dan Anya dari kejauhan. Sabotase mereka mungkin berhasil, tapi curiga Dion tampaknya akan jadi masalah baru.
***
Gara dan Yoyok kembali ke warung kopi Mas Jon setelah mampir ke klinik untuk mengobati Yoyok yang terkena sengatan lebah. Yoyok tampak lesu dengan perban melilit di beberapa tempat, sementara Gara tampak jauh lebih segar. Saat mereka duduk, Darto dan Mas Jon yang melihat kondisi Yoyok langsung terheran-heran.
“Lah, Yoyok, kok kayak habis perang, sih?” tanya Darto sambil mengangkat alis. "Gara kenapa aman-aman aja?"
Yoyok hanya mengeluh, "Misi sabotase kita sukses, tapi gue yang kena batunya! Cuma gue doang yang dikejar lebah. Gara malah ketawa di semak-semak sambil nonton!"
Gara hanya bisa menahan tawa kecil, berusaha tak terlihat terlalu senang. “Eh, itu bukan salah gue, bro. Mungkin lebahnya lebih suka bau keringet lo.”
Darto langsung ngakak, sementara Mas Jon menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum. “Jadi, misi sabotase lo sukses? Tapi malah lo yang jadi korban, Yok?” tanya Mas Jon, menahan tawa.
Yoyok mengangguk lesu. “Iya, Mas. Bunga dan coklat Dion udah kita ganti. Dion malah nyangka Gara cuma lewat. Tapi, tiba-tiba ada lebah nyerang gue. Mana cuma gue doang yang diserbu! Si Gara aman-aman aja.”
Darto, yang sudah hampir tak bisa menahan tawa lagi, langsung menimpali, “Tuh, 'kan! Gue udah bilang ide lo pasti konyol, Yoyok. Gara aman, lo yang sengsara. Kapan sih, lo bakal kapok?”
“Ini bukannya misi sabotase, malah jadi misi ‘lebah-sebatase’,” celetuk Mas Jon sambil tertawa. “Eh, Yoyok, bener nggak lebah-lebah itu pada tau lo yang paling konyol di antara kalian berdua?”
Semua orang di warung kopi itu tertawa terbahak-bahak, sementara Yoyok hanya bisa memelas. “Hadeh, gue kapok deh, kalau gitu. Gara, lain kali lo yang kena giliran lebah!” ujar Yoyok sambil melirik Gara.
Gara hanya terkekeh sambil mengangkat cangkir kopinya, “Ya, siapa cepat dia selamat, Bro!”
Suasana warung kopi Mas Jon kembali riuh dengan tawa, ledekan, dan canda, terutama setelah mendengar kisah tragis Yoyok yang berakhir diserbu lebah.
***
Masih dalam misi menyingkirkan Dion, langkah selanjutnya, Gara memutuskan untuk membuat Dion terlihat bodoh saat dia bermain basket di depan Anya. dari balik pagar, Gara dan Yoyok mengamati sekeliling lapangan basket. Merasa situasi saat ini aman, Yoyok, dengan senyuman liciknya, menyelinap ke lapangan basket kampus dan mengoleskan "minyak pelicin" di salah satu area lapangan yang sering Dion gunakan. Idenya adalah membuat Dion tergelincir saat bermain basket dan jatuh di depan Anya. Sedangkan Gara memantau kondisi di sekitar, memastikan tidak ada yang melihat aksi Yoyok.
“Kita lihat gimana Dion bakal jatuh dan encok,” gumam Yoyok dengan senyum puas, setelah selesai mengoleskan minyak pelicin di salah satu bagian lapangan basket kampus. Dia menepuk-nepuk tangannya yang sedikit berminyak, lalu bersembunyi kembali di balik pagar bersama Gara. Mereka memilih bersembunyi di balik pagar, menjauhi semak-semak karena Yoyok masih trauma gara-gara di gigit lebah tempo hari.
Gara menatap Yoyok dengan sedikit ragu. “Yakin ini bakal berhasil, Yok? Gue gak mau Anya malah jadi terkesan sama Dion kalo dia jatuh tapi bisa salto keren.”
Yoyok hanya tertawa kecil, “Percaya deh, kali ini pasti sukses. Dion gak bakal salto, yang ada dia bakal jatuh kayak karung beras, dan Anya bakal jijik sama dia!”
Mereka berdua menunggu dengan penuh harap, menanti momen sempurna ketika Dion mulai bermain di area lapangan yang sudah dipersiapkan dengan minyak licin itu.
Ketika waktu bermain tiba, Gara dan Yoyok lagi-lagi bersembunyi di balik pagar lapangan, menunggu momen sempurna. Dion mulai bermain, dan Anya duduk di bangku penonton. Semuanya tampak berjalan lancar, sampai Dion melakukan dribble cepat menuju bagian lapangan yang telah diolesi minyak oleh Yoyok.
Seperti yang direncanakan, Dion tergelincir. Tapi, bukannya jatuh dengan cara yang konyol, Dion justru melakukan gerakan salto tak terduga dan ... berhasil menjaga keseimbangannya! Anya yang menyaksikan malah bertepuk tangan kagum.
"Wow, Dion! Gerakan kamu keren banget!" seru Anya dari bangku penonton, membuat Gara hampir menelan tanah karena gagal lagi.
Yoyok menggaruk kepala. "Gue nggak ngerti, Gar. Itu harusnya bikin dia jatuh jungkir balik!"
Gara mulai merasa frustrasi. "Kenapa malah jadi makin keren? Ini nggak masuk akal!"
Dion menyipitkan matanya, menyapu pandang ke sekeliling lapangan basket, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lantai lapangan yang tadi hampir membuatnya jatuh terasa aneh, licin, dan jelas bukan karena air atau keringat biasa. Dia menghela napas, merasa lega karena berhasil melakukan salto refleks yang justru membuatnya terlihat keren di depan Anya dan penonton lainnya.
“Untung refleks gue bagus,” gumam Dion dengan senyum tipis. Dia melirik ke arah Anya yang tersenyum kagum, lalu kembali memeriksa lantai dengan curiga. "Ini pasti ulah seseorang," batinnya. Dion semakin yakin ada yang sengaja ingin menjatuhkan dan mempermalukan dia di depan umum.
Ia mulai menebak-nebak siapa dalang di balik kejadian ini, dan ingatannya langsung melayang ke satu nama : Gara. "Kayaknya gue tau siapa pelakunya ..." Dion bergumam lagi, menajamkan pandangannya ke arah semak-semak di dekat lapangan tempat ia merasa ada yang memperhatikannya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Ditunggu launching novel terbarunya ya smg sehat sll dan sukses sll dan semangat sll terus berkarya.....