Terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan bahkan tanpa kekurangan adalah impian dari seluruh anak yang ada di dunia, sebuah keberuntungan yang didapatkan 5 anak kembar keluarga Jiang.
Keluarganya merupakan pemilik perusahaan besar yang bergerak dalam industri perumahan dan juga perdagangan secara global. Memiliki koneksi dengan beberapa perusahaan besar dan beberapa negara mambuat perusahaan tersebut sangat maju.
Tapi dibalik segala kejayaan perusahaan keluarga Jiang tersebut, banyak rahasia kelam yang terselubung dibaliknya, perlahan satu-persatu rahasia tersebut mulai terkuak saat yang tertua dari Jiang Twins belajar mengambil alih perusahaan.
Sang tertua menelusuri perlahan segala celah rahasia lalu menceritakan semua informasi yang didapatinya kepada keempat kembarannya yang lain. Banyak kejutan-kejutan yang membuat mereka berlima hampir beberapa kali berpisah atau berpencar saat bersama-sama menguak berbagai rahasia tersebut.
tertarik dengan ceritanya? Yuk mampir!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweety Pearl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuju Taiwan.
❁ Happy Reading ❁
Saat fajar mulai menampakkan cahaya orange bercampur kuning di ufuk timur pesawat yang mereka naiki telah mendapat perizinan mendarat dan Shenyang saat ini sedang memutar pesawat untuk mencari landasan yang pas.
Pesawat mendarat dengan mulus dan langsung dibawa menuju ke Hanggar ditarik oleh mobil penarik pesawat, dan disinilah mereka saat ini berdiri berkumpul menunggu Zhaoyang selesai melakukan panggilan dengan kenalannya.
"Tebak kemungkinan terbesar kita untuk mati," Ucapan Qinling mendapat tatapan sinis dari mereka semua, Daxia yang geram langsung memukul bahunya.
"Goblok banget sih .... Belum juga kita kemana-mana lu udah ngomong begitu, lu dan Fangxi bisa make pistol sedangkan sisa dari kita hanya berpegangan dengan sedikit ilmu bela diri," Daxia memijit kepalanya pelan.
"Yakin aja kalau kita bakalan baik-baik aja, kalau kita yakin itu akan membuat kita bersemangat," Sahut Guotin, Fangxi mengangguk setujuu dengan ucapannya.
"Kabar baik, France akan segera datang kemari Fangxi .... Lu gak mungkin lupa dengan teman bule kita satu itu," Zhaoyang datang mendekat lalu mengulurkan ponselnya yang panggilan telponnya masih terhubung pada Fangxi.
"Hello France, gimana kabar lu?"
"Tidak pernah sebaik ini, gua bakalan sampai kesana dalam beberapa menit dengan teman-teman lama kita .... Bantuan akan selalu datang untuk orang baik,"
Fangxi tersenyum singkat mendengar hal tersebut lalu panggilan dimatikan sepihak dan ponsel dikembalikan ke Zhaoyang.
"Sekarang apa?" Tanya Wenhua.
"Sedikit kabar buruk, badai akan datang pagi ini kemungkinan perjalanan kita akan terganggu jika memaksa pergi saat badai baru tiba. Gua menyarankan untuk pergi sedikit siang untuk menunggu badai lewat dahulu," Shenyang datang membawa alat radar pemantau cuaca miliknya dan menunjukkan video dari sebuah awan badai yang datang mendekat.
"Kalau begitu gua akan bilang ke France untuk berpindah tempat pertemuan dan kita akan mencari penginapan sementara," Yang lain mengangguk mendengar ucapan Fangxi, langit yang awalnya terlihat cerah mulai tertutupi awan kelabu.
"Gimana kalau ke penginapan gua dulu? Gua punya penginapan tidak jauh dari sini dan kita bisa janjian ketemu sama France di sana," Tawar Zhaoyang menatap satu persatu dari mereka.
Sampai di penginapan yang tidak terlalu besar tersebut Zhaoyang langsung memerintahkan karyawannya untuk menyiapkan kamar dan membawa barang-barangnya ke kamar. Saat ini mereka berkumpul di ruang santai di kantor pribadi Zhaoyang.
"Jadi gua ini sebenanya benar-benar buntu tentang rencana yang terbaik karena semua yang terjadi sekarang sangat jauh dari dugaan .... Gua beneran gak nyangka bakalan begini, keluarga kita dipecah pisah. Gak pernah sedikitpun terbesit di pikiran gua hal ini bakalan terjadi," Fangxi mengacak kepalanya frustasi menyandarkan tubuhnya di sofa.
Mendengar celoteh panjang dari saudaranya tersebut Daxia langsung menghampiri dan duduk di sandaran tangan sofa tempat duduk Fangxi, tidak ada kata apapun yang diucapkannya hanya elusan tangannya mengelus perlahan kepala saudaranya tersebut.
"Jangan pernah menyalahkan diri lu sendiri, gua yakin lu pasti berpikir demikian Fangxi. Ini semua memang di luar dugaan tapi cobalah berpikir tenang, biarkan diri lu tenang sejenak dan ide atau rencana tersebut akan muncul dengan sendirinya," Guozi menimpali melihat bahu Fangxi yang naik turun tidak teratur.
"Saran gua hanya ini .... Selain saling menyakinkan kalian semua harus berani, siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Jangan terlalu banyak berpikiran hal negatif, gua yakin itu tidak mudah apalagi ini menyangkut orang tua kalian semua, tapi yakinkan diri kalian masing-masing dengan ucapan gua ini," Saran dari Zhaoyang mendapat lirikan datar dari Qinling, baginya hal itu akan percuma saja.
Perhatian mereka semua teralihkan saat pintu ruangan terbuka dan menampakkan figur jangkung dengan kulit tanned, Shenyang datang dengan pakaian atasnya setengah basah membawa beberapa kantung, "Don't looking at me with those eyes,"
Ucapan tersebut ditujukannya pada Daxia yang menatapnya sangat tajam, ditambah lagi matanya yang berwarna merah seperti batu Ruby membuat siapapun akan panik ditatap Daxia seolah mangsa dari seekor serigala.
Guotin merentangkan tangan sebelahnya menghalangi tatapan mata Daxia yang membuat Shenyang tidak nyaman tersebut, gadis itu sedikit berdecak lalu bangun sambil membenarkan posisi sebuah pistol yang ada di saku bajunya.
"France ada di depan, kita yang samperin ke sana atau suruh mereka kemari?" Shenyang melempar pandangan ke arah sepupunya Zhaoyang yang duduk santai menghisap putung rokok.
"Bawa saja mereka masuk kemari," Detik kemudian Shenyang meletakkan bawaannya di meja lalu keluar ruangan.
Karena posisi mereka saat ini berada di ruangan pribadi milik Zhaoyang jadi makanya dia bertanya terlebih dahulu dan tak terlalu lama menunggu terdengar langkah kaki dari luar, pintu terbuka dan Shenyang masuk bersama 5 orang lainnya.
Fangxi langsung bangkit menghampiri dengan senyuman yang terukir di wajahnya, memeluk pria berambut blonde dan mata berwarna hazel tersebut, "Makasih banyak buat selalu bersedia nolongin gua,"
"Udah ah kek sama siapa aja lu sampai pake terimakasih segala .... Kita rekan kerja sekaligus sahabat lama," France menepuk pundak Fangxi sambil tertawa.
Satu persatu dari mereka saling berkenalan dengan teman-temannya Fangxi, semuanya tersenyum menerima kedatangan mereka tapi tidak dengan Wenhua dan Daxia. Tatapan mata dan ekspresi datar keduanya sudah sangat menjelaskan bahwa ada rasa kecurigaan.
Menjelang siang badai telah berlalu dan saat ini hanya meninggalkan hujan yang tidak terlalu lebat, Guozi membantu adiknya memindahkan barang-barang ke bagasi sementara Jiayi sedang mengobrol dengan Daxia dan Guotin. Fangxi, Qinling, Changrui, dan France sedang mengecek persediaan senjata lalu sisanya mengecek keadan kendaraan untuk perjalanan nanti.
1 jam bersiap kini 4 mobil gladiator mengebut beriringan di jalan menuju ke kota Guanshan, dalam mobil yang digunakan FORDAMEN tidak banyak pembicaraan yang berlangsung, entah mengapa Daxia banyak diam tidak seperti biasanya. Padahal dalam 1 mobil tersebut diisi oleh saudaranya semua.
Wenhua sebenarnya tau dengan penyebab kenapa Daxia yang mendadak diam padahal biasanya adiknya itu akan banyak berceloteh, kecurigaan gadis itu pada France sempat diceritakan padanya.
"Jiayi lu kenapa dari tadi banyak diamnya sih?" Changrui mengelus rambut biru adiknya yang selama di penginapan juga banyak diam, gadis itu hanya menggeleng. Diamnya gadis itu mendapat keibaan dari France hingga pria itu mengulurkan cemilan padanya.
"Jika perasaan lu sedang tidak enak cobalah untuk menyemil sesuatu, mungkin itu bisa buat lu merasa lebih baik," Jiayi tersenyum menerima bungkus cemilan dari tangan France.
Mobil terdepan yang memimpin perjalanan adalah mobil yang dikemudikan oleh Zhaoyang membawa Qianfang dan Guozi, dalam radar cuacanya menangkap bahwa akan ada hujan deras yang akan datang, melalui ear-monitor dirinya mengabari pengemudi yang lain untuk mengurangi kecepatan dan tidak terlalu berjauhan.
Fangxi tidak dapat mendengar dengan jelas ucapan yang dikatakan karena sepertinya ear-monitor yang digunakannya sedikit rusak yang di dengarnya hanyalah kata "Tidak terlalu berjauhan,"
"Mungkin ada baiknya kecepatan mobil dikurangin aja deh .... Abis hujan gini gua khawatir kalau jalanan agak licin," Ucapan Qinling ada benarnya juga dan Fangxi menuruti mengurangi kecepatan.
5 mil perjalanan sudah berlalu dan saat ini mobil mereka akan memasuki jalan tol yang akan mempercepat sampai ke tujuan dan menyingkat waktu, setelah membayar tiket hujan yang dikatakan oleh Zhaoyang telah turun dengan sangat derasnya, saking derasnya sampai hampir menutupi kaca depan mobil sehingga sedikit menyulitkan untuk melihat jalanan.
Mobil FORDAMEN ketinggalan lumayan jauh di belakang tapi sebisanya Fangxi menambah kecepatan untuk menyusul, Guotin membantu sambil mengarahkan karena pandangan mata Fangxi yang sedikit minus.
Di tengah sibuknya Guotin mencari keberadaan mobil temannya yang lain, sebuah mobil Gladiator menyalip dari belakang dan dirinya menduga itu mungkin mobil yang dinaiki Jiayi dan Changrui.
"Itu kayaknya mobil Jiayi sama Changrui, ikutin aja mobil itu Fangxi," Mendengar arahan adiknya dengan secepatnya dirinya berusaha untuk menyusul.
Wenhua merasa tidak yakin dengan mobil yang diikuti karena seingatnya mobil mereka paling terakhir jalan dan bisa saja mobil yang diikutkan bukanlah mobil yang benar, tapi dirinya tetap berusaha berpikir positif kalau itu memang mobil yang benar.
Selama perjalanan mengikuti mobil tersebut berkali-kali Wenhua berdoa semoga itu mobil yang benar, dan saat mobil tersebut berbelok mengarah ke jalanan menurun ponsel Guotin tiba-tiba berdering. Jiayi menelponnya dan langsung saja Guotin menjawab panggilan tersebut.
"Mobil kalian kenapa mau ngarah keluar tol woi, kota Guanshan masih terlalu jauh,"
"Lah bukannya ini mobil kalian ya yang di depan kita?"
"Bukan Guotin, kita masih lurus cepat keluar dari jalan itu balik lagi ke jalan yang tadi,"
Fangxi yang mendengar suara panggilan tersebut langsung membanting setir masuk kembali ke jalan tol dan mengebut mencari mobil yang dinaiki France, beruntung mobil mereka ketinggalan tidak terlalu jauh.
"Lu jangan asal ngikutin mobil gladiator Fangxi, bisa jadi itu adalah salah satu musuh lu yang berencana untuk memisahkan lu lagi," Fangxi mengangguk mengerti mendengar ucapan France dan melajukan mobilnya untuk berada di depan.
❁ See You In The Next Part ❁