"Jangan salahkan takdir, terkadang jodoh itu datang di waktu yang kita tidak pernah duga sama sekali. -Darren
-----------------------------------------------------------------------
Kini ia harus menerima perjodohan itu, Darren Baron Alexi anak kedua dari keluarga zafano. Apalagi saat ia tahu siapa perempuan yang akan menikah dengannya nanti....?
By: manikutami.
Aku tidak peduli, ada ataupun tidak yang membaca novelku.- by author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Manikutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Tidak berapa lama mobil sedan putih memasuki kediaman tuan Zafano, di sana ia di sambut oleh pak Hamid dengan baik. Nenek Ayse sudah tahu akan hal itu, langsung saja berjalan keluar menyambut seseorang yang ditunggunya begitu hangat.
"Anakku, akhirnya kamu pulang juga." ujar nenek Ayse, mereka pun berpelukan. "cucuku di mana, kok tidak di ajak?" tanya nenek Ayse tidak mendapati kehadiran cucu dari anak keduanya.
"Ryan tidak mau datang, katanya pengen dirumah apa itu namanya... baca buku anak itu suka sekali baca buku..." tutur Merina.
"Kebiasaan dari kecil, anakmu itu sampai besar tidak lepas dengan buku." mengingat akan kesukaan Ryan sedikit persis dengan Darren .
"ngomong- ngomong, ibu semakin bertambahnya usia semakin muda saja." Nenek Ayse merasa dipuji hanya tertawa kecil, menepuk lengan anaknya.
"Kamu ini bisa aja, tua begini di bilang masih muda..." ujar nenek Ayse, "ya udah, mending kita masuk ngomong nya di dalam saja tidak enak di sini terus ." matanya menatap pada pak Hamid yang mendengar sedari tadi.
Mama Delia menyadari siapa yang datang ia bangun dari tempatnya, ekspresi wajahnya seketika menjadi masam. Ia begitu tidak suka akan kehadiran Merina kembali ke Indonesia, wanita yang sempat membuat rumah tangganya berantakan.
"Dek, lihat siapa yang datang...Merina." tutur nenek Ayse, membuat Merina mengukir senyuman dibibirnya. Entah itu senyuman tulus atau sebuah sindiran.
Mereka pun duduk di sofa, "Bagaimana dengan kabar perusahaan yang kamu jalani di jepang apa sudah ada perkembangan...?" tanya nenek Ayse basa basi.
"Bangkrut bu, aku tidak tahu harus menyusunnya seperti semula bagaimana..." Merina menghela nafasnya kasar, pikirannya kembali terusik.
"Kamu yang sabar, ibu akan memberitahukan kakakmu agar mau membantu perusahaan mu."
"Ibu bagaimana sih, bukan aku melarang suamiku untuk membantu Merina. Ibu lupa sama apa yang dia lakukan terhadap rumah tanggaku dan aku belum memaafkannya." Delia menentang keinginan nenek Ayse untuk membantu Merina mengembalikan perusahaannya kembali atas bantuan suaminya.
"Apa salahnya merina juga anak ibu, kamu tidak usah membantah." ujar nenek Ayse membuat Delia semakin kesal. memutuskan kembali ke dalam kamarnya, menceritakan semuanya pada suaminya. ia tidak mau diam terus menerus jika seperti ini.
.........
sore ini cuaca langit perpaduan begitu indah di pantai, keempat gadis itu sudah berjanji akan jalan - jalan menikmati suasana sunset.
Mereka duduk di hamparan tepi pantai, Sepoi angin menerpa rambut indah Anna yang panjang tergerai.
"Aku mau ke toilet, kalian diam di sini dulu." ujar Anna, bangun dari tempatnya.
mereka pun mengangguk.
"Jangan lama lama ya." ujar Alya membuat Anna mengacungkan jempolnya berlari menuju toilet umum.
Brukk...
seketika ditengah langkahnya terhenti, disaat dirinya tak sengaja berpapasan dengan seorang membuat tubuhnya terjatuh.
"Maaf - maaf, gue gak lihat... sini gue bantu" pria itu mengulurkan tangannya, seketika tatapan mata Anna terhipnotis dengan ketampanan pria dihadapannya.
"Dia, tampan banget...." gumam Anna masih di dengar pria itu yang tersenyum kecil.
Anna dengan ragu membalas uluran tangan pria itu, matanya masih saja menatap wajah tampan pria itu.
"Hai..." sapa nya melambaikan tangannya.
Pria itu kembali tertawa lirih.
"kenalkan gue Ryan." Ryan mengulurkan tangannya. "Btw nama lo siapa...?"
"Hai..." lagi lagi Anna hanya bisa berucap hai dengan tersenyum menatap pria dihadapannya ini.
Ryan kembali tertawa dibuatnya, menurutnya gadis dihadapannya ini sangat lucu. "Jadi nama lo hai...?" ujar Ryan.
"Bu-bukan, namaku Anna." membalas uluran tangan Ryan lalu ia membalikkan badannya membelakangi Ryan dan mencium bekas tangan Ryan tadinya. "harum banget, sama persis sama wajahnya tampan.. ini harus jadi milik gue." Anna bergumam dengan sendirinya membuat Ryan menautkan kedua alisnya merasa binggung dengan tingkah Anna.
"Anna!!!" teriakan ketiga temannya, Anna pun mengumpati kehadiran temannya yang menyusulnya.
"Ngapain mereka datang sih.." batin Anna merasa gagal untuk mendekati Ryan.
•
•
Jangan lupa like jempolnya dan dukung terus karya aku sekian terima kasih banyak🌼