NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Bab 33

-Singapura

Elen yang tengah rebahan santai di ranjang langsung melebarkan kedua kelopak matanya menatap pesan dari Rissa yang mengabarkan jika Putri, istri dari mantan suaminya sudah berpulang. Segera Elen membalas pesan dari Rissa untuk memastikan kebenarannya.

[Kamu tahu darimana, Ris? Infonya valid ngga?]_Elen

[Dari kak Bagas, mbak. Dia tadi dateng ke rumah nyariin kamu. Aku bilang mbak ke Singapura. Dia pikir mbak ke Singapura karena udah dengar kabar itu]_Rissa

Elen terdiam. Dia tertegun untuk beberapa saat masih dengan menggenggam ponselnya. Jadi, bener mbak Putri sakit keras? Ingatan Elen melayang pada percakapannya dengan Zaki, mantan suaminya beberapa tahun yang lalu.

Flashback on.

"Elen, aku nggak mau ceraiin kamu. Aku sayang banget sama kamu. Tapi aku harus melakukannya." Isak Zaki di depan Elen. Dia masih bersimpuh di depan Elen yang duduk di tepi tempat tidur.

"A-ku minta maaf, aku minta maaf nggak jujur sama kamu dari awal, aku minta maaf sayang." Imbuh pria itu amat menyesal.

Elen diam, dia masih shock dengan apa yang baru saja terjadi. Fakta-fakta dibalik pernikahannya dengan Zaki yang sama sekali tidak ia ketahui sebelumnya.

"Elen, ngomong. Jangan diemin aku sayang." Menatap Elen yang diam dengan pikiran kosong.

"Aku nggak tahu harus bilang apa, mas. Aku tahu dari awal pernikahan kita memang untuk mengadopsi Al, hanya saja aku tidak menyangka pernikahan ini tidak bertahan sampai satu tahun." Ucap Elen tersenyum getir, "Padahal aku udah bilang akan berusaha menjadi istri yang baik meskipun pernikahan kita tidak dilandasi cinta. Tapi..." Elen memejam, dadanya begitu terasa sesak. Seperti ada gumpalan besar yang membuatnya sesak.

"Tidak Elen. Kamu sudah menjadi istri yang baik selama ini. Kamu sudah melakukannya, kamu sudah menjadi istri yang baik buat aku selama ini. Kamu sudah melakukan yang terbaik, sayangg." Ucap Zaki buru-buru menenangkan kesedihan Perempun yang akan segera ia ceraikan, "Ini salahku, Elen. Ini salahku. Aku yang gak jujur dari awal sama kamu. Aku minta maaf, Elen. Aku minta maaf, sayang."

Elen menggeleng dengan linangan air mata, "Nggak, mas. Kamu nggak salah. Aku yang salah, aku yang gak tahu kalau kamu udah tunangan, dijodohkan dari kecil sama mbak Putri. Aku yang salah, aku yang harusnya minta maaf. A-ku yang menjadi penghalang hubungan kalian, sudah sepatutnya kamu kembali ke mbak Putri, mas. Aku yang salah." Tangisnya benar-benar pilu.

Elen sungguh tidak tahu apapun mengenai

perjodohan Zaki dan Putri yang sudah diatur keluarga besar Zaki. Ia yang bodoh, saat Zaki menawarkan pernikahan untuk membantunya mengadopsi Al, ia langsung setuju tanpa mencari tahu tentang kehidupan Zaki dulu. Ia benar-benar bodoh. Nyatanya ia berteman dengan Zaki dari kecil tidak menjamin tahu segala hal tentang kehidupan Zaki.

"Elenn..." Zaki memejam seirama dengan jatuhnya kristal bening dari pelupuk matanya. Zaki pun sama sakitnya saat ini. Bahkan mungkin lebih sakit daripada Elen karena Zaki sudah mencintai wanita didepannya ini.

Dia mencintai Elen. Sejak lama dia mencintai Elen bahkan sejak Elen bersama Bagas. Saat mengetahui keluarga Bagas menentang hubungan Elen dan Bagas karena adanya Al. Zaki merasa memiliki kesempatan. Dia memanfaatkan celah putusnya hubungan Elen dan Bagas untuk mendekati Elen. Menawarkan pernikahan karena ia tahu Elen ingin mengadopsi Al dan membutuhkan pernikahan sebagai salah satu syarat adopsi.

Zaki begitu gigih membujuk Elen untuk menikah dengannya karena Elen menolak pada awalnya. Elen tidak mau egois menikah dengan Zaki karena tidak mau memanfaatkan pria itu demi kepentingannya yaitu mengadopsi Al. Selain itu Elen masih mencintai Bagas saat itu. Namun Zaki terus meyakinkan Elen, dia tidak keberatan akan hal itu. Demi Al, dia akan membantu Elen. Dan, pernikahan itu terjadi.

Hanya saja Elen tidak tahu jika Zaki sudah mempunyai tunangan bernama Putri. Perempuan yang dijodohkan dengannya dari kecil. Putri sedang berada di luar negeri untuk pengobatan sakitnya saat Keluarga Zaki mengizinkan Zaki menikahi Elen dengan syarat bersedia menceraikan Elen dalam kurun waktu satu tahun. Karena menurut keluarga Zaki, dalam satu tahun kehidupan Elen dan Al sudah stabil. Mereka tidak membutuhkan Zaki lagi. Zaki menyetujui syarat dari keluarganya itu, yang terpenting dia bisa menikah dengan Elen, perempuan yang dia cintai. Zaki bahkan tidak memikirkan bagaimana nanti dia harus menceraikan Elen yang penting dia bisa menikahi perempuan itu dulu.

Awal-awal pernikahan mereka cukup lancar karena Elen dan Zaki memang teman masa kecil. Mereka sudah akrab satu sama lain. Hanya saja ada yang aneh, Zaki tidak pernah menyentuh Elen sampai pada bubungan suami istri. Skinship mereka hanya ciuman panas saja tapi tidak sampai melakukan itu.

Elen pikir karena ia awalnya tidak mencintai Zaki makanya pria itu menunggu Elen siap untuk melakukan malam pertama mereka yang tertunda lama namun setelah kedatangan ibu mertuanya semuanya menjadi jelas.

Ibu mertuanya membeberkan tentang Zaki dan Putri pada Elen termasuk rencana Zaki yang akan menceraikan Elen dalam waktu satu tahun pernikahan.

"Aku nggak mau menyentuh kamu karena aku tidak mau ada anak diantara kita dan menjadi beban untukmu nanti saat kita bercerai, Elen. Aku juga tidak merasa pantas untuk mendapatkannya, karena aku akan menceraikanmu. Suatu hari nanti kamu berhak mendapatkan pria yang lebih baik dari aku, Elen. Aku pria yang buruk." Zaki berucap dengan terbata, ada rasa berat saat mengucapkan kalimat itu. Apa dia sungguh ikhlas mengatakannya? Mengapa berat saat dia mengatakan akan ada pria lain yang lebih baik darinya untuk Elen? Mengapa bukan ia saja? Mengapa ia harus berpisah dari Elen? Mengapa ia harus menceraikan perempuan yang ia cintai itu? Mengapa?

Isak tangis Elen semakin pecah menggema disetiap ruangan. Beruntung Al dan Rissa sedang pergi. Kedua orang itu tidak berada di rumah jadi tidak tahu kekacauan apa yang sedang terjadi.

"Pergilah, mas. Ceraikan aku, kembalilah pada tunanganmu." Lirih Elen sembari mengusap air matanya dengan telapak tangan.

Zaki bergeming, menatap lekat manik mata istrinya. "Bisakah kita tetap bersama?" Pinta pria itu, "Aku tidak rela menceraikanmu, sayang. A-ku mencintaimu. Aku sungguh mencintaimu."

Tapi Elen menggeleng tegas, "Tidak, mas. Aku tidak mau dimadu. Ibumu ingin kamu menikahi mbak Putri, mas. Dari awal kamu milik mbak Putri, aku hanya sementara untuk kamu bukan untuk selamanya. Kita akhiri saja pernikahan ini seperti yang kamu sepakati dengan keluargamu. Kamu bisa menceraikan aku di umur pernikahan kita satu tahun. Aku melepasmu, mas ." Ucap Elen terasa tercekat.

Jangan ditanya bagaimana sakitnya. Beberapa bulan ini Elen mencoba menyayangi Zaki. Berusaha menjadi istri Zaki sepenuhnya, tapi dia harus kecewa pernikahannya tidak bisa dipertahankan. Elen tidak akan egois menahan Zaki untuk tetap bersama dirinya karena dari awal pria itu bukan miliknya. Dia sudah cukup bersyukur karena Zaki, Al bisa diadopsi dan sepenuhnya menjadi putranya. Tidak boleh Elen egois lebih dari itu.

"Elen, maafkan aku." Lirih Zaki, "Maafkan aku, sayang."

Zaki juga dalam posisi sulit. Jika saja dia mampu memutuskan pertunangannya dengan Putri sebelum menikahi Elen, mungkin pernikahan nya dan Elen tidak akan berakhir. Tapi, waktu itu Putri sedang dalam pengobatan penyakit serius, Zaki tidak tega melakukannya juga tidak mampu melawan orang tuannya. Sedangkan Elen membutuhkan dirinya untuk adopsi Al. Dia harus membantu Elen karena dia mencintai Elen. Tapi keserakahannya ingin memiliki Elen enggan melepas Putri yang membuat Zaki kehilangan Elen.

"Al tidak perlu tahu alasan kita berpisah, mas. Aku akan katakan pada Al kita berpisah karena memang tidak cocok. Aku tidak mau hubunganmu dan Al renggang jika tahu masalah ini. Aku yang akan memberikan pengertian padanya. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan Al. Aku akan mengatasinya." Ucap Elen lembut. Namun terdengar menyedihkan.

"Maaf, sayang, maaf." Hanya kata itu yang mampu Zaki ucapan pada Elen.

Setelah resmi bercerai, Zaki menikahi Rika dan pindah ke Singapura. Elen tidak lagi berkomunikasi dengan pria itu. Dia memutuskan lost contact demi kedamaian semuanya. Hanya Al yang masih sering berkomunikasi dengan Haris karena bocah itu memang tidak tahu alasan Elen dan Zaki berpisah. Disisi lain Al juga menyayangi Zaki bahkan memanggil Zaki dengan sebutan papa.

Flashback off.

Satu pesan masuk lagi dari Rissa membuyarkan lamunan Elen.

[Mbak, apa kamu mau menemui mas Zaki? Mas Zaki sedang berduka. Mbak juga lagi di Singapura. Ini alamatnya, kalau mbak mau menemui mas Zaki]_Rissa

Rissa mengirim pesan dengan alamat lengkap Zaki di Singapura. Mungkin Al yang memberitahu Rissa karena hanya Al yang tahu dimana alamat Zaki.

[Mbak bingung, Ris. Apa pantas kalau mbak datang untuk berbela sungkawa?]Elen

Elen mengirim cepat balasan untuk Rissa. Sejujurnya dia ingin menemui Zaki, mengucapkan bela sungkawa secara langsung tapi dia ragu untuk melakukannya.

Rissa membalas pesan itu.

[Mbak kalau kamu ragu, nggak usah. Kalian juga sudah lama menjadi asing. Gapapa, mbak]_Rissa

Cukup lama Elen memikirkannya hingga jemarinya bergerak mencari kontak Haris. Membuka kontak itu dari daftar blokir dan mengirim pesan pada pria itu. Mengungkapkan rasa bela sungkawa yang dalam pada Zaki. Dan, mendoakan semoga almarhumah diterima disisiNya juga mendoakan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.

[Elen? Ini kamu, beneran kamu yang kirim pesan ke aku? Kamu buka blokir aku?]_Zaki

Diluar dugaan Zaki membalas pesannya. Bukan membalas ucapan duka yang ia sampaikan malah mempertanyakan hal lainnya.

[Iya, mas. Ini aku]_Elen

Elen membalas singkat dan meletakan ponselnya di nakas karena mendengar ketukan pintu. Ia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Terlihat Aksa berdiri di depan pintu dengan wajah datar. Pria itu langsung menyelonong masuk tanpa sepatah kata pun setelah pintu dibuka.

Elen menghela napas kecil dan menuntup pintu, lalu menyusul Aksa yang sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Tadi makan siang nggak?" Tanya Aksa sambil melepas jas kerjanya dan menaruh di sandaran sofa. Melepas dua kancing teratas kemejanya dan menggulung lengan kemejanya hingga siku.

"Makan." Jawab Elen datar sembari menatap Aksa dengan posisi berdiri dan dua telapak tangan bersedekap di dada.

"Kenapa?"

"Kita sekamar?" Tanya Elen.

"Hem. Saya lelah jangan mulai beby..." Ucap Aksa sebelum Elen mengajaknya berdebat membahas masalah kamar mereka.

Elen bisa melihat wajah lelah pria itu. Dia yang awalnya memang ingin protes perihal kamar jadi mengurungkan niatnya itu. Apalagi melihat Aksa yang mulai memejamkan mata saat tubuhnya bersandar nyaman di sandaran sofa.

"Minimal mandi dulu gak, sih?" Sindir Elen mengira Aksa akan tidur dengan posisi seperti itu.

Aksa kembali membuka mata, menatap Elen lalu mendengus. "Belum nikah aja udah bawel." Ucap Aksa.

"Ya makanya ga usah jadi nikah aja kalau tahu aku bawel."

Aksa beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Elen. Berdiri tepat di depan Elen yang menatapnya penuh curiga, lalu sedikit membungkukkan kepala. "Saya suka perempun yang bawel, rewel, ribet, atau apapun itu, jika itu kamu." Bisiknya tepat di depan wajah Elen. Lalu menoel gemas hidung Elen dan berlalu pergi ke kamar mandi.

"Dasar." Cibir Elen melihat pintu kamar mandi tertutup.

Setelahnya Elen memungut jas Aksa dan menaruh di keranjang pakaian kotor yang nantinya akan diambil bagian loundry hotel.

Elen menyalakan televisi sembari menunggu Aksa membersihkan diri. Dia melupakan ponselnya.

10 menit kemudian, Aksa keluar dari kamar mandi hanya mengenakan bathrobe dengan rambut kepala yang basah. Pria itu mengusap rambutnya dengan jemarinya, mengacaknya asal.

Sial sekali, di mata Elen, Aksa yang seperti itu terlihat sangat tampan. Elen sampai tanpa sadar meneguk ludahnya sendiri. Bahaya! Segera Elen mengalihkan pandangannya pada kaca besar yang terhubung dengan balkon. Suasana diluar sudah gelap.

Elen beranjak, ia sibuk sendiri tadi sampai tidak sadar sudah malam. Berjalan ke arah balkon, membuka pintu balkon dan melihat city light di kota itu. Indah!

City light Jakarta juga indah namun ini diluar negeri. Pertama kalinya dia berada di luar negeri. Dan, menurutnya city light malam itu sangat indah.

Grep.

"Lihat apa, Hm?" Aksa memeluk Elen dari belakang. Pria itu juga menjatuhkan kepalanya di bahu Elen hingga tetesan air dari rambutnya yang setengah basah terasa merembes pada baju Elen.

"Bisa nggak, gak usah peluk-peluk?" Protes Elen memegang tangan Aksa berniat melepaskan tangan Aksa yang melingkar di perutnya.

"Gak bisa. Saya suka meluk kamu."

"Tapi aku ga sukaaaa."

"Diem, nggak? Ribut terus, peluk sebentar saja." Aksa memejamkan mata, sedikit mengubah posisi kepalanya pada ceruk leher Elen. Menghidup aroma tubuh wanitanya yang sialnya terasa memabukkan. Rasa lelahnya hari ini seolah hilang setelah memeluk Elen.

"Aku ga nyaman, Aksa." Elen rewel.

"Dasar nggak peka." Aksa melepaskan tangannya dan pergi begitu saja. Masuk ke dalam kamar.

"Dia kali yang nggak peka." Gerutu Elen cuek. Dia pikir Aksa tidak akan kembali, nyatanya pria itu datang lagi setelah mengganti bathrobe dengan baju santai.

Aksa duduk di kursi yang ada di balkon, memandangi punggung Elen. Perempun itu masih menikmati susasana malam di kota itu sampai tidak peduli akan keberadaan Aksa. Membuat Aksa merasa kesal dan memilih menyalakan rokok. Asap rokoknya tentu sampai pada Elen.

"Kamu..." Elen berbalik kesal melihat Aksa merokok dengan santai, "Perokok aktif sama pasif itu bahaya yang pasif tahu gak?" Menyenderkan tubuhnya pada pembatas balkon sambil menatap tenang pada Aksa.

"Kamu mau saya berhenti merokok?" Tanya Aksa datar. Elen mengangguk mengiyakan.

"Bisa."

"Yaudah, buruan matiin rokoknya." Bilang bisa tapi masih belum dimatikan rokoknya. Kan kesal kalau jadi Elen.

"Tapi gantinya ciuman. Gimana?"

Elen terdiam. Pria mesum di depannya ini tetaplah pria mesum. Harusnya Elen curiga, Aksa tidak akan dengan mudah mengiyakan permintaan orang lain tanpa imbalan.

"Boleh." Ucap Elen santai yang berhasil membuat Aksa terdiam. Menatap Elen penuh curiga.

"Sini kalau mau ciuman." Elen melambai agar Aksa mendekat. Bukan senang, Aksa justru mengernyit heran. Apa yang sedang direncanakan wanitanya itu? Tidak mungkin Elen dengan suka rela berciuman dengannya? Aksa harus waspada.

"Nggak mau?" Tanya Elen karena Aksa tidak juga beranjak dari duduknya, "Yaudah." Elen mengedipkan bahu acuh dan kembali memutar tubuhnya menikmati city light.

Aksa menyeringai tipis. Dia beranjak dari duduknya mematikan rokoknya dan meletakkannya pada asbak di meja. Lalu berjalan mendekati Elen memeluk perempuan itu dari belakang.

"Ayo ciuman!" Ajaknya berbisik di telinga Elen.

Elen memutar tubuhnya dan terkekeh, "Nggak ah. Tadi diajak gak mau." Ucap Elen sengaja. Dia memang cuma mau mempermainkan Aksa.

"Licik hmm." Aksa menarik Elen dan merengkuhnya, tangannya yang lain bergerak mengusap bibir Elen dengan kepala sedikit mendunduk agar bisa menatap Elen yang tingginya hanya sebahunya, "Mau ciuaman di sini atau di dalam?" Tanya Aksa sembari menatap lekat perempuan yang kini juga tengah menengadah menatapnya.

"Nggak dua-duanya." Jawab Elen setenang mungkin. Padahal jantungnya sudah meloncat-loncat tidak karuan. Dia gugup sedekat itu dengan Aksa untuk pertama kalianya tanpa sikap kasar Aksa. Biasanya pria itu kan main paksa saja.

"Di kamar atau di sini sayang?" Ulang Aksa.

"Maksa banget, sih." Cebik Elen kesal.

"Kamu yang mancing, baby." Aksa tersenyum tipis.

Sialan! Senyuman itu mempesona, Elen terpesona apalagi jarak mereka sangat intens. Emang bener ucapan Bella saat SMA wajah tampan nyaris sempurna bisa bikin jantung lemah. Elen merasakannya sendiri.

"Gak mau." Elen menolak. Dia melengos tapi Aksa menarik dagunya membawa perempuan itu kembali menatap padanya.

Deg!

Deg!

Cup.

Elen langsung membeku di tempat saat benda kenyal menubruk bibirnya. Mengerjap-ngerjap linglung sampai entah bagaimana Aksa sudah memulai ciuman mereka. Pria itu benar-benar pandai menguasai situasi, nyatanya Elen saja terbuai.

"Empthh."

Aksa melepaskan ciuman mereka saat Elen mendorong dadanya dengan keras. Mereka hampir kehabisan napas.

"Kebiasaan! Mau bunuh aku ya?" Protes Elen.

Arthur justru terkekeh, "lagi?"

"Nggak." Sewot Elen mendorong tubuh Aksa dan masuk ke dalam kamar sementara Aksa kembali duduk, tapi tidak merokok. Pria itu memeriksa ponselnya.

"Kenapa gue nggak nolak sih?" Sesal Elen. Diusapnya pelan bibirnya, mengingat bagaimana ia dan Aksa berciuman.

"Rasanya beda." Gumam Elen lalu menggeleng cepat, "Mikir apa sih, Len?"

1
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
Killspree
Tidak bisa berhenti
Hillary Silva
Alur yang menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!