Dibesarkan dalam sebuah organisasi rahasia, membuat dua orang gadis dan dua orang pemuda tumbuh menjadi pembunuh berdarah dingin, masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda.
Chu Haitang adalah seorang dokter ajaib, dia menguasai berbagai macam pengobatan modern maupun tradisional.
Bao Yunceng adalah seorang ahli penempaan senjata, dia sangat lihai dalam membuat berbagai macam benda yang mematikan.
Liu Jinhong adalah seorang ahli strategi sekaligus ahli pedang, jurus-jurusnya terlihat sangat lembut, namun mematikan.
Rong Siyue adalah seorang ahli menundukkan binatang, dia sangat pandai dalam mata-mata dan menyusup.
Keempat orang tersebut dipertemukan pada saat berusia 5 tahun, mereka hidup sebagai saudara dan saling melindungi satu sama lain. Bekerja di bawah naungan seorang tuan yang misterius sekaligus kejam, membuat mental dan pemikirannya berbeda.
Bagaimana jika keempat orang tersebut mengalami perpindahan waktu? Masih bisakah mereka menjadi saudara yang rukun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERMAIN SELUNCURAN SALJU
Mereka kembali ke goa, namun tiba-tiba saja terdengar suara teriakan ketakutan. Chu Rong bergegas keluar, dia membawa parang di tangannya.
"Ayah, berhenti! Mulai hari ini, mereka akan menjadi anggota keluarga kita." ucap Chu Haitang, dia merentangkan kedua tangannya untuk menghalangi kedua ekor serigala tersebut.
Chu Rong melotot, dia sangat takut pada serigala, "Putriku, itu serigala, binatang buas. Bukan kelinci ataupun kucing yang bisa kau pelihara dengan bebas,"
Pei Yuwen dan Lao Shi juga menganggukkan kepala, serigala seringkali masuk ke desa untuk mencari makanan. Di masa lalu, ada banyak sekali warga yang terluka, saat mereka berhadapan dengan binatang-binatang buas tersebut.
"Ayah, ibu, nenek! Apakah kalian tidak mempercayaiku?" Chu Haitang memandang wajah kedua orang tua dan neneknya, mata gadis kecil itu terlihat sangat sedih.
Chu Rong mengalihkan pandangannya kepada Chu Wentian dan Chu Yunling, kedua anaknya mengangguk sebagai dukungan. "Baiklah, ikuti kata Haitang."
Chu Haitang tersenyum riang, dia memeluk ayah, ibu dan neneknya satu persatu, kemudian memimpin kedua ekor serigala besar itu untuk masuk ke dalam goa.
Agar anggota keluarganya merasa aman, Chu Haitang menyebarkan jerami dan memasang kasur lipat tepat di samping tempat tidurnya, dia segera menyuruh serigala betina untuk untuk beristirahat. Luka binatang itu masih belum sepenuhnya sembuh, dia membutuhkan perawatan selama beberapa hari lagi.
Melihat kedua serigala itu sangat penurut, akhirnya semua anggota keluarga menghilangkan rasa takutnya, mereka segera berkumpul dan berbicara seperti biasanya.
Serigala jantan keluar dari goa, sedangkan Serigala betina menyusui kedua anaknya. Chu Haitang meletakkan semangkuk sup daging di depan Serigala betina, untuk mengembalikan energinya.
"Kau harus makan yang banyak, agar badanmu cepat pulih!" ucap Chu Haitang, serigala betina itu seolah memahami ucapannya, dia segera duduk dan makan dengan tenang.
Semua orang menatap serigala itu seperti harta karun, tidak banyak binatang yang bisa memahami ucapan manusia, serigala ini benar-benar spiritual, pantas saja Chu Haitang membawanya.
"Anak-anak serigala ini sangat imut, Haitang, apakah kau sudah menentukan nama untuk mereka?" tanya Chu Rong.
Chu Haitang menggelengkan kepala, "Aku masih belum memikirkannya."
"Serigala betina ini benar-benar sangat pintar, dia jinak dan penurut." ucap Pei Yuwen.
Serigala betina itu tiba-tiba saja bangun, dia berjalan sambil mengibaskan ekornya, kemudian mendekat ke arah kaki Chu Rong dan menggesek-gesekkan kepalanya. Pria itu awalnya sangat takut, namun melihat tindakan yang dilakukan oleh serigala betina, membuat dia merasa senang. Chu Rong segera berjongkok, kemudian membelai kepalanya.
Anggota keluarga yang lain juga melakukan hal yang serupa, menyentuh tubuh serigala itu dan membelainya. Dalam sekejap, serigala betina berhasil mendapatkan kepercayaan dan menarik perhatian semua orang.
Bruk...
Tiba-tiba terdengar suara dari luar goa, semua orang bergegas untuk melihat. Ada dua ekor babi hutan yang dibawa oleh serigala jantan, tubuhnya sangat besar, penuh daging, sepertinya dia baru saja selesai berburu.
Chu Haitang mendekat, membelai kepala serigala jantan kemudian berbicara. "Beristirahatlah, kau sudah bekerja dengan keras. Aku akan membuatkan babi panggang untukmu."
Serigala jantan menundukkan wajahnya, kemudian berjalan masuk ke dalam goa, dia melingkarkan tubuhnya tepat di samping serigala betina.
Chu Rong membawa seekor babi ke sungai, dia segera memotong dan membersihkannya. Babi yang lain di simpan di tong, Lao San menaburkan garam agar dagingnya tidak membusuk.
Wajah semua anggota keluarga terlihat cerah, ada banyak daging untuk makan, mereka tidak akan kesulitan untuk mengisi kembali energi tubuhnya.
Chu Haitang memisahkan kedua kaki belakang babi untuk di makan serigala, dia juga menambahkan 2 mangkuk besar sup untuk di nikmati mereka. Enam orang manusia dan 4 ekor serigala hidup dengan damai, berbagi makanan dan kasih sayang di dalam goa.
Keesokan harinya salju mulai terlihat tebal, Chu Haitang mengajak anggota keluarganya untuk bermain, mereka mulai membuat bola salju dengan berbagai ukuran, kemudian menumpuk bola-bola itu dan membentuk manusia salju, dia juga merobek beberapa kain untuk membuat syal yang akan di pasangkan di leher manusia salju.
Semua orang nampak gembira, ini pertama kalinya mereka menikmati musim dingin dengan penuh kebahagiaan, ada pakaian tebal untuk digunakan, ada daging untuk dimakan, ada tempat untuk berlindung dan ada banyak sekali waktu untuk dinikmati bersama.
Setelah bosan membuat manusia salju, Chu Haitang membawa seluruh anggota keluarganya ke tempat yang lebih tinggi, dia membawa alat seluncuran yang terbuat dari kayu, kemudian mengajari mereka cara untuk bisa berjalan di atas seluncuran itu.
Dalam sekejap terdengar suara tawa yang menggema, meskipun beberapa kali terjatuh hingga berguling-guling di atas salju, wajah mereka tetap di penuhi semangat dan kebahagiaan.
"Kakak, ayo bertanding!" ucap Chu Haitang. Chu Yunling dan Chu Wentian saling berpandangan, tak lama kemudian mereka menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana cara menentukan pemenangnya?" tanya Chu Wentian.
Chu Haitang segera menjawab, "Siapapun yang bisa mencapai pohon cedar terlebih dahulu, akan menjadi pemenangnya."
"Baiklah adik, ingat untuk tidak menangis saat kalah," ucap Chu Wentian dengan bangga.
Mata Chu Yunling langsung membulat, dia meletakan kedua tangannya di pinggang, "Kakak laki-laki, jangan lupa peristiwa sebelumnya, kau lebih banyak jatuh saat berlatih tadi!"
Chu Haitang juga mendengus, "Kakak, berhati-hatilah jangan sampai kau terkubur di dalam salju!"
Chu Wentian tertawa, kemudian menepuk dadanya dengan sangat bangga. "Tidak masalah, siapapun yang belajar pasti akan mengalami kegagalan, tapi sebentar lagi kakak laki-laki kalian pasti akan menjadi yang terbaik dan memenangkan pertandingan!"
"Itu tidak mungkin," ucap Chu Yunling.
"Pemenangnya belum diputuskan, kakak laki-laki berhati-hatilah!" Chu Haitang menambahkan.
Satu orang pemuda dan 2 orang gadis segera mengambil ancang-ancang, dengan kode yang diberikan oleh Chu Rong, akhirnya mereka meluncur dengan kecepatan penuh. Sayangnya Chu Wentian terjatuh, dia berguling dari papan seluncuran sehingga membuat tubuhnya membulat dan dipenuhi dengan lapisan salju.
Chu Yunling dan Chu Haitang terus melaju, tangan kedua gadis itu memegang tongkat dengan cermat dan menentukan titik akhir dengan hati-hati.
Sayangnya, kecepatan Chu Haitang tidak menurun, dia berhasil mencapai pohon cedar 10 detik lebih cepat dibandingkan saudara perempuannya.
Semua orang bertepuk tangan, memuji kemampuan Chu Haitang dan juga Chu Yunling. Chu Wentian hanya bisa memamerkan deretan gigi putihnya sambil menggaruk kepala yang tidak gatal, dia gagal dalam pertandingan pertama.
Chu Rong dan Pei Yuwen juga mengatur pertandingan, keduanya meluncur dengan cepat dan langsung tersapu dalam gulungan salju, membuat tawa meledak dari mulut semua orang.
"Ayah, ayo lebih bersemangat!"
"Ibu, kau pasti bisa!"
"Ayo ayah, ibu! Tunjukkan pesona kalian!
"Hahaha..."