NovelToon NovelToon
BECOME A MAFIA QUEEN

BECOME A MAFIA QUEEN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi / Pemain Terhebat / Roman-Angst Mafia / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nuah

Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.

Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.

Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.

Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Sahabat

Pagi itu, Kirana berdiri di depan cermin, merapikan seragam barunya.

Baju putih bersih, rok yang jatuh dengan anggun di atas lututnya, serta sepatu hitam mengkilap yang terasa begitu nyaman. Semua yang ia kenakan terasa asing baginya—begitu mahal, begitu mewah.

Semua ini adalah pemberian Kaelus.

Kirana menggigit bibirnya.

Dia sudah menolak berkali-kali, tetapi pria itu tidak mau mendengar alasan. "Aku tidak ingin kau datang ke sekolah dengan pakaian lusuh," katanya saat membelikannya barang-barang ini. "Mulai sekarang, kau harus menjalani hidup yang lebih baik."

Dan inilah dia sekarang.

Siap kembali ke sekolah.

Siap menghadapi dunia.

Namun, Kirana tidak pernah menyangka bahwa dunia yang akan menyambutnya lebih kejam dari yang ia bayangkan.

Langkah Kirana terhenti begitu memasuki gerbang sekolah.

Tatapan orang-orang langsung tertuju padanya.

Ada yang berbisik-bisik, ada yang tertawa kecil, ada pula yang menatapnya dengan sinis.

Awalnya, Kirana berpikir dia hanya merasa berlebihan.

Namun, semua keraguannya sirna ketika dia melewati sekelompok siswi yang tiba-tiba tertawa keras.

"Heh, lihat siapa yang tiba-tiba berubah kaya raya."

"Benar, dulu bajunya lusuh dan sepatunya jelek. Sekarang? Barang branded semua!"

"Sugar daddy-nya pasti sangat baik hati~"

Jantung Kirana mencelos.

Dia menegang di tempatnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Sugar daddy?

Dia menoleh ke arah mereka, berharap itu hanya kesalahpahaman, tetapi gadis-gadis itu hanya tersenyum sinis dan pergi sambil tertawa.

Seluruh tubuh Kirana langsung terasa dingin.

Apa ini?

Kenapa orang-orang berpikir seperti itu?

Kirana duduk di bangkunya dengan kepala tertunduk.

Bisikan-bisikan tidak berhenti sejak tadi.

"Hei, kau dengar? Kirana sekarang punya sugar daddy."

"Serius? Bukannya dia anak yatim piatu?"

"Ya! Tapi sekarang dia pakai barang mewah. Pasti ada pria tua kaya yang membiayainya."

Kirana menggigit bibirnya.

Darahnya berdesir.

Ini tidak benar!

Bagaimana bisa mereka berpikir seperti itu hanya karena dia mengenakan pakaian mahal?

Dia ingin menjelaskan, tetapi suara-suara mereka semakin tajam.

"Menurutmu siapa sugar daddy-nya?"

"Haha, mungkin pria tua botak yang sering ke hotel!"

"Jangan-jangan… dia menggoda guru baru kita?"

Kirana mengepalkan tangannya.

Dadanya terasa sesak.

Kenapa mereka begitu kejam?

Dia hanya ingin hidup normal.

Dia tidak meminta Kaelus membelikannya semua barang ini, tapi pria itu memaksa!

Dan sekarang, dia yang menerima fitnah ini?

Saat istirahat, Kirana berjalan menuju kantin dengan kepala tertunduk.

Dia ingin membeli sesuatu, setidaknya agar pikirannya teralihkan.

Namun, begitu sampai di sana, sekelompok gadis dari kelas lain langsung mengelilinginya.

"Kirana, jadi siapa sugar daddy-mu?" Salah satu dari mereka bertanya dengan nada manis yang jelas dibuat-buat.

Kirana terdiam.

"Ayolah, jangan malu-malu!" sambung gadis lain. "Kau bisa dapat barang-barang mahal, pasti ada seseorang yang membiayaimu, kan?"

"Atau jangan-jangan kau menjual diri?"

Orang-orang di sekitar mereka mulai memperhatikan. Beberapa bahkan tertawa kecil.

Kirana mengepalkan tangannya lebih erat.

"Aku tidak seperti yang kalian pikirkan," katanya akhirnya, suaranya bergetar.

"Oh? Lalu bagaimana kau bisa tiba-tiba jadi kaya? Bukannya dulu kau hanya anak miskin yang pakai barang bekas?"

Kirana menahan napas.

Dia tidak tahu harus berkata apa.

Jika dia bilang bahwa Kaelus yang membantunya, mereka pasti akan berpikir lebih buruk.

Dan jika dia diam…

Mereka akan tetap percaya dengan fitnah ini.

Di saat Kirana hampir menyerah, suara berat terdengar dari belakang.

"Ada masalah?"

Semua orang menoleh.

Dan di sanalah dia—Kaelus Moretti.

Dengan jas hitam yang elegan, wajah dinginnya yang tajam, serta aura berwibawa yang langsung membuat kantin menjadi sunyi.

Para siswa terdiam.

Sementara Kirana membeku di tempatnya.

Kaelus berjalan mendekatinya, berdiri di sampingnya dengan tatapan penuh otoritas.

"Kirana," panggilnya lembut, tetapi tegas. "Ada yang mengganggumu?"

Gadis-gadis yang tadi mengejeknya langsung pucat.

Mereka tidak menyangka akan berhadapan langsung dengan Kaelus Moretti.

CEO muda yang terkenal itu.

Kaelus menyapu tatapan ke arah mereka. "Apakah kalian baru saja mengatakan sesuatu tentang Kirana?"

Salah satu gadis menelan ludah. "Kami… kami hanya bercanda, Kak Kael…"

Kaelus tersenyum tipis, tetapi jelas senyuman itu penuh ancaman. "Canda? Aku tidak melihatnya sebagai lelucon."

Kini suasana semakin tegang.

Tanpa banyak bicara, gadis-gadis itu langsung mundur, meninggalkan tempat itu dengan wajah ketakutan.

Kirana masih berdiri di tempatnya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Kaelus menoleh ke arahnya. "Kau baik-baik saja?"

Kirana menggigit bibirnya.

Matanya panas.

Dia ingin menangis.

Kaelus tidak berkata apa-apa lagi.

Dia hanya meraih tangannya, menggenggamnya dengan erat.

Dan untuk pertama kalinya hari itu, Kirana merasa ada seseorang di pihaknya.

.

.

.

Alice baru saja selesai dengan kelas olahraga ketika seorang teman sekelasnya mendekat dengan wajah penuh semangat.

"Alice! Kau tidak akan percaya apa yang terjadi di kantin tadi!"

Alice mengerutkan kening. "Apa?"

Temannya itu tertawa kecil. "Sahabatmu, Kirana, ternyata punya sugar daddy!"

Alice langsung berhenti berjalan.

"Apa?" suaranya lebih rendah dari biasanya, tetapi ada nada bahaya di dalamnya.

"Ya! Tadi beberapa anak dari kelas lain mengerumuninya dan bertanya siapa pria kaya yang membiayai hidupnya. Kau tahu kan, tiba-tiba saja dia pakai barang mewah!"

Jantung Alice berdegup kencang.

Dia tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Apa yang terjadi setelahnya?" tanyanya dingin.

Temannya terkikik. "Lucunya, Kaelus Moretti datang! Bisa kau bayangkan? Dia langsung turun tangan membela Kirana!"

Alice memutar tubuhnya dan tanpa mengatakan apa-apa, dia langsung berlari ke kantin.

Seseorang telah menodai nama baik sahabatnya.

Dan dia tidak akan membiarkan itu begitu saja.

Saat Alice tiba di kantin, orang-orang masih berbisik-bisik tentang apa yang baru saja terjadi.

Beberapa siswa masih membicarakan keberadaan Kaelus yang tiba-tiba muncul.

Namun, mereka semua membeku begitu melihat Alice berdiri di ambang pintu dengan mata menyala-nyala.

"Alice…" bisik salah satu siswi dengan takut-takut.

Alice tidak peduli.

Dia mengedarkan pandangannya dan dengan cepat menemukan sekelompok gadis yang tadi mengganggu Kirana.

Tanpa ragu, dia berjalan ke arah mereka.

BRUK!

Alice membanting tasnya ke atas meja mereka dengan keras, membuat mereka tersentak.

"Mau ulangi apa yang tadi kalian katakan tentang Kirana?" tanyanya, suaranya terdengar tenang—terlalu tenang.

Para gadis itu menunduk, menghindari tatapannya.

"Apa? Kalian tadi begitu berani berbicara, kan? Sekarang kenapa diam?" Alice menyilangkan tangan, ekspresinya penuh kemarahan.

Salah satu dari mereka mencoba tertawa canggung. "Alice… kami hanya bercanda…"

"Canda?" Alice menirukan nada mereka dengan sinis. "Kalian pikir menyebarkan fitnah tentang sahabatku adalah lelucon? Sejak kapan menyebarkan rumor keji menjadi hal yang lucu?"

Mereka tidak menjawab.

Alice mengepalkan tangannya.

"Sekarang dengarkan aku baik-baik," katanya tegas. "Jika aku mendengar satu kata lagi tentang Kirana dan fitnah bodoh ini, aku bersumpah aku tidak akan tinggal diam."

Salah satu gadis itu berani menatapnya. "Alice, kami hanya mengatakan yang terlihat jelas. Dia tiba-tiba jadi kaya, tentu orang-orang akan curiga."

Alice menoleh tajam.

"Kirana tidak pernah meminta semua itu! Dan kalau kalian punya masalah dengan barang-barang mahalnya, kenapa kalian tidak bertanya langsung padaku? Aku yang membawanya ke rumah kakakku, aku yang memperkenalkan Kirana pada Kaelus!"

Para gadis itu saling berpandangan.

Alice mendengus. "Kalian hanya cemburu, bukan? Karena Kirana sekarang mendapat perhatian Kaelus?"

Tidak ada yang menjawab.

"Berhentilah bersikap menyedihkan," Alice menggeleng dengan ekspresi jijik. "Daripada menghabiskan waktu menyebarkan gosip murahan, lebih baik kalian belajar bagaimana menjadi orang yang lebih baik."

Lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi, Alice mengambil tasnya dan pergi.

Namun sebelum dia benar-benar keluar dari kantin, dia berkata satu kalimat terakhir yang membuat suasana semakin tegang.

"Oh, dan satu lagi—jangan kira Kaelus tidak tahu siapa yang mulai rumor ini. Kalian akan mendapat balasan cepat atau lambat."

Alice akhirnya menemukan Kirana di belakang sekolah, duduk sendiri di bangku taman kecil.

Gadis itu menatap lurus ke depan, wajahnya kosong.

Alice segera berlari ke arahnya.

"Kirana!"

Kirana menoleh dan tersenyum kecil, tetapi senyumnya tampak begitu dipaksakan.

Alice duduk di sebelahnya, lalu menggenggam tangannya.

"Kenapa kau tidak melawan mereka?" Alice bertanya dengan suara lembut.

Kirana menghela napas. "Untuk apa? Mereka tidak akan percaya padaku, apa pun yang kukatakan."

Alice menggigit bibir.

"Kirana, kau tidak sendirian," katanya, suaranya bergetar karena emosi. "Aku di sini, Kak Kael juga di sini. Kita tidak akan membiarkan mereka menyakitimu!"

Kirana menatap Alice dengan mata berkaca-kaca.

Alice menarik napas panjang dan berusaha tersenyum.

"Ayo, kita pergi dari sini. Aku traktir es krim."

Kirana mengangguk pelan, dan untuk pertama kalinya hari itu, senyum tulus muncul di wajahnya.

Meskipun luka hatinya belum sembuh sepenuhnya, dia tahu satu hal pasti—dia tidak sendirian.

1
Shai'er
tak kenal lelah 💪💪💪
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
💪💪💪💪💪💪💪💪
Shai'er
💪💪💪💪💪
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
👍👍👍👍👍👍
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧🤧🤧🤧
Shai'er
😭😭😭😭😭
Shai'er
😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧
Widayati Widayati
aduh knp imut bgini. 🥰
Shai'er
udah bisa jalan kah🤔🤔🤔
Shai'er
pandang pandangan 🤧🤧🤧
Shai'er
🥺🥺🥺🥺🥺
Shai'er
👍👍👍👍👍
Shai'er
memasang perangkap untuk menyatukan orang tua 💪💪💪💪💪
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
saling melindungi tanpa saling tau 🥰🥰🥰
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!