NovelToon NovelToon
Langit Nada Cinta

Langit Nada Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa / Bad Boy
Popularitas:108.2k
Nilai: 5
Nama Author: NaraY

Jangan pernah sesumbar apapun jika akhirnya akan menelan ludah sendiri. Dia yang kau benci mati-matian akhirnya harus kau perjuangkan hingga darah penghabisan.

Dan jangan pernah meremehkan seseorang jika akhirnya dia yang akan mengisi harimu di setiap waktu.

Seperti Langit.. dia pasti akan memberikan warna mengikuti Masa dan seperti Nada.. dia akan berdenting mengikuti kata hati.
.
.
Mengandung KONFLIK, di mohon SKIP jika tidak sanggup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Rasa yang tidak di rasa.

Usai menyantap strawberry cheesecake, perut Bang Ratanca sudah terasa kenyang namun masih belum terasa puas karena dirinya tidak begitu suka makanan manis. Maklum saja, mungkin lambungnya hanya lega saat sudah menyantap makanan berat dengan komposisi protein dan karbohidrat yang seimbang.

Namun karena malam ini dirinya masih berhutang janji untuk makan bakso Mang Jajang, maka Bang Ratanca pun tidak bisa mengingkari janjinya.

:

Tangan Bang Ratanca menahan Dinar untuk mengambil satu sendok sambal lagi. "Cukup.. Saya tidak mau ada masalah disini karena kamu keras kepala..!!"

"Hanya empat sendok saja, tidak banyak." Kata Dinar.

Bola mata Bang Ratanca membulat besar memelototi Dinar. "Sudah banyak..!! Jangan membangkang..!!"

Awalnya Dinar makan dengan lahap seakan tidak ada gangguan namun beberapa menit kemudian ia tidak lagi menyendok bakso berukuran sedang yang baru saja di gigitnya.

Bang Ratanca melongok melihat mangkok bakso Dinar sudah berwarna merah penuh dengan minyak cabai.

"Bukannya saya pesan bakso urat??? Kenapa merah begitu???" Tanya Bang Ratanca. Dirinya yang penasaran langsung mengambil sisa bakso yang ada dan menggigit nya. "Kamu tukar bakso mercon ya?????" Ucap geram Bang Ratanca kemudian meneguk air minum. Bakso racikan Dinar memang benar sungguh mematikan.

Dinar yang sudah begitu kesakitan, tak mungkin lagi bisa mengelak. Nafasnya terasa sesak.

"Jawab Dinaarr.. saya hajar juga nih kalau nggak mau bilang..!!!"

Dinar mengangguk sampai kemudian dirinya bersandar lemas di dada Bang Ratanca.

"Dek..!!!!" Bang Ratanca menepuk pipi Dinar yang sudah terpejam. "Dinaar.. jangan bercanda..!!!!!" Sesaat kemudian baru lah Bang Ratanca menyadari sudah terjadi sesuatu pada Dinar.

Bang Ratanca menarik selembar uang berwarna merah lalu membawa Dinar menuju mobilnya dan melaju kencang menuju klinik terdekat.

"Oomm.. Dinar nggak bisa nafas. Perut Dinar sakit..!!" Dinar terus merintih kesakitan sampai meremas ujung pakaian Bang Ratanca.

"Iya, sabar ya dek..!! Ini saya juga sudah ngebut." Tangan Bang Ratanca terus mengusap perut Dinar, hatinya begitu cemas melihat Dinar terus merintih kesakitan.

Karena terlalu panik, Bang Ratanca pun hampir bertabrakan dengan mobil di depannya.

"B*****t..." Ucapnya mengumpat kesal.

Dinar ikut kaget sampai rasa nyeri di perutnya tiba-tiba saja hilang.

"Oomm.. sudah..!! Sakitnya sudah hilang." Kata Dinar.

Bang Ratanca menepikan laju mobilnya. Nafasnya pun terengah ikut memburu karena memikirkan Dinar.

braaaakkk..

Di hantamnya kemudi mobil sekuatnya kemudian menatap Dinar dengan tatap mata garang dan gahar.

"Iiihh.. apa sih Om??"

"Kamu kira bagus sudah buat saya khawatir seperti ini????? Kamu buat jantung berserakan." Bentak Bang Ratanca. Matanya memerah basah, jelas menyimpan rasa ketakutan.

"Oomm..!!" Dinar melihat Bang Ratanca bersandar kasar sembari meremas dadanya sampai titik air matanya menetes.

"Astaghfirullah hal adzim..!!" Bang Ratanca terus mengusap dadanya dan terus berusaha untuk tenang.

Dinar mencoba untuk menyentuh lengan Bang Ratanca, tapi ia tidak menyangka bahwa pria yang sedang berpura pura menjadi kekasihnya itu langsung memeluknya erat.

"Jangan pernah di ulangi lagi, Dinaar. Tolong..!! Saya tidak mau terjadi sesuatu sama kamu juga." Kata Bang Ratanca.

Pelukan itu sungguh erat sampai rasanya Dinar sulit untuk bernafas.

"Juga????" Dinar bingung dengan ucapan Bang Ratanca tapi ia segera mengalihkan pikirannya karena memang di dalam hatinya sama sekali tidak ada rasa untuk Bang Ratanca.

tok.. tok.. tok..

Bang Ratanca melepaskan pelukan dan menghapus air matanya lalu menurunkan kaca mobilnya.

"Bisa bantu saya, Mas? Motor saya mogok." Tanya seorang gadis dengan suara lembut dan tersenyum manis di depan Bang Ratanca.

"Iya, Mbak." Bang Ratanca pun bergegas turun dari mobil.

Dinar meliriknya, Bang Ratanca sempat tersenyum. Saat memperbaiki motor tersebut terlihat Bang Ratanca mengukir garis senyum dan gadis itu tertawa ceria bahkan mereka berdua berjongkok bersama. Gadis itu menerangi mesin motor dengan ponselnya sedangkan Bang Ratanca sibuk memperbaiki mesin motornya.

...

Bang Ratanca mengawasi setiap langkah Dinar yang berjalan menuju rumahnya. Entah kenapa sejak tadi Dinar terus cemberut dan uring-uringan. Ingin sekali mengejar dan bertanya pada gadis kecilnya itu tapi sementara hanya itu saja yang bisa di lakukannya.. diam dan menunggu waktu sebab Pak Navec belum mengijinkan nya untuk memiliki 'hubungan' yang lebih jauh dengan Dinar.

Ekor matanya melihat Pak Navec masih mengawasinya dari balkon atas. Ia pun segera kembali melajukan mobilnya.

***

Bang Ratanca menunggu Dinar di parkiran kampus. Terlihat gadisnya itu sedang bercengkrama dengan teman-temannya yang lebih di dominasi para pria. Wajar saja, jurusan mesin otomotif memang lebih kental dengan dunia pria.

Kening Bang Ratanca berkerut melihat kawan Dinar bisa tertawa lepas sedangkan Dinar tidak pernah sebahagia itu berinteraksi dengannya.

"Apa-apaan ini?? Kelewatan sekali, Dinar." Gumamnya.

Dinar yang sudah melihat mobil Bang Ratanca segera berpamitan kemudian menuju mobil dan segera masuk.

"Bahagia sekali kau ya, tertawa-tawa dengan laki-laki lain." Tegur Bang Ratanca kemudian melajukan mobilnya dengan cepat.

Dinar seakan tidak peduli, ia masih malas dengan senyum manis Bang Ratanca untuk gadis motor mogok semalam.

"Mau kemana ini??" Tanya Bang Ratanca dengan nada kasar.

"Pulang." Jawab Dinar singkat.

...

Bang Ratanca mengikuti langkah Dinar. Rumah terlihat sangat sepi dan hanya ada dua anggota yang berjaga di pos depan kediaman Pak Navec. Tidak ada juga tanda-tanda Bibi berada di rumah.

"Sebenarnya kau kenapa??? Seharusnya saya yang tanya, kenapa kau bisa tertawa di depan kawan-kawan tapi tidak di depanku??" Tegur Bang Ratanca.

Dinar nyaris menutup pintu kamar dengan kencang tapi Bang Ratanca bisa menahannya meskipun dirinya harus terjepit karena ngambeknya Dinar.

"Awwhh.. astagaa.. Dinaaaaarr..!!!!" Bentak Bang Ratanca sambil mengibaskan tangannya.

"Keluar..!! Dinar mau ganti pakaian..!!"

"Ganti ya ganti saja." Jawab Bang Ratanca kemudian mengunci pintu kamar.

"Urus saja perempuan genit yang suka senyum di depan Om Ran..!!" Pekik Dinar sembari melepas pakaiannya lalu membuangnya sembarangan.

"Stop.. stop, dek." Bang Ratanca bingung antara harus menutup mata melewatkan pemandangan indah di hadapannya ataukah menikmati indahnya makhluk Tuhan satu ini.

"Dinar malas sama Om Ran." Oceh Dinar masih terlihat kesal.

Bang Ratanca pun akhirnya mendekap erat tubuh gadis kecilnya. Ia berusaha melembutkan suara dan menekan emosinya untuk membujuk Dinar. "Apa sih ngomel terus?? Om Ran hanya membantu saja, nggak ada yang lain."

Dinar menepis dan menghindar dari Bang Ratanca tapi dekapan itu terasa begitu kuat.

"Kenapa Om Ran marah sama Dinar?? Dinar nggak selingkuh. Memangnya Om Ran cinta sama Dinar??"

Bang Ratanca mengarahkan wajah itu agar bisa menatapnya. "Om Ran juga nggak ada rasa sama perempuan lain, kenapa Dinar marah?? Dinar cinta sama Om Ran?"

Dinar tak bisa menjawab apapun. Entah apa dan bagaimana, kedua bibir mereka bisa bertukar rasa, lidah Bang Ratanca mengabsen seluruh isinya hingga dirinya hanyut tanpa penolakan.

Bak terjerat suasana, ia bahkan lemas dan tidak bertenaga saat Bang Ratanca mengusap lembut punggungnya meskipun kemudian menyudahinya.

"Sudah ya, saya tunggu di luar..!!"

"Oomm.." panggil Dinar menggigit bibirnya salah tingkah.

\=\=\=

Pagi ini rasanya Bang Ratanca sudah habis kesabaran. Di saat para pejabat Batalyon dan komandan berada di tempat, Bang Langkit seolah tidak segera mengejar waktu hingga hari ini Danyon kembali tidak ada di tempat karena padatnya kegiatan.

"Kau ini bagaimana sih, Lang??? Kenapa kau tidak segera gerak cepat menyelesaikan urusan pengajuan nikah???" Tegur Bang Ratanca.

"Aku dan Nada sepakat untuk tidak terlalu menggebu. Nada masih ingin mengejar karir, aku juga masih mau sekolah para lanjut tempur." Jawab Bang Langkit.

"Jangan egois kau ya, kau dengar dan tau sendiri pesan dari Pak Navec kalau aku tidak bisa urus pengajuan nikah jika kau dan Nada belum beres urusan..!!!!" Kata Bang Ratanca.

"Kau juga jangan sembarang lah Ran. Dinar masih belum mencapai usia dua puluh tahun. Kau tega memperistri gadis sekecil itu." Bang Langkit pun balik menegur sahabatnya.

"Kecil kau bilang??? Kecil dalam hal apa?? Asal kau tau Nyu.. belum tentu Nada yang kau banggakan itu sedewasa penampakkannya." Jawab Bang Ratanca.

"Nada hanya manja. Manja layaknya seorang gadis pada umumnya, dia pun polos tapi tidak senaif Dinar. Nada benar-benar polos, bukannya bod*h."

plaaaakk..

Bang Ratanca menampar pipi Bang Langkit dengan keras. Inilah perdebatan dan pertengkaran paling serius yang terjadi selama mereka saling mengenal.

"Kau tidak berhak menghakimi Dinar, sebelum kau menilai buruk siapa Dinar, seharusnya kau melihat dulu siapa orang di belakangnya..!!" Bentak Bang Ratanca. "Cepat kau selesaikan urusanmu..!!"

...

"Pak Ranca.. mau Bibi buatkan kopi?" Tanya Bibi menyambut Bang Ratanca yang hari ini bertandang ke rumah Pak Navec.

"Ada wedang jahe nggak, Bi. Rasanya perut saya kembung. Kepala saya sakit." Jawab Bang Ratanca kemudian menuju wastafel dapur dan terpaksa memuntahkan isi perutnya disana.

"Ada Pak. Sebentar ya Bibi buatkan. Bapak masuk angin ya??" Bibi sedikit mengurut punggung Bang Ratanca.

"Tak tau lah Bi. Dari semalam saya mual. Saya ke kamar Dinar dulu, Bi." Pamitnya kemudian berjalan menuju lantai atas.

Bibi mengangguk saja kemudian dengan cekatan segera membuatkan wedang jahe untuk majikan mudanya.

.

.

.

.

1
Erna Wati
lah jgn sampai si.Slamet nyalahkan ortunya knp ksh nama Slamet
Erna Wati
lah salam si Ranca dah wassalam dluan,aha ha
Novi Jahan
Luar biasa
Cut oka Elfina
.
NauraHaikal
ceritanya selalu bagus sangat suka dg karya2 author
Yayuk Bunda Idza
jadi penasaran kak Nara jarak usia Nada dan Dinar, trus Erlangga anak keberapa?
Yayuk Bunda Idza
ini yang q maksud, walau sudah bisa menyimpulkan, tapi tetap menyesakkan hati saat baca😭😭
Yayuk Bunda Idza
berjuang untuk cinta om Ran
Denis blora
kak Nara ♥️♥️♥️♥️♥️
putri
manteeeep
putri
🥰🥰🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍
Mika Saja
perasaan bang RAN amburadul,,sy jg ikut merasakan amburadul nya,,,,entah bgaimn menata hati yg SDH dikoyak2 sprti ini Krn memng blm siap menghadapi cobaan ini,,,sabar Bang RAN,pasti ada jln nya ya
Setyaningsih
siap membaca semua karya kak Nara
NaraY_Kamanatha: Waaahh.. Alhamdulillah masih ada yang mau komentar. Terima kasih ya kak🥰🙏.

Padahal besok rencana gk up karena bab ini gk ada komennya😁
total 1 replies
Niken Ayu Wulandari
karya Nara tidak pernah gagal dr awal g pernah ketinggalan sukses terus
Denis blora
😭😭😭 Dinar
Maysuri
jngan siksa dr q unk mengeluarkan air mata lg thor.....sedih banget 😭😭😭
Sri Wahyuni Abuzar
tisuuuuu...tolooong tisuuuu aqu habis sudah tak bersisa...tapi air mata ku masih ngalir deres ini 😭😭😭😭😭😭😭
putri
🥲🥲🥲🥲🥲
Nining Dwi Astuti
😭😭😭😭
Mika Saja
mba Nara nyesek bener ya....... ternyta begini ceritanya mengapa bang RAN jd berubah sprti bitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!