Banyak cerita yang terjadi di saat Elvin Zayyan Pradipta masih duduk di bangku SMA. Beberapa kali ia di tangkap oleh polisi, tapi tak mampu menahannya di dalam walaupun ia terlibat dengan kasus yang besar.
Ia juga terlibat dengan sebuah organisasi saat berada di negara K tempat sang granma. Kedua orang tuanya pun tidak mengetahui hal itu, tapi granma tahu tentangnya.
Sampai suatu ketika ia di paksa oleh orang tuanya untuk menikah, yang di mana dirinya belum terpikirkan untuk melakukannya.
Apakah Elvin akan menuruti atau bahkan memberontak?
Dan siapakah wanita yang akan di jodohkan dengannya?
BACA CERITANYA SEKARANG!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Felix dan Elvin kini berada di rumah sakit setelah membawa Gama yang pingsan. Gama kembali masuk ke dalam rumah sakit akibat Hayden kakak kandungnya sendiri. Sekarang Gama sudah berada di kamar perawatannya.
Teman-temannya yang lain telah pulang ke rumah masing-masing atas perintah Felix, sedangkan 3 temannya yang tidak punya rumah, Felix menyuruhnya untuk pulang ke rumahnya untuk sementara.
Orang tua Felix tidak mempermasalahkan jika ada teman Felix yang menginap di rumahnya. Mereka malah senang, terutama mama-nya
"Lo nggak nelpon bokapnya?" tanya Elvin pada Felix.
"Bokapnya ada di luar negeri. Palingan cuman Art yang akan datang, tapi gua nggak punya nomor rumahnya"
"Cek hanphone Gama, pasti ada"
"Oh iya, gua lupa" Felix merogoh saku celana Gama dan akhirnya menemukan ponselnya. Ia kemudian menghubungi nomor rumahnya.
Walaupun agak lama baru di angkat, tapi Art sudah menjawab dan akan ke rumah sakit sekarang.
"Kita tunggu sampai Art nya datang" ucap Elvin dan Felix mengangguk.
Malam sudah sangat larut, bahkan jam sudah menunjuk angka 2. 17 menit kemudian Art sudah datang dengan membawa tas yang mereka yakin itu adalah perlengkapan Gama.
"Kalian temannya den Gama yah? saya bibi Faye" ia memperkenalkan dirinya pada Felix, Elvin.
"Saya Felix dan dia Elvin" Felix memperkenalkan dirinya juga dan Elvin seraya menunjukkannya.
"Baiklah, kami pamit pulang. Besok kami akan kembali ke sini" ucap Elvin.
"Baik, den" ucap bibi Faye.
Elvin dan Felix pulang ke rumah mereka masing-masing. Kejadian malam ini benar-benar menguras tenaga mereka.
......................
Keesokan harinya di sekolah, para murid tengah berada di dalam kelas mereka masing-masing mengikuti pelajaran.
Sampai suara kepala sekolah memanggil nama Elvin dan Felix di pengeras suara meminta mereka untuk datang di kantor kepala sekolah.
Elvin dan Felix saling pandang dan bertanya-tanya ada apa gerangan mereka di panggil, begitupun dengan teman-teman sekelasnya.
Elvin, Felix keluar dari kelas dan masuk ke ruang kepala sekolah. Saat Felix mengetuk pintu dan terdengar kepala sekolah mengizinkan, mereka masuk. Namun bukan hanya kepala sekolah disana tapi ada 2 orang polisi.
"Silakan duduk Felix, Elvin!" ucap kepala sekolah.
Mereka berdua duduk di ujung meja, sedangkan kedua polisi duduk di depan kepala sekolah.
"Silakan pak!" kepala sekolah mempersilahkan polisi untuk berbicara.
Polisi mengangguk dan menatap Felix dan Elvin bergantian.
"Kalian harus kami bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan terkait dengan perkelahian dan pembakaran gudang di jalan xcx" gudang yang polisi maksud adalah tempat perkumpulan tim Gama.
Felix kaget mendengarnya, bagaimana polisi bisa tahu kalau ia berada di sana semalam, sedangkan ia pergi sebelum polisi sampai di lokasi. Sedangkan Elvin tidak kaget lagi, karena ia berfikir polisi tahu ia berada di sana pasti hasil dari keterangan anak buah Hayden yakin tertangkap semalam.
Tapi Elvin tidak terima dengan perkataan polisi yang mengatakan ia yang membakar gudang tersebut, padahal itu adalah kebohongan.
"Tapi pak..." Felix ingin protes, tapi Elvin menepuk pahanya, memberikan kode untuk tidak protes dan ikut saja. Felix hanya membuang nafas kasar dan menurut.
"Baik, kami akan membawa kedua murid bapak" ucap polisi itu.
"Silakan pak" kepala sekolah membiarkan muridnya di bawah.
Polisi ingin memegang Felix dan Elvin, takut mereka kabur. Namun, Elvin menolak untuk di pegang. Ia bukan penjahat yang harus di pegang seperti itu.
"Kami bisa jalan sendiri, pak. Kami tidak akan kabur" ucap Elvin
"Kami bukan buronan atau penjahat yang harus di pegang" ucap Felix yang juga tidak suka.
Polisi akhirnya membiarkan. Felix, Elvin berjalan lebih dulu di ikut polisi di belakang. Ada beberapa murid yang tidak sengaja melihat Felix, Elvin di bawa polisi. Karena kebetulan mereka habis dari toilet dan ada yang sedang berolahraga. Elvin dan Felix menjadi pembicaraan para murid dan guru saat ini.
***
Kantor polisi
Mereka kini berhadapan dengan polisi yang berbeda, bahkan kini mereka berada di ruangan yang sama dengan bawahan Hayden, tapi tidak ada Hayden.
"Kelima teman kalian yang kami tangkap mengatakan kalian juga ikut terlibat dalam perkelahian dan pembakaran gudang tadi malam. Dan mereka mengatakan bahwa yang bernama Felix menjadi pemimpin serta ya memerintah mereka. Apa itu benar?" tanya polisi.
"Itu tidak benar. Saya bahkan tidak mengenal mereka siapa. Saya memang berada di lokasi semalam, tapi bukan saya yang membakar gudang yang bapak maksud, dan lagipun gudang itu milik saya" ucap Felix
Felix tidak berbohong jika ia tidak mengenal bawahan Hayden. Ia memang tidak tahu namanya, yang pasti ia mengenal mereka bawahan Hayden karena menggunakan jaket yang sama dengan Hayden.
"Apa kamu punya bukti kalau itu gudang milikmu?"
Felix diam, ia tidak punya buktinya, tapi Gama punya. Karena Gama yang melihat lokasi itu pertama kali adalah Gama dan uang yang digunakan juga lebih banyak uang Gama.
"Karena kalian tidak punya bukti, kalian kami tahan bersama dengan teman-teman kalian. Silakan panggil orang tua kalian kesini, agar proses hukum bisa berjalan dengan baik"
"Anda juga tidak punya bukti untuk menahan kami" ucap Elvin.
"Tapi kami punya saksi" ucap polisi.
"Mulut bisa berbohong. Dan anda percaya begitu saja tanpa mencari tahu lebih dulu. Ckk... polisi macam apa itu, menangkap tanpa bukti dan langsung percaya dengan kata yang keluar dari mulut" ucap Elvin tanpa merasa takut.
"Jaga sopan santunmu anak muda. Tidak perlu banyak protes, telpon orang tua kalian sekarang!" polisi tidak terima ia dikatai seperti itu oleh Elvin.
Felix menoleh ke arah Elvin. "Sekarang bagaimana? gua nggak mau orang tua gua tahu dan lagipula ini nggak benar" bisik Felix.
"Lo tenang aja. Ini jadi urusan gua. Lo nggak perlu telpon orang tua Lo" Felix mengangguk. Ia percaya dengan Elvin.
Elvin kemudian menelpon seseorang, tapi bukan orang tuanya. Entah siapa yang dia telpon.
......................
Di sekolah
Waktunya istirahat. Para murid meninggalkan kelas mereka. Clara dan Fara keluar dari kelas menuju kantin. Sejak masuk kantin mereka mendengar desas-desus siswa yang mengatakan Felix dan Elvin di bawa oleh polisi.
"Felix dan Elvin di bawa polisi? kok bisa?" tanya Fara pada Clara.
"Ya mana gua tahu. Gua aja baru tahu"
"Apa yang habis mereka lakukan, tapi kalau Felix dan Elvin di tangkap kemana Gama? dia tidak ada di sini" Fara celingak-celinguk mencari keberadaan Gama.
" Mungkin dia di kelasnya"
"Itu Rosa sama teman-temannya. Mungkin mereka tahu" ucap Clara menunjuk Rosa yang baru masuk ke dalam kantin.
Saat Rosa melewati meja mereka, Fara mengehentikannya dan bertanya.
"Gua dengar Felix sama Elvin di bawa polisi, emang benar?"
"Benar lah. Kasian babang tampan gua. Pasti polisi itu salah orang. Nggak mungkin Elvin melakukan kejahatan" ucap Rose tak terima Elvin di bawa polisi dengan bergaya centil.
Fara sampai menjulurkan sedikit lidahnya seperti akan muntah melihat tingkah dan cara Rosa menyebut Elvin.
"Lalu di mana Gama?" tanya Fara
"Mana gua tahu, gua bukan emaknya" jawab Rosa jutek.
"Lo kan satu kelas markonah!" Fara sungguh tak habis fikir dengan wanita di depannya itu.
"HEH!! sembarang banget lo rubah-rubah nama gua. Gua mana tahu Gama kemana dan kalaupun gua tahu, gua juga nggak peduli kali. BYE !!!" Rosa meninggalkan mereka.
Sedangkan Fara sudah mengumpat dalam hatinya melihat Rosa. Anak itu memang tidak bisa di ajak berbicara dengan baik. Sungguh menguras emosinya. Sementara Clara hanya tertawa dalam hatinya melihat Fara.
.
.
NEXT