Chantika Anastasya gadis berusia 17 tahun yang meninggal karena rem mobilnya blong yang menyebabkan ia menabrak truk yang ada di depannya.
Bukannya mencari pertolongan, ia malah tersenyum senang karena ia pikir setelah ini ia akan pergi ke surga dan melepaskan semua beban yang sudah ia pikul selama ini.
"Syurgaa.....I'm coming"
Tapi bukannya ke surga, chantika malah terjebak di tubuh gadis culun yang ternyata memiliki masalah hidup yang cukup berat dan rumit.
Lalu apakah Chantika kuat menjalani kehidupan barunya dengan semua masalah yang ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chryssa_Dike, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Marka benar-benar marah saat sang istri keluar tanpa memberikan kabar atau mengirim pesan padanya.
'Dia pikir dia siapa? Keluar seenaknya tanpa berpamitan dengan suaminya, istri macam apa dia? Benar-benar nggak punya sopan santun!' batin Marka marah.
Marka pun memilih menuju ke kamar untuk berganti baju dan setelahnya ia pun langsung menonton tv diruang keluarga, sambil memakan camilan dan meminum kopi yang ia buat sendiri, walaupun kopi buatannya benar-bener terasa tidak enak, dan tidak bisa dirasakan.
Beberapa jam berlalu......
Saat sedang asik menonton, tiba-tiba ada suara motor yang sangat keras dan memekakkan telinga. Karena jengkel suara tersebut tidak hilang-hilang Marka pun langsung berdiri dan melihat siapa pelaku yang menyebabkan kebisingan itu.
Saat sedang mengintip di jendela depan, ia kaget bukan kepalang saat tau siapa orang yang membuat kebisingan tersebut.
Yang membuat kebisingan tadi adalah seorang laki-laki muda yang tengah membonceng sang istri di jok belakang sambil Chaca berpegangan di pinggang laki-laki tersebut.
Mendapati itu, Marka pun semakin naik pitam, dan jengkel. Lagian suami mana yang tidak marah jika melihat istrinya pulang ke rumah malam-malam diantarkan oleh laki-laki lain.
Setelah melihat itu marka pun segera bergegas keluar rumah dan menuju kearah sang istri.
"Ohh....jadi begini ya kelakuanmu, bukannya di rumah nungguin suami pulang kerja, kamu malah asik-asikan main sama laki-laki lain" marah Marka yang mengagetkan kedua orang di depannya.
Chaca dan laki-laki yang mengantarkan chaca pulang pun langsung mengarahkan pandangannya ke arah Marka. Chaca yang melihat wajah suaminya, malah semakin kaget.
"Kak ini nggak seperti yang kamu kira. Dia cuman teman aku aja kok kak" jelas Chaca dengan wajah paniknya. Tidak lupa ia juga menggenggam erat tangan sang suami.
"Saya tidak peduli, mending sekarang kamu masuk kedalam rumah, cepat!!!" ucap Marka penuh penekanan sambil melepaskan genggaman tangan Chaca.
Mendengar perintah sang suami, Chaca pun masuk kedalam rumah, tidak lupa ia juga berpamitan pada Jevan.
"Jevan aku masuk dulu ya! Makasih atas tumpangannya" ucap Chaca sambil menyerahkan helm milik laki-laki itu.
"Iya sama-sama, udah sana masuk" ucap Jevan sambil menampilkan senyum simpulnya.
Setelah Chaca masuk ke dalam rumah, kini di depan rumah hanya tersisa Marka dan Jevan. Marka memandang laki-laki di depannya dengan tatapan tajam, Jevan sendiri melihat Marka dengan wajah bingungnya.
Chaca sendiri didalam rumah sangat was-was, takut Marka dan Jevan bertengkar karena kesalahpahaman barusan.
Disisi lain....
"Lo gak usah ya deketin istri gue!" ucap Marka dingin sambil terus menatap tajam orang didepannya.
Jevan sendiri yang mendengar itu pun kaget. Hatinya terasa sakit, ia pikir pria didepannya ini adalah kakak laki-laki Chaca, tapi ternyata pikirannya itu salah, karena laki-laki itu adalah suami Chaca.
"Ahh....kau suami Chaca? Ku pikir kau kakaknya" ucap Jevan sambil menggaruk belakang tengkuknya canggung.
"Tadi aku hanya berniat mengantarnya karena melihat dia pulang kerja sendirian, aku tidak punya niat lain kok, aku hanya ingin membantunya" jelas Jevan pada Marka untuk meluruskan masalah ini.
Di pikiran Jevan saat ini adalah ia harus menerima semua fakta tersebut walaupun sedikit sakit. Karena ia tidak mau bermusuhan dengan siapapun.
Marka yang mendengarkan penjelasan Jevan pun kaget.
'Chaca kerja?'
Setelah mendengarkan penjelasan itu tadi, Marka pun memilih masuk ke rumah tanpa bicara apapun pada Jevan dan meninggalkan Jevan sendirian di depan rumahnya.
***
Sesampainya didalam rumah, pandangan Marka pun langsung tertuju pada sang istri yang tengah duduk sambil menundukkan kepalanya dalam.
"Habis dari mana? Kenapa pulang malam?" Tanya Marka tajam.
"Itu kak, Chaca habis kerja kelompok, iya kerja kelompok" jawab Chaca sambil terus menunduk.
'oh ingin bermain-main ternyata'
"Kerja kelompok dimana? Kenapa baru pulang?" pancing Marka lagi.
"Di rumah teman"
"Ohhh begitu, tapi laki-laki tadi bicara kalau kamu habis pulang kerja, lalu siapa yang benar disini? Kamu atau laki-laki itu?" Tanya Marka sambil pura-pura berfikir.
Chaca yang mendengar itupun semakin menunduk kepalanya, ia takut Marka marah kepadanya dan menyiksanya, atau lebih parahnya dia akan menceraikannya.
Tidak, Chaca tidak mau sampai itu terjadi. Ia harus segera meminta maaf dan menjelaskan alasannya bekerja agar suaminya ini tidak salah paham.
"Maaf kak" ucap Chaca mulai membuka suara.
"Aku bertanya, bukan memintamu untuk minta maaf. Jadi siapa yang benar, kau atau laki-laki itu?" ucap Marka dengan nada tegasnya.
"Chaca yang berbohong kak, maaf"
"Kenapa berbohong?"
"Chaca takut kakak marah pada Chaca"
"Lalu kalau tau saya akan marah, kenapa masih dilanjutkan" tanya Marka.
"Chaca terpaksa kak, Chaca membutuhkan uang untuk membayar sekolah dan untuk makan Chaca sehari-hari" jawabnya jujur. Mendengar jawaban itu Marka pun kaget.
"Besok tidak perlu berangkat kerja lagi" putus Narka.
"Tapi kak, kalau Chaca tidak kerja, Vhaca tidak punya uang untuk membayar uang sekolah" ucapnya menyendu.
"Tidak perlu memikirkan uang sekolah, biar aku yang membayarnya" ucap Marka enteng.
Mendengar itu, Chaca pun tersenyum senang. ia mulai berpikir kalau sang suami mulai menaruh perhatian dan tanggung jawabnya padanya.
"Jangan senang dulu, aku melakukan ini semua karena aku takut kedua orangtuamu dan orangtuaku marah karena membiarkanmu bekerja dan tidak menafkahimu" tegas Marka.
Setelah mengucapkan itu, Marka pun langsung meninggalkan Chaca, memasuki kamarnya. Chaca sendiri yang mendengarkan penuturan sang suami pun hanya tersenyum getir, ia merasa tertampar oleh realita.
Saat sedang bergelut dengan pikirannya, tiba-tiba.......
"Akhhh...."
Teriak Chaca sambil memegang kepalanya yang sangat sakit itu, ia berusaha untuk tetap kuat berjalan menuju kearah kamarnya sendiri, sambil menutup hidungnya, agar darahnya tidak sampai menetes mengotori lantai ataupun bajunya.
Ia terus menahan rasa sakit yang ada di badannya, dan berusaha untuk tetap tidur, karena besok ia harus tetap ke sekolah.
***
Pagi hari Chaca seperti hari biasanya, ia masih memasakkan makanan untuk sang suami walaupun tau kalau sang suami akhirnya tidak akan memakannya. Tapi ia tetap berusaha menjadi istri yang baik.
Saat sedang sarapan pagi, Chaca dikagetkan dengan sang suami yang tiba-tiba duduk didepannya.
"Tolong ambilkan saya makan" ucap Marka.
Chaca yang mendengar itupun tersenyum senang dan langsung mengambilkan makan sang suami. Entah semalam ia mimpi apa sampai-sampai sang suami mau memakan masakannya.
Setelah mengambilkan makan untuk sang suami ia pun langsung memberikan piring tersebut pada sang suami. Dan akhirnya mereka pun makan dalam keheningan.
"Kak, nanti malam tolong antar Chaca membeli kebutuhan bulanan ya" ucap Chaca.
"Tidak bisa, saya nanti lembur, ini kartu untukmu belanja bulanan, uang saku, dan uang sekolah. Jadi nanti belanja lah sendiri" ucap Marka tegas.
Setelah mengucapkan itu, Marka pun langsung pergi keluar rumah tanpa berpamitan pada Chaca.