NovelToon NovelToon
Kamu Berhak Terluka

Kamu Berhak Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Bibilena

Gilsa tak percaya ada orang yang tulus menjalin hubungan dengannya, dan Altheo terlalu sederhana untuk mengerti kerunyaman hidup Gilsa. Meski berjalan di takdir yang sama, Gilsa dan Altheo tak bisa mengerti perasaan satu sama lain.

Sebuah benang merah menarik mereka dalam hubungan yang manis. Disaat semuanya terlanjur indah, tiba-tiba takdir bergerak kearah berlawanan, menghancurkan hubungan mereka, menguak suatu fakta di balik penderitaan keduanya.

Seandainya Gilsa tak pernah mengenal Altheo, akankah semuanya menjadi lebih baik?

Sebuah kisah klise cinta remaja SMA yang dipenuhi alur dramatis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bibilena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia yang Hidupnya Kacau

Clarissa duduk di atas meja ketika semua orang sudah berkumpul di sana. Mereka ada di rooftop saat ini, dengan situasi sama persis seperti saat Gilsa melabrak Kevin. Meja-meja yang ada di sana disatukan, lalu kursi-kursi yang diduduki para murid mengelilingi.

Jumlah mereka total ada 14 orang, kebanyakan adalah murid kelas 10 karena mereka masih mudah diajak. Mereka telah ada selama hampir 3 tahun lebih, secara tak langsung perkumpulan ini diketuai Kevin meski tak ada posisi-posisi semacam itu di dalamnya. Idenya diawali oleh senior mereka dua tahun lalu, Kakak kelas Kevin yang sering mengajak nongkrong untuk mengobrol di atap sekolah. Lambat laun bertemu untuk mengobrol itu menjadi ranah yang lebih berani, mereka juga bermain di luar sekolah, membawa pacar, bermesraan, merokok hingga melakukan kenakalan sebagai hiburan.

Apakah mereka perkumpulan perundung atau geng sekolah?

Jawabannya bukan, mereka hanya orang-orang yang senang nongkrong dan memiliki ketertarikan yang sama. Siapapun yang juga seperti itu diperbolehkan bergabung, tak ada kualifikasi harus bagaimana. Pada kenyataannya mereka tak seliar itu, di sekolah mereka hanya sering terlihat bersama-sama, tidak pernah menunjukan terang-terangan kenakalan mereka, malah lebih banyak dikenal publik sebagai perkumpulan anak hits sekolah. Itu wajar karena banyak diantara anggotanya yang merupakan social butterfly sampai influencer sekolah.

Lalu bagaimana Gilsa menjadi ditindas satu sekolah karena orang-orang ini?

"Sudah, kalian tahu apa yang lebih lucu?" Clarissa menginterupsi obrolan teman-temannya yang sudah kesana kemari. Mereka membahas Gilsa sejak tadi, nama gadis itu sudah menjadi trending topik di sekolah sehingga tak bisa jika mereka melupakannya begitu saja.

"Dia mengamuk pada Altheo sampai mendorongnya." Gadis itu tertawa, menyesap lolipop di tangan kemudian melirik Kevin di sebelahnya.

"Dia pasti menganggap kita remeh. Dia pikir itu cukup untuk menebusnya?"

Tentu saja, itu terlalu jelas alasannya memarahi Altheo bahkan sampai bertengkar di kelas. Apa yang mereka mau bukan soal retaknya hubungan gadis itu dan si murid baru. Siapa bilang Gilsa hanya perlu menjauhi semua orang?

"Dia drama queen, ya?"

"Bukan lagi, liat aja waktu datang ke kelas kita. Arogan sekali."

Gilsa, gadis itu sumber masalah mereka 2 tahun yang lalu. Tak ada yang namanya cukup untuknya, apalagi saat dia memilih melawan apa yang telah mereka sepakati.

Apa yang terjadi saat itu? Gilsa melaporkan Kevin dan Morgan ke pihak sekolah atas kasus perundungan dan pelecehan, tapi bukan hanya mereka berdua, laporan itu juga menyeret anggota perkumpulan yang lain. Itu kasus terbesar sekolah hingga sidang besar-besaran dilakukan berkali-kali, bahkan sampai hampir melibatkan polisi.

Ini alasan utama mereka merundung Gilsa.

Mereka bahkan harus melibatkan satu sekolah untuk ikut membenci Gilsa, supaya gadis itu menyerah.

"Tapi apa perlu kita berurusan lagi dengannya?"

Masalah itu memang sudah selesai, Kevin dan Morgan juga sudah melupakannya. Namun akhir-akhir ini karena perkataan seseorang, Kevin menjadi teringat kembali masalah itu dan merasa ada yang belum tuntas. Hanya kebetulan saja saat ini dia sedang bosan, dan Gilsa menghampiri kepalanya seperti seekor burung.

Kevin ingin menembaknya sampai mati.

"Kalo merasa ini seru ikutan saja, kalau tidak tak usah. Kami hanya ingin menuntaskan rasa kesal dengan orang yang pernah mencari masalah dengan kami," kata Clarissa. Menekankan kata kami dan kalian pada para murid kelas 10 tersebut. Mereka memang sering nongkrong bersama, tapi hubungan antar kelas tetap berbeda. Para anak baru dari kelas 10 mungkin tak akan tahu seberapa besarnya huru-hara yang terjadi antara mereka dan Gilsa dulu, sampai bisa membuat satu sekolah mengingat baik kejadian itu.

Mereka bukan bagian dari kisah itu

"Tapi gangguin orang kayaknya seru."

"Iya, apalagi kakak kelas, bisa sambil bercanda juga kan tak perlu sangat serius?"

Kevin mengangguki pertanyaan itu dan tersenyum.

"Kalian bebas mau berbuat apa, asal tidak ketahuan guru, tidak akan ada yang melapor, dan tidak menimbulkan konsekuensi berlanjut. Aku tidak akan mengatur cara kalian mencari hiburan," katanya. Kemudian dia teringat sesuatu yang penting dari percakapan ini.

"Ah? Bukankah dia juga berpikir mudah menyuapi amarah kita?" Kevin menatap Clarissa. Dia kemudian menepuk Morgan di sampingnya, yang sedang merokok dan bermain ponsel sampai pemuda itu mengangkat wajah.

"Besok, kita ajak si murid baru ke sini."

•••

Gilsa mendapatkan pesan saat dirinya baru saja sampai di parkiran motor. Itu dari Pak Vinder, orang yang menjaga Ibunya di rumah sakit.

Nona, Nyonya kritis kembali.

Kembali, seperti bulan lalu pesan ini juga datang lagi. Meski begitu reaksi Gilsa tetap sama, dia memakai helm dengan cepat, mengeluarkan motor terburu-buru lalu pergi ke rumah sakit dengan menjalankan motor dalam kecepatan tinggi. Tak peduli ada masalah apa pada hari itu, jika Ibunya dikabarkan kritis Gilsa akan tetap pergi ke rumah sakit dan melupakan segalanya.

Seolah itu adalah saat pertama ibunya sakit.

Ibunya sudah koma selama 4.5 tahun lamanya akibat kecelakaan lalu lintas. Selama waktu berlalu dia terus berada dalam kondisi kritis tanpa sekalipun sempat sadar kembali. Hal mengkhawatirkan ini sudah ada di tahap Gilsa merasa pasrah pada takdir. Dia berharap Ibunya akan cepat bangun, tapi kondisi yang terus menerus mengikis harapan membuatnya enggan berharap lebih.

Sejujurnya dia maupun ayahnya jarang mengunjungi sang ibu di rumah sakit. Gilsa tak tahu kenapa ayahnya demikian, orang itu juga menolak membuat ruang intensif khusus di rumah mereka untuk merawat istrinya. Mungkin sama sepertinya, ayahnya juga tak sanggup melihat orang yang mereka sayangi terbaring tanpa tahu kapan akan bangun kembali.

Bahkan mungkin yang paling buruk beliau tak akan pernah sadar lagi.

Gilsa tak mampu menghadapi sang Ibu. Bahkan sejak sari kecelakaan itu dia tak pernah mendekati Ibunya atau menjenguknya dari dekat. Setiap kali melihat orang yang melahirkannya itu terbaring, ada perasaan tak enak dan amarah di diri Gilsa. Selalu dia tak sanggup berlama-lama dan lebih memilih pulang. Ini membuat Gilsa merasa bersalah, seolah dia tak begitu menyayangi ibunya.

Bukan demikian, hanya saja Gilsa tak sanggup.

Pada kenyataannya Gilsa juga bingung dengan dirinya sendiri. Bersamaan dengan waktu ibunya dinyatakan koma, gadis itu menjadi lupa caranya menangis. Mungkin karena kejadian buruk yang terus beruntun datang sampai tak memberi jeda untuknya bersedih.

Gilsa memarkirkan motor, dan tanpa berpikir dua kali dia turun dari motor, dengan masih memakai helm dan kunci motor yang ditarik terburu-buru. Dia berjalan setengah berlari, sambil melepaskan helmnya, melonggarkan resleting jaket kulit lalu berlari begitu melihat pintu lift terbuka.

Dulu ada masa dimana keluarganya hidup akur, rumah begitu berisik dan Ayahnya lebih sering berada di ruang tengah alih-alih ruang kerja. Gilsa bisa bermain seharian di taman belakang, para pembantu lebih aktif di siang hari karena membantu Ibunya menghilangkan jenuh dengan memasak atau membuat kerajinan. Saat hari-hari besar tiba akan selalu ada pesta di rumah, terkadang bisa sampai mengundang para tamu atau tetangga untuk berkumpul.

Namun itu semua padam seperti bagaimana Ibunya yang memilih terlelap di rumah sakit. Tak ada lagi aktivitas bersama di siang hari, rumah menjadi sepi dan kosong, serta hari apapun berlalu sama seperti hari-hari biasa. Ibunya alasan rumah bisa menjadi hangat, dia yang menghubungkan setiap hubungan di dalam rumah, sehingga ketika dia tak ada keharmonisan di rumah itu pun langsung terputus.

Bunyi lift terbuka mengalihkan perhatian Gilsa, dia keluar terburu-buru. Menyusuri setiap ruangan demi ruangan untuk kemudian sampai di pintu kayu berlapis cat cokelat tua. Gilsa segera masuk, di ruang VVIP itu telah dibuat kondisi khusus di dalam kaca penghalang sebagaimana harusnya ruang ICU di lantai bawah. Di kursi sofa ada Pak Vinder yang berdiri dan menghampirinya.

"Bagaimana?"

"Nyonya sudah tak apa, apa Nona tak tahu saya menghubungi anda satu jam yang lalu?" katanya. Gilsa tertegun, dia tidak melihat kapan pesan itu dikirimkan.

"Ah, ya? Maaf aku telat. Apa dia baik-baik saja?"

"Apa anda mau menemui dokter yang tadi menangani?"

"Ya, tolong jadwalkan itu untukku."

1
Rasmi
🥲
Rasmi
😭😭😭😭
Rasmi
gilsa gk naik kelas????? 🧐 kok isoo
Rasmi
kencan??? 😌
Rasmi
Critanya mnarik bngt.. ada kisah pertemanan, masalah kluarga jga prcintaan ...ditnggu smpe end thorr 😌☺
Rasmi
nooooo 😭
Rasmi
altheo??
Rasmi
😲
Rasmi
susss😌
Rasmi
typo y yang trakhir thor mau ikutan kaget jdi gk jadi 😭🤣
Bibilena: Ah iya maaf aku baru tahu 😭😭
total 1 replies
Rasmi
jahat bngt bjingan😭
Rasmi
pengalaman bangettt 😵‍💫
Rasmi
bner banget knpa y orng kaya tuh suka caper 😕
Rasmi
wah, seru juga,kyaknya cweknya badass dehh
Gió mùa hạ
Tak terduga.
Bibilena: 😮 terima kasih (?)
total 1 replies
BX_blue
Jalan cerita seru banget!
Bibilena: Terimakasih atas dukungannya^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!