Kamu Berhak Terluka

Kamu Berhak Terluka

Prolog

"Apa kau bahagia?"

•••

"Untuk apa?" Gilsa menatap rendah uluran tangan Altheo di depannya. Matanya meruncing tajam. Wajahnya tak sedikitpun dihiasi gurat ekspresi.

"Apa tidak bisa kita berteman?" Altheo balik bertanya. Ia meraih tangan Gilsa yang di hiasi gelang hitam warna warni itu lalu melakukan salam singkat. Gilsa termangu, menatap lama tangannya yang baru saja bersalaman dengan Altheo. Bibirnya lantas tersenyum tipis.

"Berteman denganku artinya kau akan dibenci semua orang, apa kau mau menanggungnya?"

Tatapan mencemooh diterima Altheo dari gadis itu.

•••

"Dia public enemy."

Begitu semua orang menjelaskan Gilsa ketika Altheo hanya bertanya soal siapa gadis yang selalu tidur di meja paling pojok kelas. Jika diingat kembali, Gilsa memang cocok dengan tittle seperti itu. Dia urakan, bicaranya kasar dan pakaiannya tidak memenuhi standar aturan sekolah.

Namun benarkah demikian?

Saat melihat gadis itu hanya tertidur sepanjang kelas, diabaikan seolah dikucilkan dan tidak diingatkan siapapun baik ketika jam istirahat atau pulang tiba, benarkah dia yang menjauhi semua orang?

"Jangan kasihan, atau nanti kau yang rugi."

•••

"Aku tak percaya." Gilsa merasa heran mendengar jawaban Altheo. "Kalau kau memang seburuk itu, kau tak mungkin menyambut hangat pertemanan dariku."

"Terakhir, kita tak mungkin berdiri disini jika kau memang menyebalkan."

•••

Gilsa tak habis pikir dengan Altheo. Baru kali ini dia bertemu dengan orang seperti pemuda itu.

"Kenapa kau mengajakku berteman?"

Altheo mengangkat wajahnya dari hadapan buku untuk melihat Gilsa.

"Bukankah itu terlalu menyedihkan untuk ditanyakan pada seseorang?"

Gilsa diam menunggu perkataan lain yang lebih memuaskan pertanyaannya dari bibir pemuda itu.

"Maksudku siapa yang tidak ingin berteman dengan orang lain?"

"Semua orang membenciku."

"Aku tidak."

Dua kata itu membungkam Gilsa.

•••

Altheo mengkernyit. Ia menatap kearah danau yang di pandangi Gilsa. Pantulan cahaya langit tampak jelas terlihat.

"Jangan mati," ujar Altheo. "Apa setelah mati kau akan lebih bahagia?"

•••

"Jauh-jauh dariku."

Altheo kembali menahan tangan Gilsa, "Tapi kenapa?"

"Aku tidak bisa pura-pura tak tahu. Kau melakukan semua ini karena suruhan orang itu kan?"

"Apa maksudnya? Aku tidak melakukan apapun dengan siapapun untuk menyakitimu."

"Kau melakukannya!"

Aksi tarik-tarikan terus terjadi dengan akhir dimana Altheo melepaskan lengan Gilsa dengan terkejut. Dia melihat air mata berembun dari mata Gilsa.

"Kau melakukannya seperti kebanyakan orang di hidupku, Altheo!"

•••

Gilsa menyandarkan kepalanya di antara batang Pohon. Ia menikmati hembusan napasnya sendiri sembari memejamkan mata. Altheo pun demikian, di arah berlawanan dia ikut menyandarkan kepalanya. Menikmati hembusan angin sembari menatap langit yang membiru. Tiba-tiba mereka tersenyum.

"Apa kita tidak bisa benar-benar berteman saja?" 

"Aku juga inginnya begitu."

•••

"Pacaran?" Gilsa bertanya bingung. Ia menunjuk dirinya dan Altheo bergantian.

"Kau dan aku pacaran?"

Altheo terkekeh. "Kau suka padaku kan? Kenapa kita tidak berpacaran saja?"

Gilsa menjadi berdebar hanya karena Altheo meraih tangannya dan menggenggamnya dengan elusan lembut. Kali ini omong kosong pemuda itu terasa sangat indah untuk dia terus sangkal sebagai sesuatu yang tidak nyata. Mungkin, pada akhirnya kepercayaan bahwa Altheo mendekatinya dengan maksud tertentu yang selama ini dia yakini, memang hanya kebohongan.

"Haruskah?"

•••

Altheo merasa ini adalah tamparan terpedih yang pernah dia rasakan dalam hidup. Bahkan pukulan Ayahnya tak sebanding dengan ini.

"Aku merasa aneh." Gilsa berucap tak bernada. "Aku tak bisa marah padamu. Aku juga merasa kecewa pada diriku sendiri. Aku membencimu, tapi ketika aku memikirkan kau juga merasakan hal yang sama padaku, hanya kekosongan yang aku rasakan. Kenapa kau menyembunyikannya dariku?"

Altheo terdiam, dia tak bergerak bagai patung. Pemuda itu bahkan tak bisa menatap wajah Gilsa di depannya.

"Kenapa harus kamu Altheo?!"

•••

"Apa kita tak bisa kembali bersama lagi?" Altheo bertanya pada angin kosong di belakang tubuhnya. Biasanya ada Gilsa yang akan menempati sisi lain dari pohon tua di belakang sekolah itu, tapi sekarang dia sendirian. 

"Mungkinkah kita akan bertemu dengan hubungan yang baik, jika kecelakaan itu tak pernah terjadi, Gilsa?"

•••

"Sekarang, apa kau bahagia?"

Terpopuler

Comments

Rasmi

Rasmi

wah, seru juga,kyaknya cweknya badass dehh

2024-07-18

0

BX_blue

BX_blue

Jalan cerita seru banget!

2024-07-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!