NovelToon NovelToon
Istri Sejuta Luka

Istri Sejuta Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ike Ariska

Rea memilih berdamai dengan keadaan setelah pacar dan sahabatnya kedapatan tidur bersama. Rasa cinta yang sejatinya masih bertuan pada Devan membuat Rea akhirnya memaafkan dan menerima lamaran pria itu.

Sepuluh tahun telah berlalu mereka hidup bahagia dikarunia seorang putri yang cantik jelita, ibarat tengah berlayar perahu mereka tiba-tiba diterjang badai besar. Rea tidak pernah menduga seseorang di masa lalu datang kembali memporak-porandakan cintanya bersama Devan.

Rea berjuang sendirian untuk membongkar perselingkuhan Devan, termasuk orang-orang di belakang Devan yang membantunya menyembunyikan semua kebusukan itu.

IG. ikeaariska
Fb. Ike Ariska
Tiktok. ikeariskaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ike Ariska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seutas Kata Maaf

Rea dan Devan memutuskan untuk membawa Airin pulang ke rumah mereka malam itu juga. Selama di perjalanan nyaris sama sekali tidak terdengar percakapan antara ke duanya.

Rumah.

Rea pandangi lekat-lekat wajah sendu Airin yang sedang tertidur pulas, tanpa sepengetahuannya sejak tadi Devan di ambang pintu memperhatikan.

Sepasang telaga bening milik Rea tampak berkaca-kaca, ia benar-benar sedih mengingat kejadian yang dialami Airin tadi.

“Mama janji ini akan jadi yang pertama dan yang terakhir kalinya,” batin Rea bergumam. Sedetik pun perhatiannya tidak pernah lepas dari Airin.

Hening.

“Re, aku ingin bicara sebentar!”

Tiba-tiba suara jenis bariton milik Devan menggelegar menyentuh tiap sudut ruang kamar.

“Aku tunggu di kamar,” sambungnya lagi.

Rea bergeming, ia terpaku menatap lantai enggan menoleh pada sumber suara. Derap langkah menjauh dengan lembut membelai telinga, sebelum akhirnya menuruti titah Devan terlebih dahulu Rea mencium pipi Airin yang sedang tertidur pulas.

“Tunggu sebentar ya sayang, mama akan segera kembali,” bisik Rea di telinga gadis kecil itu.

Rea juga menyempatkan diri untuk menarik dan membenarkan selimut Airin.

Klik! Bunyi lampu dimatikan.

Di kamar utama rumah minimalis itu...

Rea terdiam di daun pintu dilihatnya Devan tengah menunggu di sofa dekat jendela. Rea enggan duduk berhadapan hatinya masih menyimpan rasa kecewa atas sikap Devan tadi.

“Aku di sini, apa yang ingin kamu bicarakan, Dev?” sapa Rea sambil melangkah melewati sofa tempat di mana kini Devan sedang duduk.

Perlahan jemari rampai milik Rea menyibak tirai putih berbahan sutra, lalu dibukanya jendela berdiri membelakangi Devan yang memperlihatkan dirinya. Jendela adalah tempat favorit Rea saat di kamar karena di sana ia bisa membuang pandang dan menghirup udara dengan bebas.

Sebenarnya Rea bisa menebak apa yang ingin disampaikan Devan, bahkan sebelum pria itu bicara satu patah kata pun Rea tahu Devan ingin meminta maaf padanya.

“Sikapku tadi berlebihan,” ucap Devan bergetar.

Sementara itu Rea yang sedang meresapi dinginnya malam hanya bisa tersenyum senjang mendengarkan.

“Hm, lalu?” pungkas Rea singkat.

“Aku minta maaf,” ucap Devan menyesal.

Rea menghela napas dalam bahkan rasa sakit di hatinya belum hilang, tapi Devan dengan sangat mudah mengutarakan maaf.

Devan berdiri ia mendekati Rea yang sedang menatap pekatnya langit malam.

“Aku takut Airin kenapa-kenapa dia satu-satunya putri kita. Aku terlalu mencemaskan dia. Beruntung anak kita selamat kalau tidak bagaimana?”

“Aku syok. Rasa sayang padanya telah membuat aku berlaku buruk padamu. Rea, Sayang, tolong maafkan aku....”

Perlahan tapi pasti Devan memberanikan diri memeluk Rea dari belakang sehingga hawa hangat tercipta dengan seketika.

“Re,” sapa Devan saat ia menyadari Rea terus diam dan membisu.

Rea lerai pelukan Devan, lantas berbalik badan. Saling berhadapan. Rea ulas senyum simpul di sudut bibirnya, meski ke dua alis tampak turun dari tempatnya.

“Lupakan saja,” ucap Rea datar.

Kata-kata ‘lupakan’ dari Rea tadi menjelaskan amarah yang masih tersimpan di palung hati.

Lama Devan terdiam.

“Sebagai permintaan maaf bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Aku ingin mengajak kalian ke suatu tempat,” nada bicara Devan terdengar lebih ceria.

“Besok? Aku, ‘kan kerja,” pungkas Rea mencari alasan.

“Izin sehari saja, Bu Dokter,” goda Devan.

Sorot elangnya seperti tengah memohon.

Rea tampak menimbang, lalu setelah itu meraih ponsel di atas nakas. Tidak tega menolak ajakan Devan.

“Aku coba telepon Irina dulu,” ucapnya sambil mengangkat ponsel di tangan.

“Hm, baiklah!” angguk Devan setuju.

Setelah mencari kontak Irina, Rea kemudian bersandar di jendela seraya matanya terus menatap pada rembulan yang bersinar terang, sementara Devan dengan senang hati menunggu.

Hingga akhirnya suara lembut seseorang di seberang sana membuyarkan lamunan Rea tentang indahnya bulan.

“Selamat malam, Dokter Rea!” sapa Irina, wanita muda partner kerja Rea saat bertugas.

“Malam, Irina. Hm, besok tolong atur izin untuk saya, yaa! Sehari saja,” pinta Rea.

“Baik, Dok. Dengan senang hati,” timpal wanita itu di ujung sana.

“Terima kasih, Irina. Selamat malam!”

Tut. Sambungan terputus.

Rea menoleh pada Devan, lalu tersenyum dan mengangguk.

“Bagus.” Devan balas tersenyum.

“Besok pagi-pagi sekali kita pergi,” imbuhnya.

“Sekali lagi maafkan aku, yaa, Re.” Devan merangkul Rea ke dalam pelukannya.

Hangat cinta Devan untuk ke sekian kali membuat hati Rea luluh seperti lilin yang terbakar. Amarahnya seumpama api, semakin besar ia menyala semakin hancur pulalah Rea dibuatnya.

Meski sempat gugup akhirnya Rea membalas pelukan itu. Jemari rampainya menyentuh punggung dan balas mendekap sangat erat.

“Maafkan aku juga, yaa. Aku salah. Seharunya aku tidak lengah sedetik pun menjaga Airin.”

“Ssstt! Ini salah aku juga. Seharusnya kita berdua menjaga Airin bersama-sama. Aku salah telah menyerahkan tugas itu sepenuhnya padamu.”

Devan mengecup lembut puncak kepala Rea seraya ke dua matanya terpejam. Meresapi cintanya yang terlanjur mendalam.

“Dev,” sapa Rea.

Berhasil membuat Devan menghentikan aksinya, perlahan sepasang mata elang itu terbuka. Devan memundurkan wajahnya.

“Kalau tidak keberatan malam ini aku ingin menemani Airin tidur di kamarnya,” ucap Rea tenang.

Devan mengangguk.

“Tentu, tidak masalah. Kita akan tidur bersama malam ini di kamar Airin,” jawab Devan.

Seketika senyum timbul di sudut bibir Rea mendengar kata-kata Devan tadi.

 

 

 

 

 

 

1
Salsabila Arman
lanjut
Liem Raliem
lanjut thoooorrr
Retno Harningsih
up
Nur Adam
lnjut
Retno Harningsih
lanjut
Murni Dewita
👣
Simba Berry
baca sinopsisnya aja bikin emosi boro2 dibaca.
Anonymous
suka sama cerita nya
Anonymous
keren
Aurelia Alula
bagus ceritanya
Aurelia Alula
si Devan emg lain org ny
Aurelia Alula
hahahahaha memalukan
Aurelia Alula
sadis kali si rea
Aurelia Alula
kasian rea luka batin ny sngt dlm
Aurelia Alula
apa ini pengalaman pribadi author?
Anonymous: seperti nya iya/Chuckle/
Ike Ariska: aduh/Facepalm/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!