Peramal Tampan Yang Misterius

Butuh waktu dua jam bagi Amy untuk berdandan meski hasilnya tidak sesempurna yang dia inginkan. Alisnya belum bisa dia gambar dengan rapi, bedak yang dia pakai pun cukup tebal namun Amy yang menghabiskan waktu begitu lama untuk berdandan tidak mau usahanya menjadi sia-sia.

Dia nekat pergi dengan riasannya yang seperti itu karena dia tidak mau usahanya menjadi sia-sia tapi begitu dia datang, orang-orang justru menertawakan dirinya secara diam-diam.

Mereka menganggap, Amy tidak cocok sama sekali berdandan seperti itu dan mereka menganggap Amy lebih pantas dengan wajahnya yang tanpa riasan sama sekali.

“Sepertinya setelah menjadi manajer, kau semakin gila saja, Amy,” seseorang mengucapkan perkataan itu setelah melihat penampilannya.

“Aku tidak gila, aku hanya ingin mengubah penampilanku saja!” Amy yang tidak mau memperdulikan ucapan mereka akhirnya terpancing juga.

“Tapi penampilanmu tidak cocok sama sekali denganmu, Amy. Benar yang Elisa katakan, penampilanmu lebih bagus tanpa riasan. Mau berdandan seperti apa pun, kau tidak cocok sama sekali!”

“Mau cocok atau tidak, aku tidak peduli dengan pendapat kalian. Yang penting aku senang dengan apa yang saat ini aku lakukan!” entah kenapa tidak saja Elisa, tapi rekan sekantornya pun berkomentar akan penampilannya padahal sebelumnya mereka tidak peduli bahkan mereka mencibir dirinya sebagai wanita jelek tapi kenapa sekarang mereka justru berkata jika lebih baik dia tidak berdandan saja?

Dia tahu dandanannya belum sempurna karena dia belum terlalu bisa tapi dia sudah berusaha begitu keras agar tidak terlihat begitu memalukan. Seharusnya dandanannya tidaklah terlalu aneh karena dia sudah berusaha keras.

Sebaiknya dia tidak terlalu memikirkan perkataan mereka dan tetap berfokus dengan keinginan untuk berubah. Mungkin mereka ingin menggodanya saja dan bisa saja mereka ingin membuatnya jadi tidak percaya diri.

Benar yang Andrew katakan, dia harus menumbuhkan rasa percaya dirinya terlebih dahulu barulah dia bisa berubah sepenuhnya. Jika dia tidak memperdulikan perkataan mereka semua, mungkin rasa percaya dirinya akan segera tumbuh.

Amy pergi ke ruangannya, Elisa yang sudah datang pun sudah mendengar akan penampilannya yang semakin hari semakin berubah saja. Rasa tidak senang tentu saja semakin tumbuh subur di dalam hati.

Elisa sampai memandangi Amy begitu lama ketika Amy keluar dari ruangannya untuk mengambil sesuatu. Amy yang menyadari akan keberadaan Elisa sangat senang. Dia segera menghampiri sahabatnya karena dia ingin mengajak Elisa untuk pergi makan siang bersama.

“Elisa, bagaimana jika kita pergi makan siang bersama,” ajaknya.

Elisa memandanginya, namun dia tidak menjawab. Dia justru terlihat kecewa dengan penampilan Amy saat ini. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Elisa membuktikan jika dia tidak senang dengan penampilan Amy yang sudah banyak berubah.

“Kau bisa pergi makan siang denganku, bukan?” tanya Ami tanpa menaruh rasa curiga. sesungguhnya dia masih berusaha untuk tidak mencurigai Elisa karena dia berpikir yang bisa adalah sahabat baiknya  dan dia berpikir Elisa akan mendukung perubahannya setelah melihat apa yang telah dia lakukan.

Amy berpikir dia akan mendapatkan pujian dari Elisa atas penampilannya yang telah berubah tapi rupanya yang dia dapatkan Adalah perasaan kecewa Elisa akan perubahannya.

“Lihat dirimu, Amy. Apakah kau merasa jika kau lebih baik saat ini? Apa kau pikir jika kau sudah menjadi cantik setelah kau menggunakan make up?”

“Tentu saja, aku mulai terbiasa. Tidak saja menggunakan make up, tapi aku mulai merawat kulitku dan sekarang aku jadi tahu betapa pentingnya melakukan perawatan.”

“Tapi semua itu tidak cocok untukmu, Amy. Coba kau pergi bercermin di kamar mandi dan lihat rupamu itu? Kau sudah seperti badut yang sedang melakukan pertunjukan di rumah sirkus. Jika kau masih menganggap aku sebagai sahabatmu, sebaiknya kau segera menghentikan keinginanmu yang gila itu untuk mengubah penampilanmu. Aku lebih menyukai Amy yang dulu jadi kembalilah menjadi Amy yang dulu karena kau lebih pantas seperti itu!”

“Jika kau memang sahabat baikku, kenapa kau tidak mendukung keinginanku untuk berubah, Eliza? Aku melakukan hal ini bukan karena aku ingin mengejar pria tampan atau apa pun dan bukan karena aku ingin berubah karena ditolak oleh Alvin tapi aku melakukan hal ini untuk memperbaiki hidupku yang terasa membosankan. Kau begitu cantik, bagaimana jika kau mengajari aku untuk berdandan?” Elisa memiliki tumbuh yang begitu tinggi, dia sudah seperti seorang model. Dia memiliki penampilan yang luar biasa, tidak mungkin Elisa akan merasa tersaingi setelah penampilannya berubah.

“Aku tidak akan pernah mendukung apa yang kau lakukan saat ini, Amy. Sekalipun kau berubah secantik bidadari, aku tidak akan pernah mendukungnya karena aku lebih menyukai penampilanmu yang dulu. Walaupun kau selalu mengejar pria tampan, meski mereka selalu menghina dirimu tapi bagiku kau terlihat luar biasa dan kau tidak seperti yang mereka katakan jadi berhentilah bermain-main dan kembalilah seperti Amy yang aku kenal dulu!”

Amy mengernyitkan dahi, rasa curiganya terhadap Elisa semakin kuat saja. Apakah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Eliza? Selama berteman bersama dengannya, dia memang tidak terlalu banyak tahu tentang Elisa.

“Jadi, kau tidak mau pergi makan siang denganku?” Amy kembali bertanya walau sesungguhnya dia sudah bisa menebak hasilnya.

“Tidak, aku Ingin Amy yang dulu jadi kembalilah seperti Amy yang aku kenal. Berhentilah melakukan hal konyol seperti ini dan percayalah padaku jika kau lebih cocok seperti Amy yang aku kenal dulu.  Jika penampilan masih seperti ini maka aku akan pura-pura tidak mengenal dirimu!”

“Tapi aku hanya ingin berubah saja, Eliza? Kenapa kau tidak mau mendukung aku?"

Eliza memandangnya dengan ekspresi yang sulit Amy artikan. Elisa segera berpaling, dia seperti menyembunyikan sesuatu.

“Aku hanya ingin Amy yang dulu jadi kembalikan Amy yang polos tanpa ada riasan. Kau lebih terlihat cantik tanpa riasan apa pun jadi hentikan semua ini!” setelah berkata demikian, Elisa melangkah pergi.

Amy semakin kecewa karena sahabat baik yang selalu bersama dengannya selama ini rupanya tak bisa bekerja sama dengannya dan tidak mau memberikan dukungan untuk apa yang sedang dia lakukan tapi apakah semua itu penting?

Entah apa yang dia harus lakukan. Kehilangan sahabat baik atau tetap dengan keinginannya yang ingin berubah, kini dia jadi bimbang.

Elisa masuk ke dalam kamar mandi, dia pun menghubungi seseorang secara diam-diam tanpa ada yang tahu dan supaya tidak ada yang mendengar apa yang dia ucapkan.

“ Aku sedang berusaha, Margaret. Aku sedang berusaha supaya dia tidak mengubah penampilannya. Aku selalu memberikan pujian untuk penampilannya yang konyol dan jelek itu tapi entah kenapa tiba-tiba saja dia ingin berubah,” tentunya ada maksud terselubung dari ucapannya itu.

“Kau harus tetap meyakinkannya, Eliza. Berpura-puralah tidak peduli dengannya agar dia menghentikan apa yang dia lakukan supaya kau mau bersahabat dengannya lagi!”

“Aku memang sedang melakukannya. Amy selalu mendengarkan perkataanku dan aku akan berusaha keras agar dia berhenti dengan keinginannya. Aku pasti akan berusaha supaya tujuan kita tercapai!”

"Itu sangat bagus, lakukan dengan baik demi tujuan kita!”

“Tentu!” ucap Eliza namun seseorang yang masuk ke dalam kamar mandi secara tiba-tiba membuatnya harus mengakhiri percakapannya bersama dengan wanita yang dia panggil Margaret.

Eliza masih bersembunyi di kamar mandi, dia harus segera menghentikan Amy agar dia tidak berubah semakin jauh. Sebaiknya dia menyelidiki apa yang membuat Amy jadi memiliki niat itu. Mungkin ada seseorang yang telah memprovokasi Amy jadi dia harus tahu dan jika diperlukan, dia akan meminta bantuan seseorang untuk menghentikan niat Amy. Tujuannya tidak boleh gagal, jika tidak, dia akan rugi besar.