Wasiat Cinta Untuk Renei

Renei dan Clea untuk pertama kalinya makan di luar bersama. meski keduanya hanya duduk di toko milik Clea tapi ini sesuatu yang tidak biasa. Selama pernikahan berjalan Renei belum pernah mengajak Clea makan diluar berdua. berbeda dengan pernikahan Renei dengan Margareth. pria itu sering memberi kejutan dinner dan hadiah mewah untuk Margareth.

Clea menyendok spaghetti di hadapannya sementara Renei ia memilih steak. tidak ada obrolan apapun diantara keduanya sampai mereka selesai makan siang.

"Pak anda di tunggu meeting di kantor, kolega kita sudah tiba dari USA"

Renei melirik sekilas ke arah Clea. Ia berdiri dari duduknya tanpa bicara apapun. Tapi baru akan melangkah keluar toko Renei dan Yudi berpapasan dengan dokter Hermawan.

"Kau disini Rey?" Hermawan tidak menduga jika ia akan bertemu Renei di toko milik Clea.

Renei tersenyum sinis ia menatap tajam Hermawan. ia sudah menduga jika Hermawan intens mendekati Clea.

"Seharusnya aku yang bertanya untuk apa kau kemari? Diantara kau dan aku juga tahu jika kita bukan penggemar Vas bukan?" sindir Renei telak.

"Benar aku memang tidak membeli vas tapi aku membantu Clea untuk menyiapkan barang-barang di tokonya"

"Membantunya?! Apa ini semacam selingkuh?" Renei semakin kesal. Ia yakin Hermawan menaruh hati pada Clea.

"Selingkuh?! apa maksudmu?! Clea gadis baik-baik kau saja yang kotor pikiran nya!" kata Hermawan membela Clea.

"Apa kau bilang?!" Renei berdiri dari duduknya kedua pria itu saling menatap tajam saling tidak suka.

"Mas sudah cukup nanti dilihat banyak orang malu" Clea menghampiri kedua pria yang berdiri berhadapan itu. Ia meraih lembut lengan Renei untuk menenangkan amarah suaminya. Suami yang tidak pernah menganggapnya ada tapi marah ketika Clea di dekati pria lain.

"Mas her saya sudah mau tutup toko, terimakasih atas bantuannya hari ini" kata Clea.

Renei menoleh ke arah Clea dengan sorot mata tidak percaya. Ia memasang baik-baik pendengaran dan ingatannya. Kalau tidak salah dengar Clea memanggil Hermawan dengan sebutan mas. Renei tidak suka dengan panggilan sok akrab itu.

"Oh jadi hubungan kalian sudah sangat dekat sampai kau mempunyai panggilan istimewa untuknya?!" tanya Renei yang mulai mendorong kasar tubuh Hermawan hingga terhuyung ke belakang.

"Panggilan istimewa?" Clea bingung dengan tuduhan Renei. Ia tidak merasa mengistimewakan Hermawan.

"Kau memanggil ku mas karena aku suamimu dan kau juga memanggilnya mas, apa tadi...mas Her? Sweet sekali" kata Renei dengan wajah memerah terbakar cemburu buta.

Hermawan tersenyum tipis ia hapal watak Renei. Pria itu sedang cemburu padanya.

"Maaf Rey bukannya aku mau ikut campur rumah tangga mu tapi kau tidak menganggapnya ada lalu kenapa saat Clea di dekati pria lain kau marah?"

Renei mengepalkan tangannya, dalam hitungan detik pukulan mendarat di hidung Hermawan hingga darah segar mengucur dari lubang hidung sang dokter. Yudi segera memisah keduanya sebelum terjadi baku hantam di tempat umum.

"Mas cukup!" teriak Clea.

"Maaf pak sudah cukup ini di tempat umum, jangan sampai reputasi anda jadi buruk" kata Yudi memperingatkan.

"Dan anda dokter sebaiknya anda pergi juga dari sini" kat Yudi lagi.

"Mas her kau tidak apa-apa?" Clea mencemaskan Hermawan karena hidungnya berdarah.

"Aku tidak apa-apa"

"Kemarilah akan aku obati" Clea meraih kotak obat di laci meja kerjanya.

"Untuk apa kau repot mengobati dia?! Dia itu dokter bisa mengobati dirinya sendiri"

"Mas Renei cukup sebaiknya mas kembali ke kantor" kata Clea yang kesal dengan sikap arogan suaminya.

"Mari pak kita pergi" kata Yudi membujuk bosnya.

Sepanjang perjalanan ke kantor Renei melampiaskan amarahnya ia terus memaki Hermawan sampai Yudi hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Renei.

Benar juga kata dokter Hermawan, selama ini pak Renei tidak menganggap bu Clea tapi giliran di dekati orang lain ia tidak terima...

Sementara Clea mengobati luka di wajah tampan sang dokter. meski sedikit canggung tapi apa boleh buat ia kasihan melihat Hermawan di pukuli Renei tanpa alasan yang jelas.

"Maaf dokter" kata Clea.

"Hei jangan meminta maaf kau tidak bersalah, Renei memang pria arogan sejak dulu ia seperti itu" kata Hermawan menenangkan Clea.

"Tapi wajah anda terluka"

"Tidak masalah bukankah aku masih tetap tampan meski terluka? aku tidak kalah dari mas Renei mu itu bukan?"

Clea tertawa mendengar ocehan Hermawan. ia terhibur dengan keberadaan pria itu di sampingnya. dan Hermawan ia senang melihat tawa di wajah Clea. sangat cantik dan mempesona.

Akan aku buat kau bahagia jika si brengsek Renei itu tidak bisa membahagiakan mu Clea....

"Mas ayo kita pulang"

"Aku antar ya"

"Tidak mas, nanti terjadi salah paham lagi aku naik taxi saja"

"Baiklah tapi biar aku menunggu sampai kau dapat taxi"

Clea mengangguk keduanya berjalan berdampingan menuju nyai utama pusat perbelanjaan. berada di dekat Hermawan entah kenapa Clea merasa sedikit nyaman. ia merasa memiliki seorang teman.