Menceritakan tentang Raya seorang perempuan yang memiliki kelebihan yaitu Indra keenam. Raya adalah seorang vokalis bend nya yang berada KapRal. Raya juga merangkap sebagai pencipta lagu yang dia ambil dari kisah-kisah arwah penasaran.
Suatu hari Genk KapRal didatangkan beberapa musibah dan malapetaka, pertama Raya nyaris terbunuh, kedua bend KapRal mendapati sebuah fitnah bahwa bend mereka melakukan plagiat atas lagu-lagu yang diciptakan Raya.
Saat merasa frustasi Raya tiba-tiba mendapat ide untuk datang ke villa milik kakeknya.
Di Sana dia yang ditemani sagara menemukan beberapa hal ganjil serta berhasil menemukan sebuah syair atau mantra yang akan di ubah oleh Raya menjadi sebuah lagu.
Dari sanalah malapetaka besar itu akan muncul. Setelah Raya memperkenalkan lagi ciptaanya kepada teman-teman bend nya.
Satu persatu teman-teman bend mati dengan cara yang mengenaskan, pembunuh nya hanya meninggalkan jejak yang sama yaitu kedua bola mata korban lenyap tiada bekas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuireputih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Lagu Baru
Rindu datang, disusul Aura. Keduanya mendapati Raya tengah menarikan jemari pada satu-satunya piano yang terletak di tengah ruangan.
Ruang apartemen yang tak seberapa besar itu telah diperbaiki dan tak tampak lagi bekas kejadian perkara penganiayaan. Namun, tetap saja Rindu dan Aura ketakutan.
"Ray, kita mau bicara!"” Aura membuka suara.
Raya menoleh, menangkap rona keraguan dalam sorot wajah Rindu dan Aura. Tanpa dikatakan, Raya sudah tahu maksud pikiran mereka dan apa yang akan diutarakan.
Dengan senyum tipis dan pucat, Raya berbalik dan menarikan jemarinya. Nada-nada lemah mendayu, menambah suasana kesedihan pada hati tiga gadis itu.
"Kalian takut kan? Dan kalian berniat meninggalkanku di sini. Kenapa? Penjahat itu tidak akan melukai kalian. Apa kalian tega meninggalkanku sendiri?" ujar Raya.
"Bukan begitu, Ray. Kami … kami hanya takut dijadikan tersangka, padahal tidak tahu apa-apa. Kau tahu? Dibanding teman-temanmu yang lain, hanya kami yang diinterogasi dengan waktu cukup lama. Padahal semua tahu kalau kami sedang syuting." kata Rindu panjang lebar dengan suara serak dan mata berkaca-kaca.
Raya bangkit, kini menatap lekat mata dua sahabat yang senantiasa menemaninya beberapa tahun ini.
"Tapi aku sedang membuat lagu baru. Aku ingin kalian mendengarkannya. Beri tahu aku kekurangannya. Aku tak ingin ada masalah lagi dengan Bara." pinta Raya lirih.
Rindu dan Aura saling pandang. Bulu kuduk keduanya berdiri. Hawa dingin berhembus misterius meniup tengkuk mereka. Nada suara Raya begitu tajam dan menyeramkan. Namun, Rindu dan Aura seakan tak berdaya untuk menolak.
Selama ini, keduanya memendam takut kala mendengar lagu Raya yang katanya hasil dari curahan hati arwah penasaran. Lagu Raya hidup dan nyata.
Jemari Raya mulai menari. Nada lemah terdengar sendu, menembus ruang dengan dan mengubah atmosfer ruang hingga terasa makin mencekam. Detik jam seakan berhenti. Mati. Mata Raya terpejam, menghayati tiap titian nada. Syair pertama dinyanyikan.
~Desah irama kematian~
~Mengguncang gerbang alam barzah~
~Darah menggenang, menjerit lah!~
~Setan menjamah tangan penjagal~
~Siap merenggut jiwa ternoda …~
Raya bisa merasakan beberapa energi memaksa masuk dalam apartemen. Namun, ia tak goyah dan tetap menyanyikan lagu bernuansa sedih itu. Mata batinnya terbuka, menelanjangi sosok yang muncul satu persatu untuk mengusiknya. Sayang, energi mereka tak mampu mematahkan tekad Raya.
Lagu ini harus selesai dan berhasil meledak di pasaran. Tak peduli meski banyak arwah yang marah lantaran terusik tidur tenangnya. Rupanya energi jahat ini mampu dirasakan Rindu dan Aura. Meski mereka tak mampu melihat, tapi hawa ganjil cukup ganas menembus tiap lubang pori dan menggugah deguban jantung agar berpacu lebih kencang.
Keduanya mulai berhalusinasi secara audio. Ratapan dan tangis terdengar meski sayup-sayup dan kalah oleh irama piano Raya. Aura masih bisa meneguhkan iman untuk menutup mata, mencegah sosok tak diinginkan muncul. Namun, Rindu tidak bisa demikian.
Ia menerawang tiap sudut ruang yang perlahan berubah menjadi tempat asing. Ruangan minimalis bergaya modern perlahan berubah klasik khas Belanda. Semerbak mawar tercium, seiring dengan aroma anggur yang bertebaran dari nampan para pelayan. Pesta itu hadir dalam penglihatan Rindu yang hanya bisa terbelalak ketakutan.
Adegan berdarah kembali tayang bak film yang kembali diputar. Darah keluar, membanjir, dan berusaha membasahi ujung sepatu Rindu.
"Tidaaaaakkk …!" Rindu menjerit histeris dan langsung berlari. Pesta buyar seketika.
Aura dan Raya tersentak kaget, lalu bergegas mengejar Rindu. Beruntung, Rindu masih bisa terkejar. Wajahnya pucat pasi dan terus menangis.
tapi kerennnnn 👍👍👍👍