Dokter Cantik Tuan Psikopat

...༻⌘༺...

Athena sudah berjalan mencapai pintu, namun dia berbalik lagi karena ingin menanyakan sesuatu. Dirinya hampiri lagi Rebecca.

"Ada apa, Nona?" tanya Rebecca.

"Bolehkah aku tahu hukuman apa yang akan diterima tersangka?" balas Athena.

"Kemungkinan besar dia akan dihukum mati. Kesalahan yang telah dia perbuat sudah tak termaafkan," ungkap Rebecca.

"Dihukum mati? Tapi bukankah orang yang kena gangguan jiwa tidak boleh kena hukuman? Dia harusnya dibawa ke rumah sakit jiwa?"

"Ya, tersangka memang sudah dipastikan psikopat. Tapi dia masih bisa berpikir rasional. Orang yang berpikir rasional, diperbolehkan hukum untuk diberi sanksi. Lagi pula, bukankah orang seperti itu harusnya dimusnahkan di muka bumi ini? Kau korbannya, bukankah itu yang kau mau?"

Athena membisu. Karena dari lubuk hatinya, dia tak mau Ares dihukum mati.

"Kau benar. Itu yang kuinginkan," ujar Athena yang segera pergi meninggalkan ruang investigasi.

Bersamaan dengan itu, buru-buru Cody menemui Athena. Ia mencegat perempuan tersebut.

"Aku sudah mendengar semua pernyataanmu," tukas Cody.

"Lalu?" Athena menuntut jawaban.

"Sepertinya kau tidak mengatakan semua kesalahan Ares," kata Cody.

Kelopak mata Athena terbuka lebar. Ia tak menduga Cody bisa menyadari hal itu.

"A-apa maksudmu? Aku tak mengerti," gagap Athena seraya mengalihkan pandangan sejenak.

"Saat pertama kali aku datang ke rumah itu, aku bersembunyi. Dan aku bisa mendengar Ares memaksamu bercinta. Aku--" Cody berhenti bicara karena Athena tiba-tiba saja membekap mulutnya dengan tangan.

"Itu bukanlah hal penting, Cody. Lagi pula, tanpa kuberitahu dia tetap akan dihukum mati!" ucap Athena.

Cody terkesiap. Ia memilih mengalah karena sepertinya Athena ingin dirinya tutup mulut. Anehnya Cody juga merasa kecewa akan sikap perempuan tersebut. Dirinya merasa kalau Athena memiliki hubungan khusus dengan Ares.

"Ya sudah. Aku pergi. Hubungi aku jika ada sesuatu," pamit Athena. Ia segera beranjak meninggalkan Cody.

...***...

Kini Ares sedang berada di penjara. Wajah dan tubuhnya tampak dipenuhi lebam dan luka. Itu semua karena hukuman yang diberikan oleh para polisi. Terlebih Ares tidak kunjung berbicara sedikit pun hanya untuk sekedar mengakui kesalahannya.

Ares di tempatkan di penjara khusus karena dinilai sebagai penjahat berbahaya. Yang dilakukan Ares hanyalah diam.

Polisi tiba-tiba datang. Ares diberitahu kalau dirinya kedatangan tamu.

Ares sontak kaget. Mengingat keluarga Beneditch sudah memutuskan hubungan keluarga dengannya. Bahkan sejak masuk penjara, tidak ada satu orang pun yang datang untuk membesuknya

Ares dibawa keluar untuk menemui orang yang mencarinya. Saat dalam perjalanan, dia bertanya-tanya tentang siapa orang yang datang.

Sesampainya di ruang pertemuan, Ares melihat ternyata orang yang datang adalah Athena. Senyuman miring langsung terukir di wajahnya yang tampak babak belur itu.

Ares segera duduk ke hadapan Athena. Posisi mereka dihelat oleh sebuah kaca tebal.

"Kau pasti gila, nekat menemui orang yang sudah menculikmu," komentar Ares.

Athena menatap Ares dengan serius. Ia menghela nafasnya. Ada rasa kasihan dalam dirinya tatkala melihat keadaan Ares begitu.

"Saat itu padahal aku sudah memberimu kesempatan. Tapi kau tidak mendengarkan," tukas Athena. Perlahan air matanya menetes. Ia tak kuasa menahannya. Buru-buru Athena hapus air matanya itu.

Ares termangu menyaksikan Athena menangis. Dia lagi-lagi merasa terganggu melihat hal tersebut.

"Kenapa kau menangis? Aneh sekali," timpal Ares.

"Aku tidak tahu kenapa aku menangisi orang jahat sepertimu..." isak Athena.

"Berhentilah menangis, bodoh!" suruh Ares sambil memukul kaca.

Polisi yang berjaga langsung menghentikan aksinya. Ia segera dibawa kembali ke penjara.

"Maafkan aku, Ares... Aku tidak menduga semuanya akan berakhir begini. Aku tidak mengira kau akan mendapat hukuman mati..." ungkap Athena. Dia sebenarnya merasa bersalah sekali. Athena merasa kalau dirinya adalah penyebab Area mendapat hukuman mati.

Ares hanya diam. Ia fokus dengan tangisan serta permintaan maaf Athena.

Sekarang Ares kembali dimasukkan ke penjara. Di sana dia terus memikirkan Athena. Kepedulian Athena membuat rasa putus asa yang tadinya bersemayam dalam dirinya, bangkit begitu saja.

Ares sebenarnya sudah tahu kalau dirinya akan dihukum mati. Itulah pula yang membuatnya memilih untuk diam. Namun sekarang, ada sepercik keinginan kuat dalam dirinya untuk bebas dari penjara.

Orang jenius seperti Ares akan langsung memikirkan segala cara jika mereka sudah memiliki keinginan kuat.

'Pasti ada sesuatu yang bisa kulakukan,' batin Ares sembari melihat keluar dari jeruji besinya. Dari sana atensinya tertuju pada petugas penjara yang asyik merokok. Saat itulah Ares mendapatkan ide cemerlang untuk melarikan diri dari penjara.

"Permisi, Tuan. Aku sakit perut. Ini harus segera dikeluarkan secepat mungkin!" kata Ares sambil mengangkat salah satu tangannya.

Petugas penjara langsung menghampiri Ares. Sebelum dibawa keluar dari penjara, Ares diborgol terlebih dahulu. Setelah itu, barulah dia dibawa ke toilet.