Laura Veronica, dia merupakan seorang mahasiswi jurusan manajemen bisnis. Dia bisa di bilang wanita barbar di kampusnya, prilaku Laura memang sembrono dan centil.
Suatu hari, kebetulan ada dosen baru yang bernama Dimas Adamar, pria tampan namun berwajah dingin. Postur tubuhnya yang gagah membuat Laura terpikat akan pesonanya.
Akankahkah pria itu terpikat oleh pesona wanita barbar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Tak sengaja bertemu
Sebelumnya, pada pukul 16:00. Seorang pria nampak berjalan dengan di bantu tongkat keluar rumah, ia tak lupa mengunci pintunya sebelum keluar.
"Obatku sudah habis, aku harus membelinya ke apotek." Ucapnya sambil berjalan pincang.
Seseorang tersebut yang tak lain adalah Revan, dia mencoba berjalan ke apotek terdekat untuk membeli obat anti nyeri untuk kakinya.
Seperti yang kalian tahu, kaki Revan cacat yang sebelah kiri, dia selalu kesusahan untuk berjalan jauh. Selama ini dia selalu membeli obat anti nyeri untuk kakinya, bahkan saat ini pun dia berjalan di bantu dengan tongkat untuk menyeimbangkan langkahnya.
"Apa yang terjadi dengan Laura ya? Kenapa dia seperti tergesa-gesa mematikan ponselnya." Ucapnya sambil terus memikirkan tentang kejadian tadi di telepon.
"Haish.. Aku adalah kakak yang tak berguna, adikku setiap hari susah payah mencari uang, sedangkan aku hanya duduk diam saja di rumah." Tangannya mengepal karena kecewa pada dirinya sendiri.
Ya, selama ini Revan hanya duduk di rumah dan sesekali memasak untuk adiknya. Revan dulu bercita-cita ingin menjadi koki masak, namun sayang, dia harus mengubur cita-citanya itu setelah terjadinya musibah yang menimpanya.
"Huft.. Aku tidak boleh terlalu sering menyusahkan adikku, aku harus mencoba mencari pekerjaan. Ya, muali saat ini aku harus kerja." Ucapnya dengan penuh semangat.
Tiba-tiba, Revan memicingkan matanya ke depan. Dia melihat seseorang yang menarik perhatian matanya dengan posisi tak jauh darinya.
"Ada apa itu?" Gumamnya dan lanjut melangkahkan kakinya perlahan mencoba mendekati.
Tap.. Tap.. Tap..
"Hiks.."
"Astaga, dia menangis? Kenapa?" Gumam hatinya dan menatap sekeliling. Semua orang memperhatikan wanita yang sedang menunduk sambil menangis di samping jalan raya.
Revan bingung cara memulainya untuk mengajak bicara, dia merasa kalau saat ini dia sedang ikut campur dengan urusan orang lain. Tapi, entah kenapa dia enggan meninggalkan seseorang yang sedang menangis tersebut.
"Anu, apa anda baik-baik saja?" Mencoba memberanikan diri dengan bertanya dan mengulurkan tangannya.
Seseorang tersebut langsung mendongak dan melihat siapa yang menyapa dirinya saat ini.
Degh.
Seperti yang kalian tahu, seseorang yang menangis ini adalah Vina, dia menangis sesenggukkan sedari tadi dan menjadi pusat perhatian orang-orang.
"K--kau...." Vina terkejut karena melihat sosok pria yang tak lain adalah Revan, bahkan posisinya itu berada di depan matanya.
"V--vina...." Lirihnya pelan dengan ekspresi wajah terkejut
Saat itu juga, Vina langsung berdiri dan menyeka air matanya dengan kasar. Perasaannya kini bercampur aduk, ada sedih dan juga murka.
Pasti banyak yang menduga-duga sejak awal, memang benar mereka berdua ini saling mengenal satu sama lain, bahkan mereka berdua pernah menjadi pasangan kekasih.
"Brengsek! Kenapa aku harus melihatnya di saat suasana hatiku dalam keadaan begini. Kenapa kau baru datang hari ini hah!?! Kemana kau saat Aku membutuhkanmu." Pekiknya dalam hati dengan perasaan emosi.
"Vin, apa kabar?" Tanyanya dengan tatapan sayu pada Vina. Bohong kalau Revan tak merindukan Vina, wanita yang ada di depan matanya kini adalah cinta pertamanya, bahkan sampai detik ini pun perasaan Revan tetap sama pada Vina.
Plakkk!!
Sebuah tamparan keras Vina hadiahkan untuk pria yang selama ini tak kunjung datang padanya. Bahkan, Vina dengan tidak tahu malunya malah membuat pria lain yang bertanggung jawab mengenai perbuatan yang dilakukan dia dengan Revan.
Pipi Revan memerah dan terasa panas, tamparan kuat yang Vina lakukan membuat Revan langsung tertoleh.
"Brengsek, sialan! Kenapa kau baru muncul sekarang hah! Aku membencimu, aku benar-benar membencimu." Pekik Vina sambil memukul-Mukul dada bidang Revan.
Revan tidak melawan, dia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya, saat ini Revan mencoba menahan tubuhnya agar tak terjatuh ke belakang.
"Maaf, maafkan aku." Lirihnya.
"Hu..Hu.. Hu.. Hiks.. Kau tega sekali meninggalkanku Revan, kau membuatku menanggung semuanya sendirian." Tangisan Vina tak bisa terbendung lagi, dia terus-terusan menangis tanpa henti.
"Vin.. K-kakiku." Jelas saja, kaki Revan yang cacat kini tak sengaja terinjak oleh Vina. "S-sakit." Lirihnya.
Dengan sigap Vina langsung mundur dan reflek mendorong Revan, saat itu juga Revan langsung terjatuh dalam posisi duduk.
Brukh.
"Awwhh.." Meringis. "Akh, kakiku!" Menyentuh kakinya yang terasa sakit.
Vina malah mematung dan panik, dia bingung harus gimana dan bagaimana. Dan benar saja, Vina malah mundur dan melangkahkan kakinya untuk segera pergi.
"Tunggu Vin!" Pekik Revan menyuruh Vina untuk berhenti.
"Aku tidak ingin melihatmu lagi, kau sudah meninggalkanku dan membuatku seperti pendosa seumur hidupku." Seru Vina dengan emosinya.
Dengan susah payah, Revan mencoba untuk berdiri. "Shhht... Aku tidak meninggalkanmu hah! Ibumu sendiri yang datang padaku jika kau sudah di jodohkan dan akan segera menikah!" Pekik Revan dengan suara lantang.
Degh.
Bersambung.
єηєg ρgη мυηтαн... кαυ ∂gя
double up!!