"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. Tak Ada Jalan Kembali
Galih masuk ke sebuah cafe yang tidak terlalu ramai, tempat dia berjanji bertemu dengan Ratna.
Sebenarnya Ratna ingin Galih menemuinya di apartemen yang di sewa Galih untuk tempat tempat Ratna dan Galih selam ini memadu kasih.
Galih menolak tegas permintaan Ratna mengingat Anin telah tahu benar tempat itu bahkan beberapa kejadian di dalamnya di rekam Anin. Entah siapa kaki tangan istrinya untuk mendapatkan semua itu otaknya berputar dari kemarin memikirkannya.
"Sayang..." Ratna menghambur ke pelukan Galih, wajahnya sembab, tampilannya tak secetar biasanya, terlihat kusut dan tertekan.
Galih terlihat sungkan mendorong tubuh Ratna,
"Jangan begini, malu di lihat orang." Ucap Galih datar.
"Malu? apa maksudnya?" Mata Ratna membulat, biasanya kalau mereka berdua di resto atau di mana, Galih tak pernah keberatan untuk menunjukkan kemesraan, bahkan kadang suap-suapan.
"Toh, Anin hanya perempuan rumahan tak ada yang benar-benar kenal dirinya dan tahu kalau dia adalah istriku. Dia hanya berkutat dengan urusan rumah, memasak, menjaga anak, nyapu, ngepel. Ke mall saja setahun sekali..." Alasan Galih.
Ya, Anin tidak modis yang menggunakan tank top celana denim pendek dan sniker atau span ketat dipadu sepatu higheell, dia ibu rumah tangga dalam tampilan sederhana. Karena menurut hematnya terlalu ribet berbusana seperti itu jika hanya mengantar anak ke sekolah, berbelanja ke supermarket, mengurus laundry dan memasak bersama bik Irah di dapur.
"Malsudku, tak enak di lihat orang." Galih seketika sadar ucapannya membuat mata Ratna berkilat kesal.
Di tariknya tangan Ratna untuk kembali duduk di kursi menghadap meja di pojokan, di sana sudah tersedia dua gelas kopi.
"Kemana suamimu?" Pertanyaan itu yang pertama keluar dari bibir Galih.
"Aku tak tahu, dia sudah tak pulang dalam dua hari ini. Mungkin kembali ke Papua." Jawab Ratna, tak bisa menyembunyikan lega dengan pernyataannya sendiri.
"Apa yang di katakannya padamu? Apa yang di lakukannya setelah...setelah..." Galih menatap sekujur tubuh Ratna, memastikan perempuan ini baik-baik saja apalagi mengingat Ratna di tampar Bowo tepat di depan matanya.
Di fikirnya, mungkin Ratna sudah babak belur tetapi yang di depan matanya, perempuan ini baik-vbaik saja. Mungkin agak kacau tetapi tak ada yang terjadi seperti yang terbersit di kepalanya.
Tak ada luka atau apapun yang Ratna alami setelah perselingkuhan mereka terbongkar.
"Bagaimana dengan Anin?" Ratna menyamvar dengan mata terpicing.
"Anin pergi." Jawab Galih gusar.
"Kemana?"
"Kalau aku tahu, aku pasti tidak segusar ini!" Raut wajah Galih masam.
Ratna terdiam, dia tak tahu apakah dia senang atau sedih, tetapi kepergian Anin mempermudah dirinyau untuk mengembalikan Galih ke sisinya.
"Apakah kamu tahu kemana dia mungkin pergi?" tanya Galih tiba-tiba.
"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakanku?" Ratna mendelik tak suka dengan pertanyaan Galih.
"Kamu kan' temannya?" Galih membalas tatapan Ratna. Seketika raut wajah Ratna berubah kesal.
"Kamu bermaksud menyindirku?" Cecar Ratna.
"Kamu kira aku harus tahu kemana dia, aku tahu semua urusannya. Apalagi setelah kejadian ini? Kamu tetap berfikir kami adalah teman?" Ratna meluapkan kemarahannya, entah mengapa memikirkan Anin dia muak bukan main padahal jika di lihat dari kaca mata seharusnya, bukankah seharusnya Anin yang membencinya setengah mati?
Galih terdiam, dia tahu tak ada gunanya membicarakan soal Anin sekarang, tak akan ada hasilnya.
"Kamu benar-benar hamil?" Galih merubah arah topik pembicaraan.
"Kau kira ini hanya bohongan?" Ratna yang masih terlihat kesal balik bertanya.
"Kenapa kamu taj memberitahukan kepadaku lebih awal ? Kenapa aku harus tahu dari orang lain lebih dulu?"
"Aku bermaksud mengatakan padamu waktu di puncak itu, tetapi gara-gara urusan Anin yang mencariku kamu malah menyuruh pulang lebih dulu tengah malam buta lagi. Aku tak sempat mengatakannya." Ratna berdalih.
"Bukankah banyak waktu setelahnya?" Wajah Galih terlihat tanpa ekspresi.
"Aku...aku merasa tak ada waktu yang tepat...sikap Anin yang..."
"Ini bukan sekedar alasan, kan?" Galih menyela.
"Hey, apa maksudmu?"
"Kamu bahkan merencanakan @borsi tanpa sepengetahuanku, apakah ini benar?"
"Aku...aku..." Ratna terlihat salah tingkah.
"Apakah ada alasan lain untuk ini?" Galih bertanya layaknya seorang penginterogasi.
"Alasan apa?" Ratna tercekat, menatap lurus pada Galih.
"Apakah..." Galih terdiam sejenak.
"Apakah benar dia anak anakku? Atau..."
"Atau apa?!"
"Anak orang lain."
BRAKKK!
Ratna menggebrak meja dengan wajah merah padam. Membuat seorang pelayan yang sedang melayani pengunjung di meja lain terkejut dan kejadian itu mengundang pengunjung cafe menatap pada mereka dengan heran.
"Apa maksudmu? Kamu menuduhku tidur dengan orang lain selain kamu, begitu???" Ratna menggeram, marah bukan kepalang.
Galih tak menjawab, hal ini semakin membuat Ratna kesal bukan main.
"Aku tidak mengatakan begitu, tetapi jika itu anakku kamu pasti..."
"Ini anakmu!!!" Sambar Ratna dengan murka.
Galih menarik lengan Ratna untuk kembali duduk, matanya terpicing aungguh berbeda saat mereka berdua saling berpelukan menghabiskan waktu yang mereka curi di sela kesibukan Galih.
"Okey, tak perlu berteriak begitu." Galih meletakkan telunjuknya di depan bibirnya.
Ratna terlihat kesal bukan main dengan sikap Galih yang terlihat meragukan anak yang kini di kandungnya, jika bukan Galih memangnya siapa lagi? Selama ini Bowo tak pulang dari tempat tugasnya dan partner r@njangnya jelas hanya Galih.
Sayangnya, seorang pelakor tentu saja tak pernah benar-benar bisa di percaya moralnya, bukankan kesetiaan seorang pengkhianat itu tak mudah untuk di pegang. Galih hanya berusaha membuat Ratna merasa tersinggung untuk memberi celah baginya menyalahkan Ratna atas perselingkuhan mereka.
Cuci tangan? Oh, jelas. Bagaikan bunga yang kehabisan sari madunya, laki-laki yang hanya mencari pelampiasan nafsu layaknya kumbang, segera terbang meninggalkan tangkai yang sudah dia hisap sepuasnya. Urusan dia layu atau mati, siapa perduli?
"Sayang, aku bukannya tak yakin jika itu anakku, tapi aku harus bagaimana sekarang, rumah tangga kita berdua di ujung tanduk dan aku tak bisa memikirkan apapun sekarang." Dalih Galih, menenangkan Ratna.
"Rumah tanggamu di ujung tanduk? Sayang, rumah tanggaku malah sudah end." Sahut Ratna dengan masam.
"Untuk sementara kita tak bisa memikirkan yang lain, urusan bayimu itu membuat ruwet suasana. Seperti niat awalmu sebaiknya memang jalan terbaik kita harus menggugurkannya." Ucap Galih setengah berbisik.
Sekarang Ratna yang duduk dengan tegak menatap Galih nyaris tak berkedip. Lalu kepalanya menggeleng dengan senyum sinis.
"Tidak. Aku sudah mengambil keputusan, aku akan mempertahankan bayi kita. Tak perduli apapun yang terjadi. Bowo menceraikan aku dan kamu kini ingin meninggalkan aku juga?" Ratna mengernyitkan dahi hingga alisnya yang cantik itu bergelombang dalam kelicikan.
"Maaf, sayang. Aku tak punya pilihan, aku tak punya jalan untuk kembali. Aku tak akan membuangnya meski kamu membunuhku."
(Yeaaaay, up ya, part selanjutnya akan lebih seru lho😅 Novel ini memang di ciftakan untuk mengaduk emosi reader🤣 jgn lupa dukungannya ya biar bisa up cepat🙏🥰🥰🥰)
Oh, iya covernya sdh di ganti sama Noveltoon gak cekek2an lagi, mgkin biar gk kelihatan ka-de-er-teh🤣🤣 Semoga suka dengan cover kita yang baru yaaa🤭