NovelToon NovelToon
TERLANJUR TERLUKA

TERLANJUR TERLUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor
Popularitas:147.5k
Nilai: 5
Nama Author: SiswantiPutri

Maya dan Rangga adalah pasangan suami istri yang menjalin pernikahan karena cinta. Menghabiskan waktu dengan kehangatan dan keharmonisan walaupun tanpa adanya anak. tapi itu hanya 'awalnya' sebelum salah satu dari mereka menemukan cinta lain.

Rangga yang mulai jengah dengan hubungan tanpa tujuan perlahan terkecoh dengan hadirnya sosok baru. Pengganti istrinya yang membutuhkan perhatian lebih dari semua orang karena memiliki tubuh yang rapuh. Sosok baru yang merupakan adik kandung istrinya sendiri.

Setelah Maya tersisihkan dari keluarganya, apa pada akhirnya dia juga terbuang dari hati suaminya? Kembali mengalah pada sosok yang menjadi pemenang di hati semua orang sejak kecil!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiswantiPutri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

POV RANGGA

Aku tak peduli bagaimana terpukulnya mantan Papa mertua dalam ruang perawatan. Raut syok dari Ibu dan anak hingga menimbulkan kebisuan dari ruangan yang awalnya tercipta keributan. Berita yang baru tersiarkan cukup membuat seluruh organ tubuhku kaku.

Terpaku di tempat beberapa menit hingga alam bawah sadar memaksaku kembali ke rumah. Berita itu terlalu cepat, menimbulkan ketakutan tentang musibah yang menimpa mantan istriku di luaran sana.

Kenangan kebersamaan berlomba-lomba keluar, membuatku menjadi sosok yang paling menyesal seumur hidup. Jika benar berita itu nyata, aku tak tau bagaimana caranya memaafkan diri sendiri. Tega meninggalkan goresan di hati Maya hingga mengakibatkan perpisahan ini terjadi. Bahkan membuatnya celaka seperti ini karena penghianatanku.

"Aku benar-benar minta maaf..." sesalku.

Setelah sampai di depan rumah, buru-buru aku keluar dari dalam mobil. Berlari kesetanan mengetuk pintu kayu di depan. Jantungku semakin memompa karena tak adanya jawaban dari dalam. Apa mungkin dia pergi?

Tidak! Maya tak mungkin pergi, dan berita itu tak mungkin dia. Bahkan jika kartu identitas itu tertera nama mantan istriku. Aku benar-benar tak sanggup jika ketakutanku terwujud. Aku tak ingin dia menghilang dari hidupku.

Ditinggalkan seperti ini oleh Maya.

"MAYA KAMU DI DALAM KAN?"

TOK...TOK...TOK!!

"JANGAN BERCANDA, CEPAT BUKA PINTUNYA. AKU TAU KAMU HANYA BERMAIN-MAIN."

Kesunyian yang menyambut membuat seluruh tubuhku berubah dingin, bergetar saat mengintip jendela rumah untuk melihat ruangan yang saat ini meremang karena tak adanya pencahayaan. Ini tidak mungkin.

'Jendela?' Aku tiba-tiba tersentak, mencari kunci rumah yang sempat diberitahukan bawahanku. Ada! Kunci itu tergantung di depan jendela. Tubuhku semakin lemas mengetahui Maya memang benar-benar pergi.

Di saat ketakutan benar-benar nyata, aku masih berharap pada sang pencipta keajaiban itu datang. Dengan tangan bergetar aku membuka pintu rumah, menahan nafas beberapa saat saat kesunyian menyambut kedatanganku.

"Ma--Maya aku pulang..." Nafasku tercekat, memejamkan mata beberapa saat kemudian melangkah lunglai masuk ke dalam rumah.

"Aku pulang." lirihku lagi.

Sebelumnya aku tak pernah menyangka berada pada posisi ini. Pulang dengan perasaan hampa yang menyambut. Aku benar-benar menyesal, andai waktu bisa diulang. Daripada mencari pelarian hanya karena rasa bosan, aku lebih memilih bertahan pada rasa bosan hingga perasaan bosan itu benar-benar menghilang dari pada harus kehilangan sosok seperti Maya.

Mantan istri yang sudah aku sakiti.

Tubuhku melemas, berjalan ke lantai atas menuju kamar utama. Kamar yang aku tempati dengan Maya selama  kami menjalani bahtera rumah tangga. Aku ingin Mayaku kembali.

Cklek.

"Aku masih berharap kamu ada disini sayang, jangan tinggalkan aku." lirihku, menatap seisi kamar yang kini diselimuti warna gelap.

Saklar lampu yang ada disisi pintu aku nyalakan, tak butuh beberapa detik kekosongan yang tercipta sedikit berkurang karena cahaya lampu. Tapi itu hanya beberapa detik, sebelum netraku terpaku pada bingkai foto berukuran besar yang tertempel pada dinding yang ada di belakang kasur. Aku menahan nafas beberapa saat.

Sebuah foto yang sukses membuatku terlempar pada jurang penyesalan. Foto dimana aku dan Naya bertatapan mesra saat kami berada di luar kota telah tertempel apik di dinding.

Dadaku tercekik, dengan tubuh meluruh melihat senyum itu terpampang jelas. Foto yang sukses menggantikan kedudukan foto pernikahanku dengan Maya. Sekarang aku membisu, seberapa jauh Maya mengetahui perselingkuhanku?

"Maafkan aku sayang, maafkan aku..."

Ini menyesakkan, penyesalan yang tertimbun menguap keluar. Aku tak menyangka ternyata aku tak lebih dari pria tak punya perasaan. Hatiku mati bersama kebahagiaan sesaat yang mengakibatkan istriku pergi. Menyudahi hubungan yang sudah cukup lama kami naungi dalam ikatan pernikahan. Aku bodoh.

"ARGGGGHHHH...."

PRANGGGG.

Foto itu aku lempar asal.

"Maafkan aku, maafkan aku...."

POV RANGGA END

...***...

FLASBACK MAYA

"Kita sudah cukup lama berputar-putar di sini, sebenarnya kamu mau membawaku kemana?"

"Aku hanya memberimu waktu bernafas lega untuk sesaat. Aku tau hubunganmu yang terputus saat ini menjadi beban dalam fikiranmu saat ini. Tenangkan dirimu."

"Aku berterimakasih untuk sikapmu yang peka, tapi yang aku butuhkan hanya berisitirahat. Mungkin lebih baik kamu membantuku mencari tempat tinggal beberapa hari ke depan. Tapi tempatnya tentu jauh dari rumah orang tuaku dan rumah mantan suamiku."

"Kamu benar-benar mau jauh dari mereka? Gak mau bertemu lagi dengan salah satunya?"

Aku mengangguk pelan, tanpa menoleh pada teman masa sekolahku yang kini sukses menjadi pengacara. Jujur aku senang bertemu dengannya, apalagi pertemuan kami bertepatan saat aku pertama kali menyimpan kecurigaan tentang hubungan Mas Rangga dan Naya yang tengah berselingkuh di belakangku.

Saat aku terpuruk Geral lah yang memberiku dukungan. Bahkan menguatkan agar aku tetap waras saat keluarga dan suami justru menjatuhkan mentalku. Entah apa yang terjadi jika Geral tak ada, mungkin saat ini aku sudah terlempar pada tempat kejiwaan.

"Sekali lagi aku mau nanya, apa kamu benar gak mau bertemu dengan mereka? Orang tua dan mantan suamimu untuk selamanya?"

"Sekarang aku hanya ingin bebas."

"Baiklah aku mengerti, aku juga gak bisa lebih lama dalam tekanan yang ada. Sebenarnya aku juga lelah untuk semuanya, jadi aku rasa kamu adalah teman yang cocok untukku. Kita memiliki kisah pilu yang sama."

Aku tertegun.

"Kamu baik-baik saja? Kalau kamu ada masalah kamu bisa cerita padaku. Kamu sudah mengetahui tentangku, tapi aku sama sekali gak tau tentangmu sedikitpun Geral."

"Aku gak butuh teman bicara, aku hanya butuh teman sampai akhir. Dan itu adalah kamu."

"Kamu baik-baik saja kan Geral?"

"Kita sudah sampai."

Mendengar itu aku menatap sekitar, melihat banyaknya kendaraan berlalu lalang di jalan raya. Jalanan ini tampak ramai tanpa adanya gedung pencakar langit. Hanya ada hamparan luas dengan pepohonan besar sepanjang jalan.

"Kamu yakin kita sudah sampai? Aku gak lihat penginapan, kamu gak salah jalan kan?"

Bukannya menjawab Geral justru menatap kosong ke depan. Terdiam beberapa saat hingga membuatku seketika was-was. Aku tak tau apa yang dia fikirkan, tapi perasaanku mendadak tak enak sekarang ini.

"Kamu tau, aku sebenarnya lelah menghadapi skandal orang tuaku yang sudah diambang batas. Ayahku menjalani hidup dengan cara bermain perempuan. Siang dia menjadi bos di perusahaan, dan malam dia berubah layaknya pria single yang bermain di Klub malam bersama teman-temannya. Membawa wanita bayaran ke hotel dan yah, kamu tau apa yang terjadi selanjutnya pada mereka di hotel itu."

"Geral..."

"Dan Mamaku tak kalah kacaunya, dia sama liarnya dengan Ayahku. Berselingkuh sampai tidur dengan asisten pribadinya. Mungkin itu sebabnya mereka berjodoh. Tapi yang membuatku bingung, mereka bahkan biasa-biasa saja menanggapi pernikahan yang sudah cacat di mata semua orang, bahkan di mataku. Dan anehnya lagi, mereka gak pernah ada niatan membicarakan perceraian. Padahal akan lebih baik kalau mereka menyudahi pernikahan saja daripada seperti itu."

"Kamu baik-baik saja..."

"Aku gak pernah baik."

Aku terpaku melihat tatapan kosong yang saat ini mengunciku. Aku tak pernah tau apa yang dijalani teman sekolah ku ini, padahal dia tau apa yang menjadi masalahku. Sekarang aku merasa jahat, harusnya aku tak berlarut dengan masalahku sendiri.

"Tidak, maksudku sebelumnya aku gak pernah baik. Tapi sekarang aku sudah merasa baik."

"Syukurlah."

"Karena kamu ada di sini bersamaku, dengan jalan yang sama, yaitu untuk bebas dari penderitaan. Dan itulah alasanku kenapa aku ingin membantumu, agar kamu dan aku memiliki tujuan yang sama sampai akhir."

"Apa maksudmu?"

"Kamu bisa lihat pembatas jalan itu kan?"

"Ja--jangan bilang kamu---"

"Yah, kita akan terbebas bersama-sama. Terbebas dari kekangan dunia sayang."

Tubuhku membatu, bergetar merasakan hawa yang mendadak dingin. Bahkan sikap hangat yang Geral berikan kini tak kurasakan lagi, aku merasa sosok di sampingku adalah raga dengan jiwa yang berbeda. Benar-benar asing.

"Jangan bercanda Geral..."

"Aku gak pernah bercanda."

Nafasku tiba-tiba tercekat.

"Sadar Geral, bukan ini yang aku inginkan. Aku memang ingin bebas, tapi bukan begini..."

"Tenang saja, kalau kita selamat aku akan membawamu keluar negeri untuk memulai hidup baru. Tapi kalau tidak, itu berarti kamu dan aku memang ditakdirkan sampai di sini. Dan aku bukan di takdirkan untukmu."

"Tidak... jangan bercanda."

"Siap?"

Aku menggeleng brutal, berusaha membuka pintu mobil yang kini terkunci rapat. Keringat bercucuran di dahiku mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. Hidupku memang tertekan, tapi tekanan itu tak pernah membuatku ingin melakukan hal ini.

"Satu...dua...tiga."

"GERALLLLL."

Tarikan gas membuat punggungku terbentur kebelakang, menahan nafas dengan mata tertutup karena kecepatan mobil yang tak main-main. Air mataku meluruh melihat pembatas jalan yang mulai terlihat jelas. Pembatas yang di bawahnya terdapat aliran sungai yang sangat deras.

"TOLONGGGG....."

"Setelah ini semuanya berakhir." lirih Geral sebelum dentuman keras berbunyi memekakkan telinga dengan nyaring.

BRAKKK.

'Aku benar-benar bebas.' batinku, menangis dalam diam sebelum melemparkan sebuah KTP dari luar jendela. Aku hanya ingin di temukan, dan identitas ku diketahui sebelum aku benar-benar meninggalkan dunia ini.

"Kamu tau, aku mencintaimu Maya. Kalau kita selamat, itu berarti kita berjodoh dan aku akan menikahimu. Itulah janjiku saat ini."

Ucapan Geral adalah kalimat terakhir yang terdengar samar sebelum mobil kami membentur air. Tubuhku mati rasa, bersama pasokan oksigen yang mulai menipis, aku benar-benar pergi dan tak akan kembali lagi.

'Selamat tinggal Mama, Papa, Naya dan Mas Rangga. Semoga kalian bahagia selamanya."

DUARRRRR.

FLASBACK END

Bersambung

Instagram: siswantiputri3

Facebook: Siswanti putri

1
Ervina Pratyahastri
Luar biasa
Akbar Razaq
jangan satu ginjal harusnya kamu kasih dua duanya biar sempurna kamu menebus kesalhan.mu pada Maya.😁 heran gaka ada cara lain apa.enak di naya dong
Akbar Razaq
Helahh...masak kalian maya,geral dan kamu menyusul mau bertengkar di alam ghoib?
Akbar Razaq
Yah...ternyata Geral yg nolong Maya sedang depresi berat.
Smoga selamat tp makin panjang nih cerita
Akbar Razaq
keren maya.biarkan tangan Tuhan yg bekerja tinggal tunggu hasil akhirnya.
berusahalah utk ttp bahagia
Akbar Razaq
ini si Naya sdh mao modar saja masih jadi perusak rumahtangga kakaknya padahal darah kakaknya hampir tiap saat mengalir di tubuhnya.paraah...hh.
keluarga toxic pergi saja maya.
Akbar Razaq
Pingin aku geprek tu mulut suami dan adik laknatnya sdh mau terkubur juga masih berbuat dosa metasa jadi korban lagi.
Weni Munadhiroh
mana) anju
Tabina Rubi
lanjut kak
Elok Pratiwi
buruk
aca
g setuju mereka balikan ksih mYa jodoh lain
Jue
Aku harap Tasya tidak terluka seperti Maya kelak , Kerana memutuskan suatu hubungan tanpa berfikir panjang .
Anonymous
rada meragukan hub karel-tasya....ada kisah kah dibalikny...
Jue
Rangga kamu sentuh atau tidak Naya tak ada beza bagi ku kerana kamu tetap pernah curang dan paling menjijikkan sekali dengan adik ipar sendiri yang hukumnya haram bermadu ketika di dunia , Tidak masalah kalau kamu sudah tidak lagi mencintai Maya masa tu kamu boleh aja berterus-terang kemudian bercerai cara baik kenapa harus curang terlebih dahulu ,
Maya telah bahagia Hidup di kampung perangai mu tidak berubah memaksakan kehendak sehingga sanggup memfitnah Maya , Bukannya berubah tapi sikap mu semakin menjijikkan ,
Aku harap setelah Maya dapat harta warisan maka selamanya Maya dan Rangga tidak bertemu lagi atau pun berjodoh kembali , Jodoh Maya biarlah orang lain jauh dari lingkungan manusia-manusia toksik seperti Naya , Ibu mu dan juga Rangga .
Nurhayati
oooh jd CRT na NaYa iRi ma MaYa toh
Chintya Wijaya
bulet thorr alur cerita mu bosen baca ny
Queen kayla
si Rangga benar" menakutkan thor
Mesra Turnip
pengen tak'colok mata si ranggong ini, dulu aja songong, sekarang licik, maaf Thor, geram aku. sungguh outhornya hebat ! sehat dan bahagia slalu ya !
Jue
Tasya sepatutnya fikir dahulu untuk bersama dengan Doktor Karel , Kerana dia sepupu Lastri yang terlalu banyak makan budi dengan keluarga tersebut , Aku takut nanti Tasya makan hati .
Adi Nugroho
kayaknya Rangga sudah tahu keadaan Maya yg sekarang dengan luka bakar yg ada d tubuh Maya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!