NovelToon NovelToon
Di Balik Layar HP

Di Balik Layar HP

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Iqbal Maulana

Dimas Ardiansyah, seorang pria dari desa yang merantau ke Kota Malang untuk bekerja. Ia bekerja di sebuah perusahaan ternama di kota tersebut. Namun, ia harus menyadari bahwa bekerja di perusahaan ternama memiliki tekanan yang jauh berbeda.
Ketika ia merenungi semua masalah dan melampiaskannya ke hp hingga senja tiba. Dimas yang akhirnya pulang ke kos tak sengaja bertemu seorang gadis yang sangat menawan hingga beban pada pekerjaannya hilang sejenak setelah melihat gadis tersebut.
Apa yang akan dilakukan oleh Dimas setelah ia bertemu dengan gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqbal Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ungkapan Hati

Hari itu langit kota Malang cerah dengan awan putih yang berserakan di langit biru. Dimas berjalan pulang menuju kosnya setelah hari yang panjang di kantor. Pikirannya masih melayang-layang pada pesan terakhir yang diterimanya dari Maya, wanita misterius yang ditemuinya di kafe beberapa waktu lalu. Perasaan aneh dan manis menggelayut di dadanya setiap kali ia mengingat senyum dan tatapan mata Maya. Saat Dimas melangkah masuk ke jalan kecil yang menuju ke kosnya, tiba-tiba ia melihat seseorang yang sangat dikenalnya. Maya berdiri di sana, tampak kebingungan sambil melihat sekeliling. Dimas merasa seperti dunia berhenti sejenak. Hatinya berdebar kencang saat ia menyadari bahwa pertemuan ini bukanlah kebetulan semata.

Dengan langkah ragu, Dimas mendekati Maya. "Maya? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan suara sedikit bergetar. Maya menoleh dan tersenyum begitu melihat Dimas. "Mas Dimas! Ini aku abis beli beras, Masnya abis dari kerja?." Tanya balik Maya. “Iyaa ... abis kamu ngasi berasnya gimana kalo kita ke taman, stres rasanya kalo ribet kalo gak di kantor ya di kos,” ajak Dimas yang udah stres. “Huummmnn ... Oke deh lagian sama stresnya abis ngerjain tugas kuliah banyak banget ... individu pula,” kata Maya yang menerima ajakan Dimas. “Oke deh kalo gitu bentar mau mandi dulu nanti aku jemput di mana?” tanya lagi Dimas,”. Maya pun menjawab “Aku aja yang kesini lagi Mas Dimas,”.

Selama perjalanan dengan menaiki motor kesayangan Dimas, mereka berbicara dengan santai, mencoba mengenal satu sama lain lebih dalam. Dimas akhirnya mengetahui bahwa Maya adalah seorang mahasiswa di universitas ternama di Kota Malang. “Akhirnya mereka berhenti di Alun-Alun Kota Malang setelah berkeliling untuk membeli jajan terlebih dahulu. “Udah lama aku ga kesini meskipun deket si Mas,” curhat Maya. “Laahh kok bisa udah lama ga kesini,” sahut Dimas yang mulai kepo. Entah kenapa, Maya yang baru mengenal Dimas beberapa hari rasanya ia sangat tenang seolah-olah ia sedang diliputi awan mendung yang menutupi sinar matahari yang terik.

“Jadi gini Mas, aku tuh kalo abis kuliah yaaa kerja freelance gitu kayak nulis-nulis novel, cerpen sama puisi gitu pokoknya buat bantu keluarga,” kata Maya yang sembari menghela nafasnya. Dimas yang merasa kondisi Maya sangat mirip dengannya lantas menyahut “Yaaahhh nasibnya kita sama ternyata hahahaha. Kerjaan aku juga kadang nyiksa banget tiba-tiba banyak gitu. Mau resign tapi di kampung gimana rasanya,”. Maya tersenyum, matanya berbinar saat berbicara tentang keseharian pada orang yang tak ia lakukan sebelumnya. Maya mengangguk, mengerti perasaan Dimas. "Setiap pekerjaan pasti ada tantangannya. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya dan tetap menemukan kebahagiaan dalam apa yang kita lakukan."

Pembicaraan mereka terus berlanjut, dari topik pekerjaan hingga hobi dan impian. Dimas merasa sangat nyaman berbicara dengan Maya. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya merasa hangat dan diterima. Waktu terasa berlalu begitu cepat, dan sebelum mereka menyadarinya, matahari sudah mulai terbenam. Dimas melihat jam tangannya dan tersenyum. "Maya, bagaimana kalau kita lanjut ngobrol di kafe? Aku tahu satu tempat yang nyaman dan mereka punya kopi yang enak."

Maya setuju, dan mereka pun berjalan bersama menuju kafe yang tidak terlalu jauh dari taman. Kafe itu memiliki suasana yang hangat dengan dekorasi vintage dan musik jazz yang mengalun lembut di latar belakang. Dimas memilih meja di pojok yang memberikan privasi, dan mereka duduk berhadapan sambil memesan minuman. Saat menunggu pesanan mereka datang, Maya melihat sekeliling kafe dengan kagum. "Tempat ini benar-benar indah. Aku suka suasananya."

Dimas tersenyum, senang melihat Maya bahagia. "Aku juga suka tempat ini. Aku sering datang ke sini untuk bersantai dan menenangkan pikiran." Percakapan mereka berlanjut dengan santai dan penuh tawa. Mereka saling berbagi cerita tentang masa kecil, pengalaman lucu, dan impian masa depan. Dimas merasa semakin dekat dengan Maya, dan ia bisa merasakan ada chemistry yang kuat di antara mereka.

Saat minuman mereka tiba, Dimas mengangkat cangkir kopinya. "Untuk pertemuan yang tidak disengaja dan mungkin awal dari sebuah persahabatan yang indah," katanya sambil tersenyum. Maya tertawa kecil dan mengangkat cangkirnya. "Untuk persahabatan dan mungkin lebih dari itu," balasnya dengan tatapan penuh makna. Mereka saling tersenyum dan menyesap minuman mereka. Waktu terus berjalan, tetapi Dimas dan Maya tidak merasa bosan sedikit pun. Mereka tenggelam dalam percakapan yang semakin dalam dan penuh keakraban.

Ketika malam semakin larut, Dimas merasa bahwa saatnya untuk mengantar Maya pulang. Mereka keluar dari kafe dengan perasaan yang lebih dekat dan hangat. Dimas menawarkan untuk mengantar Maya hingga ke depan kosnya, dan Maya dengan senang hati menerima tawarannya. Saat mereka tiba di depan jalan menuju rumah Maya, Dimas merasa sedikit enggan untuk berpisah. "Maya, aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu hari ini. Aku harap kita bisa bertemu lagi."

Maya tersenyum manis. "Aku juga senang, Mas Dimas. Tentu, kita harus sering bertemu. Terima kasih sudah menemani hari ini." Dimas tersenyum dan mengangguk. "Sampai jumpa, Maya." Maya melambaikan tangan dan masuk ke dalam gang rumahnya. Dimas berdiri sejenak, menikmati perasaan hangat yang masih terasa di dadanya. Ia berjalan pulang dengan langkah ringan, merasa bahwa hari itu adalah salah satu hari terbaik dalam hidupnya.

Keesokan harinya, Dimas bangun dengan semangat baru. Ia merasa lebih berenergi dan siap menghadapi hari. Pikirannya kembali melayang pada pertemuannya dengan Maya. Hatinya dipenuhi dengan harapan dan kebahagiaan yang sulit dijelaskan. Setelah bersiap-siap, Dimas berangkat ke kantor dengan senyum di wajahnya. Sepanjang perjalanan, ia tidak bisa berhenti memikirkan Maya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja telah membuka pintu bagi sesuatu yang lebih besar dalam hidupnya.

Hari itu di kantor, Dimas bekerja dengan semangat tinggi. Rina, yang memperhatikan perubahan positif dalam diri Dimas, merasa penasaran dan mendekatinya saat istirahat makan siang. "Dimas, kamu kelihatan berbeda hari ini. Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Rina dengan senyum penuh arti. Dimas tertawa kecil. "Mungkin. Aku bertemu seseorang yang sangat istimewa kemarin." Rina tersenyum lebar. "Oh, benarkah? Ceritakan dong bikin penasaran aja!"

Dimas menceritakan pertemuannya dengan Maya, bagaimana mereka bertemu di jalan dekat kosnya, berbicara di taman, dan menghabiskan waktu di kafe. Rina mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa ikut bahagia untuk Dimas. "Sepertinya Maya adalah seseorang yang spesial," kata Rina setelah mendengar cerita Dimas. "Aku harap hubungan kalian yang diawali ketidaksengajaan itu berkembang dengan baik."

Dimas mengangguk, merasa berterima kasih atas dukungan Rina. "Aku juga berharap begitu. Aku merasa sangat nyaman bersamanya. Terima kasih, Rina." Hari-hari berikutnya, Dimas dan Maya mulai sering bertemu. Mereka menjelajahi berbagai tempat di kota Malang, dari taman-taman indah hingga kafe-kafe unik yang tersembunyi. Setiap pertemuan membawa mereka semakin dekat, dan Dimas merasa bahwa Maya adalah sosok yang telah lama ia nantikan.

Suatu hari, mereka duduk di sebuah bangku di taman yang sama seperti pertama kali mereka bertemu. Matahari sore menghangatkan suasana, dan angin sepoi-sepoi membuat momen itu terasa sempurna. "Maya, aku senang bisa mengenalmu lebih dalam," kata Dimas sambil menatap mata Maya dengan penuh rasa syukur. Maya tersenyum lembut. "Aku juga, Dimas. Kamu adalah teman yang luar biasa, dan aku merasa beruntung bisa bertemu denganmu."

Dimas merasa hatinya meluap dengan perasaan bahagia. "Maya, aku ingin kita lebih dari sekadar teman. Aku ingin kita bisa menjadi lebih dekat lagi." Maya menatap Dimas dengan mata yang berbinar-binar. "Aku juga merasa hal yang sama, Mas Dimas." Dengan perasaan yang menggebu-gebu, Dimas menggenggam tangan Maya. Mereka berdua tersenyum, merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka. Terucaplah kata “I LOVE YOU” Hari itu, di taman yang indah, Dimas dan Maya memulai babak baru dalam hubungan mereka. Babak yang penuh dengan harapan, kebahagiaan, dan petualangan yang menanti di depan.

Dimas merasa bahwa hidupnya telah berubah sejak pertemuannya dengan Maya. Di balik layar HP-nya, ada sebuah cerita cinta yang sedang ditulis. Sebuah cerita yang akan terus berkembang dan memberikan kebahagiaan dalam hidupnya. Dengan Maya di sisinya, Dimas merasa siap menghadapi apa pun yang akan datang, karena ia tahu bahwa cinta dan persahabatan yang mereka miliki adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya.

1
jeju94
hai thor aku udah mampir nih semangat ya buat karya selanjutnya
Iqbal Maulana: oke makasi masih proses yg hembusan angin
total 1 replies
Durahman Kedu
sudah selesai apa masih terus nih.. ceritanya bagus...
Iqbal Maulana: sudah bikin karya kedua judulnya "Hembusan Angin" dengan cover cewek yg diselimuti dedaunan /Grin/
Durahman Kedu: oke.. bikin lagi gan... sukses selalu pokoknya
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!