NovelToon NovelToon
Benih Twin'S CEO Kejam

Benih Twin'S CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:23.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Karena dipaksa untuk segera memiliki anak, Jovan sang CEO dari perusahaan ternama diam-diam menikah lagi. Dengan kejamnya, dia mengusir Seina selaku istri pertamanya yang dikira mandul. Namun nasib buruk pun menimpa Jovan yang mana istri keduanya mengalami kecelakaan hingga membuatnya keguguran bahkan rahimnya terpaksa harus diangkat demi menyelamatkan nyawa Ghina.

Lima tahun kemudian, Seina yang dikira mandul kembali dengan tiga anak kembar yang memiliki ketampanan mirip Jovan.

“Bunda, Oom itu milip Kakak Jelemy, apa Oom itu Ayah kita?” tanya Jelita, si bungsu.

“Bukan!” elak Seina.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akan Baik-Baik Saja

“Jhans, Jelita, lain kali jangan diulangi. Yang kalian lakukan kemarin itu berbahaya. Kalian bisa diculik oleh orang jahat di sana. Paham?”

Seina menasehati Jhansen dan Jelita dengan serius tetapi nada suaranya masih terdengar lembut dan itu membuat Jeremy merasa kurang untuk menghukum adiknya.

“Mengelti, Bunda. Jelita cama kakak Jen nda ulangi lagi.” Kemudian dua anak kembar itu memeluk Seina lalu mengulurkan lidah ke Jeremy.

Vara pun terkekeh melihat muka Jeremy ditekuk kesal. Lalu, Salwa mengajak mereka sarapan roti panggang kesukaan si kembar.

“Telima kacih, Onty.”

“Sama-sama, sayang.”

Salwa tersenyum dan merasa lega.

“Oh ya, kak Salwa sama kak Seina punya rencana buka usaha di sini atau mau ikut bekerja di kantor kami?” tanya Vara duduk di sebelah Jhansen dan Jelita yang tampak berebutan selai. Jeremy pun mengambilnya lalu mengoleskan selai itu ke roti adiknya agar tidak ribut lagi.

“Sebenarnya kita hanya sebentar di sini,” papar Salwa sebab tujuan mereka kembali hanya untuk melepaskan rindu si kembar pada Gara dan Vara.

“Heee... napa cebental aja? Lama-lamain lah, Onty. Jelita macih mau cama Onty Vala cama Papa Gala. Jananlah pulang, Bunda.” Si Jelita tidak setuju pada ucapan Salwa yang berniat kembali ke luar negeri.

“Iya... Jencen ugah mau main-main di cini.” Sahut Jhansen yang mana pipinya terlihat penuh dengan makanan.

“Kalau Jelemi udah mau pulang,” kata Jeremy yang membuat Jhansen dan Jelita pun menoleh padanya.

“Pulang aja cendili, janan ajak-ajak Bunda lah, huuuuu....!” Seru mereka memonyongkan bibir mungilnya.

“Betul sih kata Jelita sama Jhansen. Kalian menetap saja selama seminggu atau sebulan. Selamanya juga boleh kok. Sekalian, Jelita bisa bantuin vlognya aku,” kata Vara menatap Jelita.

“Apa itu pelok, Onty?” tanya Jelita dengan muka penasarannya.

“Bica di makan tah?” tanya Jhansen dengan wajah lugunya, sedangkan Jeremy memutar bola matanya malas melihat kepolosan adik-adiknya.

“Itu sayangku, bikin video terus dikirim ke story ig, Onty,” jawab Vara gregetan.

“Telus ige itu apa?”

“Itu aplikasi sosial media, sayang.” Sahut Salwa mencubit pipi Jhansen yang bakpao.

“Bica cali Ayah dong?”

Degggh...

Kali ini pertanyaan ketiga Jhansen dan Jelita mengejutkan semua orang di meja makan itu terutama Jeremy.

“Untuk apa cali Ayah? Kita udah punya Papa Gala,” timpal Jeremy kemudian.

“Tapina Papa Gala butan Ayah benelan.” Sanggah Jelita dan Jhansen yang mana kalimat itulah yang kemarin ingin mereka katakan pada Jovan.

“Udah... udaahh... kalian jangan berdebat lagi dan benar kata Jeremy, kalian sudah punya Papa Gara, tidak perlu mencari Ayah kalian,” ujar Vara berniat merubah suasana tegang itu tapi Jelita dan Jhansen seakan tidak terima.

“Hiks... Onty jananlah bilang gitu!”

“Hei, kalian mau kemana?” Vara terkejut melihat dua bocah itu berlari masuk ke kamar Gara.

“Ya ampun, apa tadi aku salah bicara?” gumam Vara menggaruk-garuk kepala.

“Kamu tidak salah, Vara. Aku lah yang salah di sini,” ucap Seina sejak tadi diam saja karena sedih akan pernyataan anaknya.

“Napa Bunda?” tanya Jeremy bingung.

“Karena Bunda, kalian tidak pernah merasakan kasih sayang dari Ayah kandung kalian. Maafkan, Bunda.”

“Jeremy, masuklah ke kamarmu dulu. Biarkan Onty Salwa yang bujuk Ibumu,” pinta Salwa dan Jeremy pun menurut saja.

“Kak Seina, aku minta.. maaf,” ucap Vara. Ia merasa bersalah melihat Seina terisak-isak di pelukan Salwa.

“Ini bukan salahmu, Vara. Ini salahku yang tidak bisa mempertahankan Ayah mereka.”

“Kak,” panggil Gara kini sudah berdiri di belakang Vara membuat sekretarisnya itu menangadah tapi ia menunduk cepat karena ekspresi Gara membuatnya takut.

“Kak, laki-laki bangsat sepertinya tidak layak kakak pertahankan dan kakak tidak salah berpisah darinya. Berhentilah menangisi pria itu, Kak.” Gara perlahan menghampiri Seina. Memegang satu bahunya serta mengusap lembut mata Seina yang berembun.

“Air mata kakak ini mahal. Tidak pantas laki-laki itu ditangisi oleh kakak.”

Vara sedikit tertegun mendengar ucapan Gara. Pria itu selalu saja terlihat cool di situasi apapun. Bahkan rasanya Vara juga ingin dipeluk seperti Seina. Namun kenyataannya, Gara suka marah dan mengerjainya. Meski begitu, Gara sangat menjaganya dari laki-laki hidung belang di kantor tapi ada rasa di mana Vara ingin dianggap lebih dari adik.

“Kak, kota ini tempat lahir kita. Gara merasa kakak sebaiknya menetap di sini,” ucap Gara setelah Seina mulai tenang tapi karena saran Gara itu membuatnya gelisah.

“Tapi, kalau menetap di sini, kakak cemas pada anak-anak, Ga.”

“Selagi Gara masih hidup, anak-anak kakak dan kalian semua akan baik-baik saja. Gara yang akan menjaga kalian dari orang jahat terutama dari pria bajingan itu. Jadi kakak tenang aja.” Gara menepuk dada dan tersenyum mantap.

Salwa yang berdiri di sana makin penasaran siapa pria bajingan yang terus dimaksudnya.

“Ka-kalau begitu, apa kakak boleh mendirikan toko bunga bersama Salwa?” tanya Seina. Sejak dulu ia ingin punya toko bunga dan itu juga keinginan Salwa.

“Jangankan toko bunga, kebunnya sekalian pun boleh kok. Apa sih yang tidak boleh buat kalian, hm?” goda Gara menarik turun alisnya membuat Salwa tertawa kecil di sana. Gara pun tersenyum malu-malu kepada wanita yang seumuran dengan kakaknya. Sedangkan Vara memutar bola matanya malas.

“Terima kasih, Gara,” ucap Salwa tersenyum.

“Iya, Kak.” Angguk Gara tersenyum lagi lalu melihat jam tangannya sudah pukul sepuluh.

“Gawat, hari ini aku punya jadwal untuk pergi mengecek pabrik baru. Gara berangkat kerja dulu, Kak!” Gara segera masuk ke kamarnya dan si kembar pun terlihat sudah berada di kamar mereka sendiri. Setelah penampilan Gara sudah rapi, pria itu menarik Vara. Seperti biasa, mereka berangkat bersama.

“Kak, untuk tokonya, Gara sudah siapkan. Tempatnya lumayan dekat dari sekolah si kembar. Jadi itu lokasi yang cocok untuk kakak dan anak-anak kakak.”

Seina tersenyum membaca pesan masuk dari Gara yang sempat dikirim. Benda pipih itu pun disimpan ke dalam saku lalu Seina mendekati Jeremy yang duduk sendirian di teras rumah.

“Jeremy, main hpnya kenapa sendiri saja? Mana adikmu, sayang?” tanya Seina membelai rambut Jeremy yang hitam pekat dan tebal.

“Tuh, meleka main di situ, Bunda.” Tunjuk bocah tampan itu pada Jhansen dan Jelita yang main masak-masakan.

“Loh, kenapa tidak ikut main ke sana, hm?” Seina mengernyit bingung.

“Jelemy nda diajak main, Bunda. Jadina Jelemy main hape aja,” jawab Jeremy.

Seina mengambil hapenya lalu meraih tangannya. Mereka mendekati dua adik kembar Jeremy di sana.

“Jhans, Jelita, lagi main apa, sayang?” tanya Seina basa-basi dulu.

“Macak-macak, Bunda. Jelita jadi cepna telul Kakak Jencenna jadi julina.” Jelita menjawab tanpa melihat ke arah Jeremy, begitu pula Jhansen menatap Ibunya saja. Mereka masih jengkel pada perkataan Jeremy.

“Kalau gitu, Bunda sama Jeremy yang jadi peserta lombanya, boleh kan?” tanya Seina duduk di depan mereka.

“Bolelah, Bunda. Tapina janan ajak Kakak Jelemy.” Jhansen mengizinkan tapi tidak untuk kakaknya.

“Loh, kok Jeremy tidak boleh?” Sahut Salwa datang dari dalam rumah membawa sepiring penuh biskuit.

“Kakak Jelemi olanna bawel. Malah-malah telush, Onty.” Jawab Jhansen dan Jelita.

“Pufft... kalian lucu sekali. Dari tadi kakakmu hanya diam tuh, tidak bicara apa-apa. Lagian Jeremy kalau marah itu tandanya sayang pada kalian berdua,” kata Salwa dan Seina mengangguk setuju.

“Tapina Kakak Jelemy tadi culu Jelita cuci piling, Bunda.” Jelita tampak masih jengkel.

Jeremy pun berdiri lalu menghentakkan sebelah kakinya. “Kalau nda mau ya udah nda usah ajak Jelemy main!” Ujarnya berbalik badan.

“Tuh kan kakak Jelemy udah malah aja,” celetuk Jhansen membuat Jeremy pun berjongkok sambil menenggelamkan kepalanya di antara dua lututnya.

Salwa dan Seina kaget mendengar Jeremy menangis di sana. Jhansen dan Jelita pun bertatapan merasa bersalah.

“Tuh kan, kalian jadi buat Kakak nangis. Kalian tidak kasihan sama kakak Jeremy, hm? Kalian tidak sayang sama dia?” Seina menatap sedih dua anaknya yang seketika itu berdiri mendekati Jeremy.

Salwa geleng-geleng kepala pada si kembar di sana tampak mulai berbaikan. Jhansen terlihat mengusap kedua mata Jeremy dan Jelita juga memeluknya.

Karena kemarin Seina pernah menjanjikannya akan membawa mereka ke wahana bermain, maka Seina dan Salwa pergi menepatinya pada sore ini

“Holleeee... Kita main di luwal ugah!” Seru Jhansen dan Jelita duduk di samping Jeremy yang tersenyum melihat dua adiknya itu sangat aktif, tidak sepertinya yang bicara saat adiknya berbuat salah atau diajak bicara oleh Seina dan Salwa.

Hari ini Seina dan si kembar merasa happy. Berbeda pada Jovan sang Presdir tampan itu merasa tersiksa gelisah merana karena masih dituntut untuk segera memiliki anak.

Terlihat Asisten Lu datang seorang diri ke ruangan Jovan, kemudian pria itu berkata pada Jovan yang sudah tiga hari ini tidak pernah pulang ke rumah.

“Tuan Jovan, apa Anda akan pulang nanti? Nyonya sudah merindukan Anda dan pesan yang saya terima, beliau menginginkan Anda untuk melakukan kencan buta.”

Jovan yang menunduk di sana merremas rambutnya dengan frustasi.

“Ini yang membuat saya malas pulang. Dia terus memaksa saya melakukan hal yang tidak ingin saya lakukan lagi! Menyebalkan!” Gerutu Jovan meringis.

“Kata Nyonya, ini demi masa depan Anda.”

Jovan menatap sinis Asisten Lu yang di sana kemudian menarik napas panjang.

“Seandainya aku tahu akan seperti ini, saya lebih baik melihatnya gila lagi daripada memenuhi keinginannya yang lebih gila itu.”

Tiba-tiba Jovan bangkit dari kursinya ketika seorang wanita cantik sudah berdiri di pintu. Raut wajahnya terlihat kecewa dan sedih.

“Ghina...?”

1
Retno Harningsih
lanjut
Author Dirabi
Nexttt
Author Dirabi
Saingan papanya si triple cdel
Author Dirabi
Mamanya Gina mencurigakan
Author Dirabi
Smngat thor
Author Dirabi
Kacian jlita linduin ayahnya
Author Dirabi
Mungkin saja y itu elsha
Author Dirabi
Nextt
Dara Dira
Lanjutt thor
Iqlima Al Jazira
iya.. ledes ndak tetuju🤭
Dara Dira
Lanjuttt
AbiManyu
jovan seenaknya aja mau ngambik anak seina
AbiManyu
semoga baik baik saja
Widia
jangan bikin seina sama jovan balikan ya thor.. kasih aja pemain baru buat jadi suaminya seina
Yu Nana
Nexxtt
Ma Em
kok Seina ga cariin anaknya yg nginap dirumah Ghina ga merasa kehilangan malah dibiarin tidur dirumah Jovan.
Ma Em
Luar biasa
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Terima kasih bund
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
next thor
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Siap nextt
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
ahilna jumpa ladi celita bocil cadel👏
Iqlima Al Jazira: sama_sama thor
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Terima kasih SDH mampir bunda
total 2 replies
ika
rasakan Jovan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!