Mencintai Ipar Ku Sendiri

"Om mau langsung pulang ya?" tanya Olan di dalam mobil ketika mereka dalam perjalanan menuju sekolahan.

Olan yang banyak berinteraksi dengan Daniel sedangkan anak sulung Lia itu hanya diam saja sambil fokus membaca buku pelajaran. Keduanya duduk di belakang dengan Daniel yang duduk di depan untuk mengemudi.

"Iya dong." jawab Daniel yang hanya melirik dari kaca spion di atasnya kemudian kembali fokus menatap jalanan.

"Kog cuma sebentar?" tanya Olan lagi.

"Soalnya Om belum libur kerja, nanti deh kalau libur kerja Om pasti nginep di rumah kamu lagi." jawab Daniel.

"Sekalian biar Om bisa ketemu Mama kamu. Eh!" batin Daniel tetapi kemudian tersenyum dengan pemikirannya sendiri.

"Kog Om senyum-senyum sendiri sih? Seneng ya nginep di rumah ku?" tanya Olan lagi dengan polosnya.

Raihan anak sulung Lia yang mendengar percakapan Om dan adiknya pun hanya menatap keduanya sekilas kemudian kembali fokus dengan bukunya.

"Iya." jawab Daniel.

"Seneng banget malahan! Apalagi semalam hehe." batin Daniel lagi.

Tentu saja semua itu hanya mampu dia ucapkan di dalam hati, karena mengingat janjinya semalam kepada Lia. Dan tidak mungkin juga dia ceritakan kepada anak-anak Lia yang bahkan belum paham apa-apa.

"Memangnya yang antar jemput sekolah kalian tiap hari siapa?" tanya Daniel untuk mengalihkan pembicaraan agar dia tidak terus teringat dengan kejadian semalam.

"Mama Om." jawab Olan.

"Kenapa tidak bareng sama Papa berangkat kerja?" tanya Daniel lagi yang ingin tahu.

"Kata Papa nanti harus balik lagi jauh kalau ngantar sekolah aku sama kakak dulu dan Papa bisa terlambat kerja." jawab Olan apa adanya sesuai dengan yang dia tahu.

Daniel mengerutkan keningnya mendengar jawaban dari anak bungsu Lia dan Yohanes ini. Karena menurutnya Yohanes berlebihan, jarak sekolah dengan tempat kerja Yohanes yang dia tahu tidak terlalu jauh. Meskipun memang harus putar balik juga tidak jauh hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.

"Benar begitu Raihan?" tanya Daniel kepada Raihan sebagai Kakaknya karena menurut Daniel bisa saja Olan berbohong.

Raihan yang dipanggil namanya pun menoleh menatap Om nya yang juga sedang menatapnya dari kaca spion diatasnya hanya menganggukkan kepala membenarkan perkataan adiknya itu. Meskipun sedang membaca buku tetapi Raihan masih bisa mendengar dengan jelas percakapan Om dan adiknya.

"Mana Mama kadang kalau jemput suka telat katanya kerjaan dirumah belum selesai. Kan aku sama Kakak jadi lama nunggunya." keluh Olan yang merasa mendapatkan tempat untuk curhat.

"Ya kan Mama kerjaan dirumah banyak. Dia harus masak, cuci baju kalian, cuci piring, bersih-bersih juga dan semuanya dikerjakan sendiri lho sama Mama gak ada yang bantuin. Jadi wajar lah kalau Mama jadi sering telat buat jemput sekolah kalian." terang Daniel panjang lebar yang memberi pengertian kepada keduanya.

Untung saja kedua anak Lia bersekolah di sekolah yang sama tetapi dengan kelas yang berbeda. Sehingga memudahkan Lia ketika sedang mengantar dan menjemputnya.

"Jadi kalian harus mengerti Mama ya. Meskipun Mama gak bekerja kayak Papa tapi justru pekerjaan Mama dirumah itu banyak dan seakan gak ada habisnya. Kalau Mama sakit trus siapa dong yang melakukan semua pekerjaan itu? Semuanya jadi terbengkalai. Maka dari itu harus bisa membantu Mama dengan mengerjakan apa yang bisa kita kerjakan sendiri." lanjut Daniel menerangkan seolah dia sedang menasehati anak-anaknya sendiri.

"Iya itu Om, Olan selalu kalau selesai mainan tidak mau dibersihkan dan dikembalikan ke tempatnya lagi. Kasihan Mama yang harus beresin." ucap Raihan yang membenarkan perkataan Om nya itu.

"Nah itu, Olan gak boleh seperti itu. Harus bisa bantu Mama dengan cara membereskan sendiri mainannya kalau sudah selesai." jawab Daniel menanggapi aduan dari Raihan tentang adiknya.

"Olan ngerti ya maksud Om?" tanya Daniel memastikan.

Olan pun hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti tentang ucapan Om nya. Dia pun berjanji setelah ini akan membantu Ibunya membereskan mainannya sendiri ketika selesai bermain.

"Oke, good boy semuanya!" ucap Daniel dengan menunjukkan jempolnya kepada mereka.

Akhirnya sampai juga di depan gerbang sekolah mereka. Setelah mengucapkan salam dan terima kasih, Raihan dan Olan pun turun dari mobil Daniel dan segera masuk ke sekolah mereka. Sedangkan Daniel masih berdiam diri di dalam mobil untuk memastikan bahwa keduanya masuk ke sekolah dengan selamat dan mengambil foto ketika keduanya masuk ke dalam sekolahan melewati gerbang sekolah bersama dengan teman-temannya yang lain.

Sebelum kembali melajukan mobilnya, Daniel mengambil ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp kemudian mencari kontak nama Lia disana.

[ anak-anak sudah masuk ke sekolah dengan aman. Aku pamit langsung pulang ya. Terima kasih.]

Tulis Daniel di pesannya dan tidak lupa dia mengirim foto pap yang barusan diambilnya ketika anak-anak Lia sudah masuk ke sekolahan.

Setelah memastikan pesannya terkirim dan checklist dua, Daniel pun kembali meletakkan di depannya. Dan setelah menunggu beberapa saat ponselnya belum juga berbunyi karena balasan dari Lia. Akhirnya Daniel pun kembali menghidupkan mesin mobilnya dan berjalan perlahan keluar dari area sekolahan.

"Aku udah seperti seorang suami yang mengantar sekolah anak-anaknya dan berpamitan kepada istrinya untuk berangkat kerja." gumam Daniel dengan terkekeh karena pemikirannya sendiri.

"Apa sebaiknya aku nikah aja ya? Kayaknya seru deh hahahaha." lanjutnya meneruskan pemikiran konyolnya sendiri.