Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
YAKIN DULU
Romeo terlihat sibuk didapur, bukan untuk memasak, melainkan membuatkan susu ibu hamil untuk Rere. Dan setelah siap, dia bawa segelas susu coklat itu menuju kamar Rere dilantai dua.
Mendengar suara ketukan pintu, Rere yang sedang membaca meletakkan novelnya diatas ranjang. Beranjak dari ranjang untuk membuka pintu.
"Romeo." Tatapan Rere seketika tertuju pada segelas susu yang dibawa Romeo. Rasanya dibelum pernah membeli susu ibu hamil, lalu susu apa yang dibawa Romeo itu?
"Boleh aku masuk?"
"I, iya." Rere minggir dari pintu, memberi jalan pada pria itu untuk masuk.
"Aku bikinin susu buat kamu."
"Susu hamil?" Rere mengernyitkan dahi.
"Iya, tadi pas mau jemput kamu, aku mampir ke minimarket untuk beli susu."
Rere sungguh tak habis pikir. Bisa bisanya Romeo seperhatian ini. Haikal yang mangaku mencintainya saja, membatalkan pernikahan karena dia hamil. Tapi Romeo, pria yang baru dia kenal malah memperlakukan dia sebaik ini. Tak hanya menyelamatkan keluarganya dari aib, tapi juga menerima dan menyayangi janin dalam kandungannya seperti darah dagingnya sendiri.
"Hai, kenapa bengong? Gak suka susu coklat? Apa mau aku belikan yang lain, vanila atau apa?"
"Ti, tidak perlu." Rere mengambil gelas ditangan Romeo lalu meminumnya hingga habis. Dia bukan penyuka susu, tapi ini rasanya enak sekali.
Melihat ada sisa susu disudut bibir Rere, Romeo menyekanya dengan ibu jari. Untuk beberapa saat mereka saling menatap. Jantung Romeo berdebar saat jarinya menyentuh bibir merah Rere. Bayangan malam itu tiba tiba terlintas dikepalanya, saat dia mencium bibir merah itu Buru buru Romeo menarik tangannya dan mengalihkan pandangannnya.
"K, kau suka?" Romeo ingin kembali mencairkan suasana. Tapi yang ada, suaranya malah terdengar bergeratar karena gugup.
"Enak." Rere meletakkan gelas kosong keatas nakas. "Padahal biasanya aku paling tak suka susu."
"Mungkin karena yang bikin ganteng jadi enak."
"Hahaha." Rere tak bisa menahan tawa mendengar kepedean Romeo. Kalau kalau dilihat lihat, Romeo memang ganteng, sebelas dua belas dengan Haikal karena kakak adik.
"Sepertinya tiap hari aku harus memuji diriku sendiri ganteng biar kamu ketawa," canda Romeo.
Melihat novel yang tergeletak diatas ranjang Rere, Romeo tergerak untuk mengambilnya. LARA, dia membaca judul novel tersebut. Dari judulnya saja, sudah terlihat jika itu novel yang menyedihkan. Apakah Rere baru membacanya?
Tapi seperti itulah kebiasaan sebagian orang. Saat sedih, mereka justru suka membaca bacaan yang menyedihkan, menonton drama yang membuat menangis, serta mendengarkan lagu lagu galau. Aneh, bukan mencari referensi yamg bisa bikin ketawa, malah memaksimalkan keadaan biar nangisnya makin kejer.
"Kau suka membaca?" Romeo iseng membuka buka novel tersebut. Membaca sekilas judul dibeberapa bab. Dia bisa tahu jika Lara adalah nama pemeran utama hanya dengan membaca sedikit cuplikan bab saja.
"Suka, bahkan aku bisa menghabiskan waktu hingga berjam jam hanya untuk membaca."
"Kau menyukai novel ini?"
"Aku menyukai Lara." Ini untuk yang kedua kalinya Rere membaca novel tersebut. "Aku suka perjuangannya. Dia bocah yang ditemukan oleh pemulung ditempat sampah. Tubuh mungilnya yang penuh luka, membuat pemulung itu memberinya nama Lara. Dikucilkan teman temannya, hanya berteman dengan tumpukan sampah sejak kecil, tapi tak membuat Lara putus asa. Dia menjadi orang yang sukses saat dewasa."
"Apa lara juga sering menangis sepertimu?"
Rere berdecak sebal, pertanyaan itu terdengar seperti sindiran.
Romeo menutup novel yang dia pegang lalu meletakkannya diatas nakas.
"Sepertinya Lara tak ada waktu untuk menangis," celetuk Romeo.
"Darimana kau tahu, sudah pernah membaca?"
"Hanya tebakanku. Biasanya, seseorang yang sudah berteman dengan luka sejak kacil, akan menjadi terbiasa seiring berjalannya waktu. Dan hal yang sudah menjadi kebiasaan itu, tak akan membuatnya meneskan air mata." Romeo berjalan menuju meja rias, mengambil foto Rere yang ada diatasnya. Rere kecil tertawa lebar bersama kedua orang tuanya.
"Ternyata kau sudah cantik sejak kecil."
"Menyebalkan, memang kau pikir kecantikanku ini hasil oplas? Aku memang sudah cantik sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan."
Romeo tergelak mendengarnya.
"Semoga saja jika anak kita perempuan, dia juga sepertimu, sudah cantik sejak dalam kandungan."
Rere terdiam. Mendengar Romeo menyebut anak kita, kenapa rasanya sangat aneh.
Romeo mengernyit melihat ekspresi Rere dari cermin rias. Apa ada ucapannya yang salah sehingga raut wajah Rere seketika berubah?
Romeo meletakkan kembali foto tersebut lalu menghampiri Rere yang duduk diatas ranjang.
"Apa ada yang salah? Apa aku tidak boleh menyebutnya anak kita?"
Rere menepuk ranjang disebelahnya, mengisyaratkan Romeo untuk duduk disana.
"Kenapa kau menyayangi anak ini? Bahkan ayah kandungnya saja tak mau tahu."
Remeo berdecak melihat air mata Rere menetes. Entah berapa banyak stok air matanya hingga tak habis habis meski terus dan terus mengalir.
"Ada aku Re." Romeo meraih tangan Rere lalu menggenggamnya. "Aku ayahnya, jangan pikirkan apa apa lagi. Anggap saja, aku adalah ayah kandungnya." Jemari Romeo bergerak untuk menyeka air mata Rere. "Oh iya, apa kau sudah memikirkan mau usaha apa?" Sengaja dia mengalihkan topik. Membahas tentang ayah janin itu hanya membuat kerja jantungnya lebih keras.
"Aku masih bingung."
"Kata mama, kamu suka bunga. Dan yang dihalaman itu, kamu semua yang menanam dan merawatnya. Kenapa tak coba bisnis jualan bunga saja?"
"Bunga?" Rere masih belum yakin. Dia memang suka bunga, tapi untuk menjadikannya usaha, rasanya belum sanggup.
"Coba kamu cari referensi dulu aja, nanti aku bantuin juga."
"Tapi gimana kalau gagal?"
Romeo geleng geleng kepala. "Itu salah satu mindset yang bikin orang gak gak bisa sukses. Belum juga mencoba, udah mikir gagal duluan. Kamu pernah denger istilah tentang sugestikan? Jika pikiran kamu gagal terus, ya bakalan benar benar gagal. Yakin dulu aja bakalan sukses, usaha dulu."
mboke dikit2 blg titip suamiku
bhkn lbh menjgkelkan lagi mboke titip2 suamiku ke aku. geleng2 aku... 😂😂😂😂dmn2 tuh pihak perempuan titip ke pihak laki2... ini kebalik