Menikah dan di jodohkan secara tiba-tiba tanpa persetujuan adalah hal yang tengah di alami oleh Andra dan Viana terlebih mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Keduanya memang saling kenal tapi sama sekali tak pernah bertegur sapa meski 3 tahun menimba ilmu di gedung yang sama. Alasan perjodohan tak lain karena orang tua Andra tak setuju dengan hubungan putranya dengan Haura meski sudah terjalin dua tahun lamanya.
Dan kambuhnya penyakit sang Mama akhirnya membuat Andra pasrah menikahi Viana.
Akankah rumah tangga keduanya tetap berjalan di tengah hubungan yang belum di selesaikan oleh Andra bersama Haura?
Yuk ikuti kisah mereka yang penuh konflik remaja.. Ini bukan turunan GAJAH ya 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Jangan bicara padaku sebelum kamu putus kan Haura! Atau, mari bercerai." ancam Viana.
Gadis itu menatap tajam penuh kekesalan pada Andra, tak ada raut wajah marah atau kaget saat Viana mengatakannya, ia malah menarik napas berat dan di buangnya pelan pelan.
Andra meraih tangan Viana untuk di genggam meski berkali-kali istrinya berontak dan menghindar.
"Vi---, sabar dulu sebentar ya," mohon Andra.
"Sabar apa? nunggu kamu pacaran sama Haura, iya? aku gak sebaik malaikat, Ndra. Aku punya rasa tak suka milikku bersama orang lain."
Andra yang mengernyitkan dahi membuat Viana sadar apa yang telah di katakannya barusan. Wajahnya yang merah langsung ia palingkan sambil melepas tangannya dengan sedikit kasar.
"Iya, gue emang milik lo, Vi." ucap Andra lirih, apa yang dikatakan istrinya bagai sebuah tamparan yang rasanya langsung sesak di dada.
"Kamu miliku cuma diatas kertas, karna sebenarnya kamu milik Haura. Dia milikin raga dan hati kamu sepenuhnya."
"Karna kami Saling cinta, Vi. Gue cinta dia," kata Andra yang nada bicaranya sedikit di tahan agar tak kelepasan.
Tak ingin terus berdebat dan sudah di tunggu, Viana pun pergi meninggalkan Andra begitu saja, semakin ia bicara yang akan ia dengar hanya kata cinta untuk Haura dari mulut Andra. Dan itu rasanya sakit luar biasa.
.
.
.
Viana dan Andra yang tadi diajak oleh Mami serta papi ternyata menemui kakak perempuan di keluarga mereka yang tak sempat datang saat pernikahan minggu lalu. Dan ini adalah pertemuan pertama Viana dengan kakak iparnya tersebut.
Mikhayla Bramasta, wanita karier yang menjabat menjadi CEO di perusahaan Bramasta Corp itu terlihat ketus tanpa senyum ramah, Viana yang merasa tak nyaman harus berkali-kali menahan napas yang bagai sedang di interview kerja.
"Mbak, ini istriku. Berhenti untuk terus bertanya," kata Andra yang akhirnya menegur Mikha.
Andra yang peka langsung memegang tangan Viana dibawah meja, ia tahu jika gadis di sampingnya itu ketakutan.
"Loh, wajar dong kalau Mbak pengen tahu," Kata Mikha lagi.
"Cukup bertanya sewajarnya, gak perlu tanya tentang keluarganya."
Andra langsung menarik Viana agar istrinya itu bangun dari duduk. Mereka pergi begitu saja saat Mami pamit ke toilet dan Papi mengantarnya.
Viana yang lemas langsung di peluk oleh Andra, ia tak bisa berbuat banyak kecuali menenangkan. Jika Andra ikut bicara ia justru takut melukai gadis itu semakin dalam nantinya.
"Maaf ya, Mbak Mikha emang gitu, jangan di ambil hati" ujar Andra.
Viana tak menjawab kecuali terus menangis, luka yang baru sembuh di kulik lagi hari ini oleh kakak iparnya sendiri di pertemuan pertama mereka.
"Seburuk apapun ibu, dia tetap ibuku, Ndra."
"Iya, gue ngerti, Kita pulang ya," ajaknya pada Viana.
Setuju tak setuju Andra tetap membawa gadis itu pulang kerumahnya, tak perduli jika nanti kedua orang-tuanya bertanya. Ini akan jadi urusan Mikha karna sekuat apapun ia dan Viana membela diri, Sang kakak begitu sulit untuk mau mengalah, ia akan merasa benar apapun masalahnya.
"Vi, udah dong. Jangan nangis ya, kita beli icr cream, mau ya," bujuk Andra yang masih fokus pada jalan di di depannya tersebut.
"Ndra, kamu tahu satu hal gak?" tanya Viana di tengah isak tangisnya.
"Apa?"
.
.
Kata Ayah, di selingkuhin di depan mata itu sakit. Makanya Ayah milih mundur.