NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Tinggal Diam

Napas Hanum sesak. Air masuk ke pangkal hidung hingga membuatnya tersedak. Sebuah tangan dengan kuat menekan kepala belakangnya hingga tenggelam di air. Telinganya bisa mendengar jelas suara kikik tawa beberapa perempuan yang cukup dekat dengan posisinya. Begitu sadar mengalami mimpi merasuk lagi, secepatnya Hanum membuka mata. Perih, Hanum mengerjap lalu menutup mata lagi.

Tangan yang menekan kepala Hanum kemudian menarik keluar wajah itu dari air dengan menjambak rambutnya. Akhirnya Hanum bisa bernapas lega. Saat tangan itu hendak menekan kepalanya lagi, Hanum menguatkan otot leher dan lengan yang bertumpu di wastafel.

Hanum merasa tenang bisa melihat dengan jelas wajah perempuan yang ia rasuki melalui cermin di depannya. Bahkan nama yang tertera di seragam juga terpantul di sana, Kinar.

“Lo mau ngelawan gue?!” bentak suara perempuan di belakang Hanum.

Hanum kesal karena orang itu terus berusaha menceburkan kepalanya ke kubangan air wastafel lagi. Dengan cepat digenggamnya tangan di belakang kepala itu lalu ia cengkeram kuat-kuat.

“AAARGH! SAKIIIT!!” jerit pemilik tangan itu. Tangannya terlepas dari kepala Hanum. Lalu Hanum memutar badan seraya memuntir tangan itu dengan tanpa ampun. Orang itu makin jejeritan saat Hanum menekuk tangannya ke pinggang bahkan bokongnya ditendang hingga ia menubruk dinding.

“Kurang ajar lo, ya!” hardik yang lainnya.

Sekarang Hanum bisa melihat dengan jelas bahwa dirinya sedang berada di sebuah toilet bersama tiga murid berseragam SMA. Ia baca name tag yang terpasang di dada kanan tiga gadis itu. Nana, yang tadi mencelupkan wajahnya ke air. Rila, gadis berambut pendek. Dan Tania, yang modis serta paling cantik di antara mereka bertiga.

Jelas Hanum kesal. Semula dirinya sedang enak-enakan tidur di pangkuan Nayla setelah lelah berlatih dengan Febri tapi tiba-tiba bermimpi merasuk ke tubuh korban bully. Hanum pastikan dirinya kali ini tak akan gagal lagi.

Rila menjulurkan tangannya ke kepala Hanum hendak menjambak. Hanum dengan gesit menangkapnya lalu dipelintirnya juga tangan kurus itu. Terdengarlah suara jeritan dua gadis pem-bully-nya yang bersahut-sahutan memenuhi ruangan. Tania melotot melihat tindakan perlawanan Kinar—yang dirasuki Hanum yang membuat dua sohibnya sampai histeris.

“Sialan lo, Kinar!” umpat Tania. Ia mengentakkan kaki mendekati Hanum lalu coba menyerang dengan tangan kanan.

Hanum menendang paha Rila yang sedari tadi ditahannya hingga gadis itu tersungkur dengan keras. Tania kian murka. Ia ayunkan tangannya ke arah wajah Hanum —PLAKK—  Hanum lebih dulu menampar pipi kiri Tania saat sudah dekat. Tania membelalak. Tak percaya dirinya akan mendapat serangan lebih dulu oleh Kinar yang semula gemetar ketakutan saat dirundungnya itu.

Tania meremas pipi kirinya yang merah memanas sambil melotot nyalang ke arah Hanum. “LO KESAMBET SETAN, HA?!” bentaknya, “KURANG AJAR!!” Tania meradang. Ia merangsek maju sambil mengulurkan tangan.

Lagi-lagi Hanum menampar lebih dulu dengan ekspresi wajahnya yang tenang. Terlalu enteng melawan gadis-gadis itu, pikirnya. “Aku salah apa?” tanya Hanum dengan suara milik Kinar. Ia harus tahu duduk perkara untuk bisa menyelamatkan orang yang dirasukinya.

“Anak panti kayak lo nggak pantes sekolah di tempat elit kayak gini!” teriak Tania sambil terus melayangkan pukulannya yang juga terus ditangkis Hanum dengan santai.

“Ooh...” ucap Hanum. Kesal bukan main mendapati anak-anak orang kaya yang tak mau menerima perbedaan. “Toh sama-sama manusia,” gumamnya, “oh, apa bukan? Kalian setan?”

Tania makin tak habis pikir dengan keberanian Kinar. Padahal ke manapun gadis itu pergi selalu menundukkan kepala. Tapi kali ini tiba-tiba sikapnya berubah drastis? Tania merasa ada yang tak beres. Buru-buru dikeluarkannya HP keluaran terbaru dari saku roknya lalu men-dial kontak seseorang dengan tangan gemetaran. “Halo? Buruan ke toilet lantai dua—”

Hanum menyambar HP dari tangan Tania lalu dilemparnya ke tong sampah tanpa tutup yang penuh bekas pembalut.

“AAARGH! AIPON GUEEE! SIALAN LO, KINAAAR!!” Tania histeris dan segera mengobok isi tong sampah untuk mengambil HP-nya kembali. “JIJIIIIIKK!! ANJRIIIT!!” racaunya saat mengangkat HP basah itu.

Hanum tertawa puas melihat anak-anak perempuan itu mendapat balasan darinya. “Makanya jangan belagu! Mentang-mentang ortu kalian kaya!” kecamnya. Sedetik kemudian euforia Hanum sirna. Gendang telinganya menangkap suara derap kaki di luar. Sadar akan kedatangan seseorang, Hanum langsung mundur ke pojokan lalu menjatuhkan diri di lantai. Ia pura-pura mengerang, membuat Tania keheranan.

“Apa lagi ulah kamu kali ini?!” bentak seorang pria berseragam batik yang tiba di depan pintu.

Hanum melirik sedikit. Ia yakin pria itu seorang guru. Lega, akhirnya tindak perundungan itu kepergok juga. Tapi kemudian ia melotot saat melihat guru itu hanya menolong para pelaku.

DEG!

Hanum seakan bisa menebak keadaan sebenarnya. Terutama saat Tania mengusap-ngusap lengan guru itu dengan manja. “Pak, kami kan ngelakuin ini pas yang lain udah pada pulang.”

“Tetep aja jangan pake teriak-teriak segala! Kalau guru-guru baru itu tahu gimana coba? Kamu jangan sampai ngerepotin Pak Kepala!” tegur guru itu. “Jangan mentang-mentang kamu ponakannya, trus kamu bisa berbuat sesukamu, ya!”

Dada Hanum bergemuruh. Ia berusaha berdiri. Jelas beberapa bagian tubuh Kinar terasa nyeri. Pasti tiga anak perempuan itu sempat memukulinya tadi. Ia menatap si guru dengan nanar. “Pak, tolong—”

Ucapan Hanum terhenti saat guru pria itu mengangkat sebelah tangan untuk menyuruhnya diam. Tanpa bicara, si guru lalu beranjak pergi.

Hanum kecewa. Hanum marah. Ditatapnya dengan tajam anak-anak perempuan yang sedang cekikikan. Nana dan Rila buru-buru keluar. Tania masih diam memandangi Hanum dari atas ke bawah lalu ke atas lagi dengan sorot mata penuh penghinaan.

“Mampus lo!” maki Tania lalu beranjak juga.

Dengan cepat tangan Hanum terulur lalu menjambak rambut Tania yang posisinya masih di ambang pintu. Ditariknya kepala gadis itu masuk ke toilet lagi. Tania menjerit kesakitan. Ia remas tangan Kinar yang memutar kepalanya dengan perlahan.

“AAARGH! SAKIT, GOBLOK!!”

Hanum bergeming. Ia terus menarik rambut Tania lalu dimasukkannya wajah cantik oriental itu ke kubangan air pada wastafel. “Coba rasain bekasku!”

Tania tak kuasa melawan kekuatan Kinar yang dirasanya sangat aneh itu. Wajahnya berulang kali keluar masuk air hingga ia gelagapan dan sulit bernapas.

“HANUM!”

Seketika Hanum membuka mata dan mendapati Febri, Nayla, dan tiga yang lain sedang menatapnya lekat-lekat dengan raut wajah khawatir. Hanum meremas sisi celana training-nya. “Kenapa kalian bangunin aku?!” sengaknya.

Febri dan yang lain saling pandang. Nayla membantu Hanum bangun. “Kamu tadi...” Nayla menelan ludah. “Kamu mimpi apa?”

“Murid-murid SMA nge-bully seseorang,” jawab Hanum segera. “Harusnya kalian nggak bangunin aku dulu, dong! Kalo tiba-tiba aku pergi kan bisa aja si Mbak korban itu dibales lagi!” paniknya.

“Num,” panggil Febri. Ia remas bahu gadis yang tampak marah itu. “Kamu pasti lagi ngamuk kan di sana?”

“Kok... Pak Febri tahu?”

Sontak lima orang mendengus lelah bersamaan. “Waktu tidur di pangkuanku, tiba-tiba mata kamu melek, trus agak biru,” sahut Nayla, “makanya kami buru-buru bangunin kamu karena kami takut kamu hilang kendali di tempat yang kamu rasuki.”

Mahesa pasang badan juga. “Meski kamu pengen nyelametin orang-orang yang kamu rasuki, tapi kamu harus pikirin juga dampak selanjutnya yang bisa timbul akibat dari perbuatanmu yang mau menang itu.”

Seketika Hanum lemas. Ia memang terburu-buru ingin membalas para pelaku hingga tak memikirkan konsekuensinya. Bisa jadi orang yang ia rasuki malah akan mendapat masalah berat saat dirinya sudah pergi. “Maaf...” gumam Hanum sambil mengurut kening. Ia sadar terlalu emosional hingga sulit mengontrol diri.

“Trus gimana dong sekarang?” tanya Sandi. “Kita nggak mungkin kan diem aja ngebiarin murid SMA korban bully yang Hanum rasuki? Pasti pelakunya ada hubungan sama salah satu warga Desa Wilangan yang lagi kita cari.”

“Betul,” timpal Febri. “Kamu lihat wajah-wajah yang kamu kenal selama mimpi tadi?”

Hanum menggeleng. Bahkan guru pria yang membantu tiga anak perempuan jahat itu tak termasuk dalam daftar wajah yang sudah dihapalkannya. Sejurus kemudian Hanum membelalak. “Jangan-jangan... Kepala sekolah! Tadi ada guru yang bantuin para pelaku dan nyebut kalo dia ponakan kepsek!”

“Kamu lihat tulisan nama sekolahnya?” tanya Kartika. Hanum menjawabnya dengan gamblang karena lebih dulu mengamati semua hal yang bisa menjadi informasi. Lalu semua pun tahu bahwa SMA yang Hanum sebutkan merupakan sekolah negeri bergengsi yang berada di dalam kota, bahkan lokasinya tak terlalu jauh dari sekolah mereka.

“Kita gas ke sana?” tanya Mahesa.

“Tunggu!” pinta Nayla. “Kebetulan kakakku yang satu magang di sekolah itu. Biar aku hubungi dia dulu buat kasih bantuan secepetnya ke orang yang di-bully.”

Semua mengangguk penuh antusias, lega, tapi harap-harap cemas. “Siapa namanya?” tanya Nayla.

“Mbak Kinar,” jawab Hanum secepatnya. “Oh, pelakunya itu namanya Tania, Rila, sama Nana.”

Nayla yang sengaja videocall langsung menghadap wajah ngantuk kakaknya setelah panggilan diterima. “Kak! Urgent!”

Dwi yang tengah menguap dengan nikmat langsung mingkem saat Nayla mengalihkan ke arah Hanum. Dwi membelalak. “Wait! Wait! Balik, balik!”

“Balik gimana?” Nayla bingung. “Ini temenku mau bicara penting soalnya darurat, Kak!”

“Iya, bentar. Balik dulu agak ke kanan, itu siapa yang di belakang?”

“Hah?” Nayla menurut dengan menggeser HP menghadap ke samping kanan Hanum. “Om Mahesa?”

“Nah!” pekik Dwi. Ditatapnya intens pria berkaus abu-abu itu. “Beneran nggak salah lihat nih gue,” gumamnya. Tangannya melambai singkat. “Hai! Apa kabar gebetan Dea?”

Sontak Mahesa, bahkan Febri dan Kartika, membelalak bersama.

1
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
reska jaa
aq bca dini hari thour.. senang aja ad kegiatan sambil mencerna mkann 🤭
n e u l: monggo monggo
terima kasih /Joyful/
total 1 replies
Ali B.U
ngeri,!
lanjut kak
n e u l: siap pak! /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
Ini lebih menenangkan 🥴🥴🥴🥴🥴
Bukan teror aja tapi ktmu org2 psikopat langsung 😔
n e u l: /Cry/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
n e u l: siap /Determined/
total 1 replies
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!