NovelToon NovelToon
Cermin Warisan

Cermin Warisan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Zulia Almanshur

Aku pandangi cermin besar di hadapan ku , di samping nya terdapat ukiran memutar ke sekeliling cermin .

" Cermin yang sangat indah " . Gumam ku mengagumi cermin dinding yang lebar nya satu setengah meter dan panjang dua setengah meter ini .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zulia Almanshur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Bertemu Sesepuh Desa

" Mbah ku pernah bilang mbak , kita harus mengucap salam sebelum masuk ke desa orang , lha ini kan sudah nyampe gapura desa nya , ayo mbak kita ucap salam dulu " .

Tanpa membantah mbak Widia mengikuti saja ajakan ku , mungkin pikir dia toh itu hal yang baik juga seperti kita kalau bertamu ke rumah orang .

" Rumah nya yang mana mbak ? " .

" Nah itu dia Vi aku juga belum pernah ke rumah nya , aku cuma tau kalau sesepuh desa kami tinggal di desa ini " .

" Kalau gitu kita tanya aja mbak warga di sini , tapi kok sepi ya mbak ? " .

" Ya ampun Vi aku kok bisa lupa kalau jam segini kan penduduk banyak yang ke sawah termasuk mbah Noto " .

" Terus kita nyusul ke sawah gitu mbak ? " .

" Iya kita ke sawah aja , di sana pasti ketemu warga biar di tunjukkan sawah nya yang mana " .

Aku tak menjawab lagi tapi berjalan mengikuti langkah kaki mbak Widia yang berjalan mendahului ku .

Desa ini hawa nya sangat sejuk , suasana nya juga membuat hati merasa tenang sangat berbeda dengan desa tempat mbak Widia tinggal .

Meskipun sudah menjelang siang tapi udara di desa ini tetap sejuk atau mungkin karena masih banyak pohon - pohon tinggi dan besar yang mengayomi jalan dari sengatan cahaya matahari .

Suara - suara burung juga bersahut - sahutan dari dahan ke dahan . Suasana desa yang sangat memanjakan mata .

Sesekali aku melihat ayam - ayam di lepas bebas di pekarangan rumah warga . Ternyata bukan hanya ayam tapi ada anak kambing juga bebek .

Bahagia sekali penduduk di sini bisa menikmati pemandangan yang asri .

" Vi , itu sawah nya " . Suara mbak Widia mengejutkan lamunan ku .

Sawah kuning dan sebagian masih hijau menguning membentang sangat luas di hadapan ku . Di sana banyak warga yang sedang sibuk .

" Seperti nya warga sibuk semua ini mbak " .

" Iyo kalau musim tanam dan panen ya begini Vi " .

" Assalamu'alaikum " . Ucap ku pada seorang bapak yang melintas di hadapan kami .

" Wa'alaikum salam , ono opo mbak ? " .

" Maaf pak kami nyari rumah mbah Noto di sebelah mana ya pak ? " .

Bukan nya segera menjawab tapi bapak itu malah memperhatikan ku dengan intens .

" Maaf pak , di mana rumah mbah Noto ? " . Ulang ku lagi .

" Eh , mbak nya bukan orang sini ya ? " .

" Ngge pak , saking kota " . Mbak Widia menjawab cepat .

" Oh , umah cat putih ngarep umah ono wit bidara , kelor karo pring kuning kae " . { Oh , rumah bercat putih yang di depan rumah nya ada tanaman bidara , kelor dan bambu kuning itu } .

Bapak itu menunjuk ke arah rumah yang di maksud .

" Ngge pak , matur nuwun " .

" Mbak ! " . Bapak itu memanggil lagi .

" Ngge pak ? " .

" Ojo lali ucap salam lek nyampe teras umah mbah Noto " . @{ Jangan lupa ucap salam kalau sudah tiba di teras rumah mbah Noto } .

" Ngge pak , matur nuwun " .

" Mbak Widia , baik banget orang itu mengingat kan kita " .

" Iya ya sama kayak mbah yang ketemu kita di jalan tadi , mudah - mudah seterusnya kita ketemu sama orang baik " .

Mbak Widia menggandeng ku mengajak segera berjalan menuju rumah mbah Noto .

Setiba nya di depan rumah mbah Noto kami berhenti , ku lihat keadaan rumah dari luar seperti nya sangat sepi .

" Mbak rumah nya sepi banget " .

" Kits coba saja siapa tau beliau di dalam " .

" Assalamu'alaikum ,, Assalamu'alaikum " . Aku dan mbak Widia mengucapkan salam secara bergantian .

" Sepi mbak , apa mungkin mbah Noto masih di sawah ya mbak ? " .

" Kita tunggu aja kalau gitu di sini Vi " .

Aku dan mbak Widia akan segera berteduh di samping pohon bambu kuning yang sudah agak tinggi , tapi kami urung kan setelah mendengar suara pintu terbuka .

KRIIEETTT !

Serentak aku dan mbak Widia menoleh ke arah rumah . Tapi kami tak melihat siapa pun yang membuka pintu .

" Lah , kemana orang yang sudah membuka pintu tadi mbak ? " .

" Gak tau Vi , aku juga gak lihat siapa yang sudah membuka nya " .

" Terus gimana ini mbak ? " .

" Coba kita dekati yuk " .

Aku dan mbak Widia berjalan kembali ke arah teras dan mengucapkan salam lagi , tetap tak ada jawaban .

" Ayo Vi " . Mbak Widia melepas alas kaki nya dan aku mengikuti .

Dia melongok kan kepala nya ke dalam rumah yang pintu nya terbuka setengah .

" Assalamu'alaikum " . Aku pun mengucap salam lagi .

" Wa'alaikum salam , masuk lah " .

Tanpa pikir panjang aku dan mbak Widia masuk ke dalam rumah setelah di persilahkan .

Di dalam tampak tikar berwarna hijau yang terbentang di lantai . Di atas nya ada meja kecil dengan sesisir buah pisang dan sebuah kendi di samping nya .

" Duduklah " .

Aku terkejut saat terdengar suara bariton dan bersamaan dengan keluarnya seorang laki - laki dari dalam bilik .

Aku dan mbak Widia menurut saja . Meski begitu aku dan mbak Widia sama - sama terdiam belum ingin memulai percakapan .

" Katakan apa yang membuat kalian ingin menemui ku , apalagi kalian bukan warga desa ini " .

" Ini mbah , anu " .

" Biar aku saja mbak yang bicara " . Aku menawarkan diri untuk mengatakan tentang tujuan kami .

" Maaf mas .. " .

" Panggil saja , mbah " . Ujar laki - laki mudah di hadapan ku .

" Maaf tapi anda tampak sangat muda seperti nya seumuran saya " .

" Semua orang melihat ku masih muda akan tetapi umur ku sudah sangat tua , sekarang katakan apa tujuan mu ke sini ? " .

" Maaf mbah , nama saya Viya , tujuan kami kemari untuk mengantarkan saya bertemu sama mbah , saya memang bukan berasal dari desa ini atau pun dari desa tempat tinggal mbak Widia , saya sendiri juga tidak tau kenapa bisa berada di desa Simo Kuning mbah .

Seingat saya , saya sedang berada di tempat kerja saya dan melihat foto seorang perempuan berambut panjang dan memakai baju warna merah , perempuan itu cantik dan sedang tersenyum tapi dari sorot mata nya tampak sedang bersedih , setelah itu saya mendekat ke cermin warisan dari mbah uti di dalam nya saya melihat perempuan yang ada di foto , setelah itu saya ndak tau apa yang terjadi .

Begitu tersadar saya sudah bangun dan berada di gubug tengah sawah desa Simo Kuning mbah " .

Mbah Noto kemudian memejamkan mata setelah mendengarkan cerita ku . Mbak Widia juga tampak terdiam sama dengan ku yang menunggu mbah Noto membuka suara lagi .

" Nduk Viya , apa semalam ada yang mendatangi mu ? " .

" A ada mbah , sosok yang sangat menyeramkan , saya ndak tau itu laki - laki atau perempuan , sosok itu tinggi besar berambut panjang sepaha tetapi gimbal dan acak - acakan . Gigi - gigi nya tampak tajam karena mulut nya terbuka lebar , mata nya besar berwarna merah .

Seluruh tubuh nya mengelupas dan mengeluarkan lendir berwarna merah kehitaman . Ada banyak kelabang , lintah dan binatang serupa yang keluar dari tubuh nya juga mbah " .

1
Adinda
genre misteri saya paling suka. viya bakal di teror ga ya sama penunggu cermin...
Zulia Almanshur
makasih banyak , mohon dukungan nya ya .. nanti pasti mampir kl sudah senggang
Erlina Arlena
ceritanya bagus, aku suka, semangat thor
Zulia Almanshur: makasih banyak , mohon dukungan nya ya kak .. masih oemula 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak
Zulia Almanshur: Salam kenal juga kak Anita .. waah .. sudah senior nih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!