Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semudah Itu?
Valerie melirik Max penuh rasa ingin tahu. Terlebih, Max menjemputnya dengan sebuah sedang limousine mewah yang pasti hanya dimiliki oleh segelintir orang di negara ini.
"Ke mana kita pergi? Kenapa mendadak sekali?" tanya Valerie. Ia dan Max duduk berdua di kursi belakang.
Mobil sedang panjang dengan interior yang mewah ini sangat menakjubkan. Valerie bahkan tidak menyangka bisa duduk di dalam mobil semewah ini.
"Bos hanya memintaku menjemputmu," jawab Max.
"Ke mana?"
"Dia harus menghadiri makan malam bersama keluarga calon tunangannya."
"Lalu apa hubungannya denganku? Kenapa aku harus ikut?" Valerie kebingungan. Terlebih, ia ingat jika sang kakek memberitahunya bahwa Brian dijodohkan dengan orang yang ia kenal.
"Entahlah, Valerie. Jangan tanya padaku, tanyakan saja padanya nanti. Aku sendiri tidak tahu," jawab Max.
Valerie hanya menghela napas panjang. Berbagai prasangka berputar di kepalanya. Ia benar-benar tidak mengerti, apa tujuan Brian mengajaknya. Karena ia adalah pertama kalinya Brian menghubunginya untuk kepentingan lain selain pekerjaan.
"Hei, sejak kapan kau tahu tempat tinggalku?" tanya Valerie. Ia baru sadar jika ia tidak pernah memberitahu Max atau Brian tentang tempat tinggalnya.
"Rahasia," jawab Max.
"Rahasia? Jangan-jangan selama ini kau menguntitku, ya?"
"Kenapa pikiranmu buruk sekali, V. Bukan aku yang melakukannya, Bos yang memberitahuku bahwa kau tinggal di rumah itu," jelas Max.
"Lalu dari mana dia tahu?"
"Entah." Max hanya mengangkat kedua bahunya.
Valerie termenung. Brian tiba-tiba mengetahui tempat tinggalnya padahal jelas-jelas Valerie tidak pernah mengatakannya.
"Dia tahu tempat tinggalku, apa jangan-jangan dia juga tahu siapa aku? Hanya saja dia pura-pura tidak tahu?"
"Ah, tidak mungkin. Kakek menjaga semua identitas ku dengan baik. Tidak mungkin semudah itu." Valerie mulai merasa cemas. Ia gelisah.
Hanya berselang beberapa menit, mereka kini sudah tiba di halaman rumah Brian. Saat mobil berhenti, pintu mobil terbuka dan masuklah seorang laki-laki tampan yang sangat Valerie kenali.
Brian, laki-laki itu memakai setelah jas berwarna abu dengan tampilan dan gaya menawan seperti biasa. Namun saat melihatnya di malam hari, Brian memancarkan aura yang berbeda, ia begitu tampan dan mempesona, hingga membuat Valerie tak berkedip saat menatapnya.
"Bagaimana penampilanku?" tanya Brian.
"Kau keren, Bos. Seperti biasa," jawab Max.
"Air liurmu bisa menetes jika terus menatapku, Valerie. Apa penampilanku sudah keren?" Brian melempar pertanyaan pada wanita di samping Max.
"Oh, ya. Hmm." Valerie mengangguk cepat setelah tersadar.
Wajah Brian tampak santai, laki-laki itu tidak terlihat seperti terpaksa pergi ke makan malam perjodohan ini. Hal itu membuat Valerie berpikir, apakah Brian memang sudah menyetujui perjodohan yang diminta oleh kedua orang tuanya?
Apakah semudah itu Brian setuju?
Lalu bagaimana tentang ucapan laki-laki itu bahwa ia menyukai Valerie?
"Kenapa kau harus mengajakku? Bukankah jam kerjaku tidak sampai malam?" tanya Valerie memberanikan diri.
"Hanya ingin," jawab Brian.
"Hanya ingin? Apa kau ingin memamerkan padaku jika kau sudah setuju untuk dijodohkan? Semudah itu?"
"Apa kau lupa jika beberapa waktu lalu kau bilang suka padaku?"
"Lalu apa artinya kata-kata suka itu?"
"Ini tidak lucu, kau membuatku tidak bisa tidur karena sibuk berpikir sementara kau dengan mudah putus asa saat aku bilang tidak menyukaimu."
"Dasar! Kurang ajar!"
🖤🖤🖤