NovelToon NovelToon
9 MONTHS (Perjanjian Pernikahan)

9 MONTHS (Perjanjian Pernikahan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:8.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Nuri terpaksa menerima perjanjian pernikahan 9 bulan yang ditawarkan Sabda, kerena Dennis, pria yang menghamilinya meninggal dunia. Sabda adalah kakak Dennis dan sudah memiliki istri. 9 bulan itu menjadi masa yang sulit bagi Nuri karena dia selalu mendapatkan intimidasi dari mertuanya dan istri pertama Sabda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

"Maaf Pak, sepertinya tidak bisa. Bapak ada meeting dengan Mr. Brian dari US dua jam lagi."

Sabda memijit pelipisnya mendengar jawaban Felix dari seberang sana. Bisa-bisanya dia lupa jika hari ini ada meeting penting. Fasya sungguh menguasai seluruh otaknya. Sampai dia lupa meeting penting yang sudah dia siapkan jauh jauh hari.

"Baiklah, kalau begitu carikan tiket untuk besok saja." Sabda tak bisa duduk diam disini. Ucapan Nuri semalam mempengaruhi pikirannya.

"Sekali lagi maaf Pak. Besok Bapak juga ada meeting penting, tak bisa diwakilkan."

Sabda reflek mengumpat, membuat Nuri yang ada disebelahnya langsung kaget. Dia tak mendengar suara Felix dari telepon, jadi dia kaget saat Sabda tiba-tiba mengumpat.

Sabda mengakhiri panggilan. Meletakkan ponselnya dengan kasar diatas meja lalu menyandarkan punggung disofa. Memejamkan mata sambil mengurut pangkal hidungnya.

"Lebih baik Kakak lanjut tidur dikamar saja. Sepertinya Kakak masih kurang istirahat."

"Tidak ada waktu. Aku ada meeting 2 jam lagi." Sabda membuka mata lalu bangkit dari sofa. "Aku pergi dulu, aku harus siap-siap."

Nuri masih duduk disofa sambil menatap punggung Sabda yang berjalan menaiki tangga.

Kamu pria yang baik Kak. Aku yakin jika Tuhan juga akan memberikan yang terbaik untukmu. Entah itu Kak Fasya yang sudah berubah atau wanita lain. Aku hanya bisa mendoakan agar kamu bahagia, dengan siapapun itu.

Setelah Sabda tak lagi terlihat, Nuri beranjak menuju dapur. Jika biasanya dia akan membantu Bi Diah memasak, pagi ini dia ingin membuatkan sarapan khusus untuk Sabda. Dia membuat sandwich dengan isian smoke beef dan keju. Tak lupa juga, dia buatkan secangkir kopi panas.

"Untuk Tuan Sabda Nur?" tanya Bi Diah.

"Iya Bi."

"Dia pasti senang dapat perhatian dari kamu." Bi Diah tahu sekali jika Fasya tak pernah memasak bahkan membuat kopi untuk suaminya. Kalau boleh jujur, Bi Diah memang lebih menyukai Nuri daripada Fasya. Menurutnya, Fasya terlalu sombong. Selain itu, dia tak pernah berlaku baik pada bawahan. Meski usia mereka lebih tua pun, Fasya tetap tak ada hotmat sama sekali. Menganggap mereka hanya orang tak penting yang bisa dia maki dan suruh sesuka hati.

"Kak Sabda gak suka manis kan Bi?" Nuri kembali memastikan. Selama ini, Bi Diah yang selalu membuat kopi untuk Sabda.

"Iya. Bibi yakin kalau Tuan Sabda pasti suka kopi buatan kamu."

"Apalagi buatnya dengan cinta," celetuk Tutik.

"Apaan sih mbak Tutik. Entar kalau ada yang dengar, bisa salah paham. Apalagi kalau yang dengar ibu, bisa langsung ngamuk dia."

"Gak ngamuk lagi Nur, tapi kesurupan. Kesurupan jaran kepang. Mencak mencak sambil melotot. Bahkan bisa makan beling sampai makan orang."

"Lebay kamu Tut," celetuk Bi Diah. Mereka bertiga lalu tertawa bersama.

Setelah sandwich dan kopi siap. Nuri meletakkannya diatas nampan. Tak lupa dia mengambil air mineral botol kecil karena Sabda sangat pro kesehatan. Menurutnya, air putih yang terbaik.

Nuri menaiki tangga menuju kamar Sabda. Mengetuk pintu beberapa kali hingga terdengar sahutan dari dalam.

"Siapa?"

"Aku Kak, Nuri. Aku bawain sarapan buat Kakak."

"Buka aja pintunya," sahut Sabda dari dalam.

Nuri yang merasa gugup, menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Ini pertama kalinya dia akan melihat kamar Sabda dan Fasya. Meski setiap hari Yulia menyuruhnya membersihkan rumah, tapi wanita itu melarang keras Nuri masuk kedalam kamarnya maupun kamar Sabda.

Nuri menarik gagang pintu lalu mendorongnya hingga terbuka setengah. Dia bisa melihat Sabda yang sedang mengancingkan kemeja didepan cermin besar.

"Aku bawain sarapan dan kopi buat Kakak," Nuri ragu untuk masuk.

"Masuk aja Nuri, letakkan disana." Sabda menunjuk meja yang disebelah sofa.

Dengan langkah ragu, Nuri masuk kedalam. Dia dibuat takjub dengan interior kamar Sabda dan Fasya yang sangat mewah. Tak hanya mewah, tapi juga luas, bahkan sekitar 4 kali luas kamarnya.

"Makasih." Ujar Sabda sambil menatap pantulan Nuri dari cermin. "Harusnya kamu tak perlu repot-repot."

"Gak repot, hanya sandwich dan kopi."

Nuri melihat Sabda mengambil dasi yang tadi ada diatas ranjang. Mendadak dia teringin memakaikan dasi pada Sabda. Tapi dia malu untuk mengatakannya. Dia masih mematung ditempatnya sambil menatap pantulan Sabda yang mulai memakai dasi.

"Ada yang lain lagi?" Tanya Sabda saat Nuri tak juga keluar dari kamarnya.

"Ah ti, tidak ada." Nuri merasa sangat malu. Dia menunduk sambil merutuki kebodohanya. Bisa bisanya dia tiba tiba punya keinginan untuk memakaikan dasi.

"Kamu kenapa?" Sabda membalikkan badan. Dia merasa ada yang aneh dengan Nuri. "Kamu butuh sesuatu?"

Nuri menggeleng. "Emm....aku...aku...bolehkah aku membantu Kakak memakai dasi?"

Sabda langsung tercengang. Tapi beberapa saat kemudian dia tertawa. "Jadi kamu ngidam ingin memakaikanku dasi?"

Nuri mengangguk. Sebenarnya dia juga tak tahu, ini ngidam atau apa.

Sabda kembali melepas dasi yang melingkar dikerah bajunya. Berjalan menghampiri Nuri lalu menyerahkan dasi tersebut.

"Lakukan. Jangan sampai anakku ngiler karena ngidamnya yang sangat mudah ini tak bisa aku penuhi."

Nuri tergelak lalu mengambil dasi ditangan Sabda. Dengan sedikit berjinjit, dia melingkarkan dari tersebut dikerah kemeja Sabda. Mereka bertatapan beberapa saat ketika wajah mereka berada dijarak yang sangat dekat. Nuri bahkan bisa merasakan hangatnya nafas Sabda.

Astaga Nuri, apa yang ada diotakmu. Jangan sekali lagi menggunakan hati. Pria dihadapanmu ini, tak akan pernah tergapai olehmu.

Nuri cepat cepat menunduk lalu fokus memasang dari. Tapi sialanya, entah karena nerveous atau sudah lama tak pakai dasi sejak lulus SMA, Nuri jadi lupa cara memasang dasi. Berkali kali dia salah dan harus mengulang.

"Masukkan yang ini dulu," titah Sabda sambil tersenyum.

"Apa aku sangat memalukan? Dengan pedenya ingin memasangkan dasi, tapi taunya malah gak bisa." Nuri merasa sangat malu.

"Bukan tak bisa, tapi belum bisa. Seperti itukan, kata kamu semalam?" Sabda membalikkan kalimat Nuri tadi malam. "Lama lama jika terbiasa juga akan bisa. Bahkan sambil menutup matapun bisa."

Nuri tersenyum getir sambil tetap fokus menatap simpul dari. Dia tak yakin ada lain kali atau lama lama. Karena mungkin, ini pertama dan terakhir kalinya dia membantu Sabda memakai dasi.

1
Ela Anjani
awal kehancuran Fasya kalau dia menerima ide Ringgo, karena begitu dia hamil maka suaminya akan tau kalau dia selingkuh, karena suaminya lah yang mandul
Puput Firdianti Yuzquin
Luar biasa
Wesley Cherrylava
Menangis aku Thor membayangkan ilusi suara keluarga Sabda hadir dihari pernikahannya/Cry//Cry//Cry/
Siti Sopiah
ehhh mertua sama menantu sama seperti iblis
Siti Sopiah
dasar mertua kurang ajar.tunggu pembalasanmu nenek lampir
Siti Sopiah
dasar mertua kurang ajar.tunggu pembalasanmu nenek lampir
rehanul karim
Kecewa
rehanul karim
Buruk
Milala Bre Karo
Kecewa
Milala Bre Karo
Buruk
Milala Bre Karo
Kecewa
Milala Bre Karo
Buruk
Yati Maryati
terima kasih Thor cerita nya keren banget
yutantia 10: Sama sama kak. Jangan lupa baca karya saya yang lainnya juga
total 1 replies
Diana Tampinongkol
Luar biasa
Yati Maryati
tenang nuri kamu dijaga dan tidak akan kekurangan uang
Yati Maryati
Luar biasa
CATHANNARANNERAA
Lumayan
CATHANNARANNERAA
Luar biasa
Debby Simangunsong
Bagus
Debby Simangunsong
Pergilah dari rumah itu,lebih baik km sendiri membesarkan anakmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!