NovelToon NovelToon
Love Journey In September

Love Journey In September

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Nabila

Dikala kehidupan yang kamu jalani tidak berjalan dengan apa yang kamu mau, hanya bisa berharap bahwa ada keajaiban untuk memberikan kebahagiaan. namun siapa sangka bahwa ada kejutan di hari-hari yang kamu jalani, di awali masa sekolah yang berwarna dengan masalah percintaan yang membuat menjadi gundah. akankah mereka bisa kembali bersama???

*Pantengin keseruan mereka dengan para tokoh yang emosional.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dewi langit?

~ Manusia tak bersayap memiliki hati yang tulus.

Sudah berapa minggu aku mengurung di rumah seharian, tidak bertemu dengan siapapun apalagi mengobrol dengan seseorang dengan keadaan ku saat ini. memang sudah tidak memikirkannya namun kemageran ku malah bertambah saat di pecatnya hari itu dan mungkin membutuhkan waktu untuk melamar pekerjaan baru. aku sedang berbelanja di warung akbiat stok habis ditanggal tua begini banyak keperluan yang habis. hadeh, perantau pasti sudah hal biasa kejadian seperti ini hehe.

Berjalan untuk pulang, namun dari jauh aku melihat seseorang sedang berdiri di depan pagar ku, dengan segera aku mendekati seseorang seperti yang ku kenal.

"Loh Han? ngapain?" Farhan yang mendengar ku memanggil langsung menoleh,

"Gimana kabarnya?"

Aku terdiam kaku saat tidak mengerti apa yang dia maksud dengan segera aku mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam.

"Duduk dulu, gue mau naro belanjaan di dalam." ujar ku kepada Farhan.

Tidak berselang lama aku menjumpai Farhan yang tengah bermain ponsel,

"Maaf lama, jadi ada apa?" kataku.

Berpikir tidak mungkin dia datang ke sini hanya cuma-cuma bukan? Farhan langsung mengedarkan pandangan.

"Perasaan lo udah baikkan?"

Aku menyerengit dahiku sekilas, apa yang dia maksud? namun aku tetap membalas ucapanya,

"Baik kok." Membuat Farhan tersenyum simpul.

"Syukur deh, tapi lo udah mendapat pekerjaan baru?" imbuh Farhan membuat ku menggeleng pelan,

"Belum Han, semenjak gue dipecat semangat gue menurun" sahut ku sambil kekehan kecil di sudut bibirku.

"Maaf, gue juga enggak nyangka kalo Bu Ae-Rin bakal mecat lo." ungkap nya.

Aku mengerjapkan mataku perlahan, "Lo percaya sama gue?"

"Kenapa lo nanya begitu, udah jelas lo bekerja bareng gue cukup lama, tidak mungkin kan gue enggak percaya." jelas nya.

"Tapi faktanya menjelaskan ke arah gue Han." tutur ku sambil membuang nafas pelan,

Farhan langsung menaikan satu alisnya, "Tapi lo merasa melakukan seperti itu?"

Dengan cepat aku menggeleng, mana mungkin aku melakukan hal serendah itu,

"Yasudah gausah di pikirin lagi, semoga lo mendapat pekerjaan yang lebih baik." cakapnya membuat ku mengaminkan perkataanya.

Farhan yang sedang berpikir membuat suasana menjadi kaku, hanya ada kecanggungan membuat ku memain jari jemariku tak gatal, tak berselang lama Farhan menatap ke arahku.

"Hoh iya! lo kerja aja di tempat teman gue, biasanya banyak yang dibutuhkan perempuan di sana." usulnya membuat ku penasaran,

"Pekerjaan apa?"

Farhan sedikit bergeming, "Gatau, tapi nanti kalo lo mau gue bilangin ke teman gue."

Aku sedikit terdiam mendengar tawarannya, "Tenang aja ini bukan pekerjaan malam, ini kerjanya memakai otak ko." ujar nya sambil terkekeh seakan tahu apa yang aku pikirkan. sedangkan ku mendengus mendengar ledekan darinya hingga tawanya memudar saat sesuatu kantong celananya berbunyi.

Farhan mengambil benda pipih tersebut sambil bangkit dari kursi dan berjalan sedikit menjauh untuk mengangkat panggilan.

Berapa menit mengangkat telepon, Farhan berpamit untuk pergi,

"Gue enggak bisa lama-lama, nanti gue kabarin lewat ponsel aja." tuturnya.

"Arraseyo(baiklah) terimakasih banyak." kataku sambil tersenyum dan mengantarkan Farhan ke depan gerbang.

Farhan memakai helm hitam miliknya, "Duluan Ney." Langsung melajukan motornya dan pergi meninggalkan perkarangan rumahku.

Aku masuk ke dalam rumah dengan masih terlintas pikiran mengarah penawaran Farhan, tersenyum untuk menyemangati diri sendiri semoga tuhan memberi kemudahan dalam pekerjaan kedua ku ini.

****

Di malam hari Nayesha yang suntuk berada di luar untuk berjalan-jalan, angin yang kencang masuk ke dalam permukaan kulitku hingga memorinya berputar tentang kehidupannya entah dia harus mengambil keputusan yang bagaimana. jalanan cukup ramai membuat tidak bisa bergerak sama sekali, terlihat di depan sana ada sesuatu yang terjadi. segera ku tepikan motorku dan ambil kunci motor untuk melihat keramaian yang sedang berkerubun di sana. dengan cukup tenaga aku bisa menerobos masuk dari hampitan tubuh orang-orang yang menghalangi jalanku.

Akhirnya, aku bisa melihat dengan jelas ternyata itu sebuah kecelakaan di mana seseorang terkapar lemas di jalan, anehnya orang-orang pada memandang saja, bukannya panggilkan ambulance malah cuman berkerumun!

Dengan cepat aku menghubungi seseorang tidak mungkin dirinya memanggil ambulance pasti cukup lama akan tiba. perempuan yang sedang menangis tertegun saat aku memegang pundak dengan wajah yang terkejut saat melihatku. aku yang melihat ada seorang wanita sedang menangis memeluk korban menyerengit saat yang ku lihat adalah pegawai bibi ku. banyak pertanyaan saat melihat Izora ada di sini hingga dirinya menatap ke arahku dengan mata yang berair.

"No-n-na. Ibuku...." Dengan suara yang terpatah-patah akibat sambil menangis.

Dengan cepat aku mengelus punggungnya, "Tenang lah, kita akan membawa Ibumu ke rumah sakit."

Aku meminta para warga untuk mengangkat tubuh Ibu Izora untuk di masukkan ke dalam mobil taxi yang sudah kupesan, ya seseorang yang aku telepon adalah layanan taxi untuk mengantar kita kerumah sakit. saat Izora sudah masuk bersama Ibunya, aku berbicara kepada supir taxi.

"Pak! cepat antarkan mereka kerumah sakit terdekat."

Saat sudah bilang ke Pak supir aku bergegas mengambil motor ku untuk mengikuti mobil taxi tersebut di belakang.

berapa menit kemudian....

Kami telah tiba di rumah sakit, supir taxi tersebut membantu ku untuk membawa Ibu Izora ke dalam ruangan rumah sakit hingga aku memanggil petugas untuk segera menanganinya. pera petugas datang dan membaringkan tubuh Ibu Izora di bangkar dan segera di bawa ke ruang IGD

Setelah selesai aku tidak lupa memberi upah kepada supir taxi, hingga beliau sudah pergi meninggalkan kami berdua.

Aku dan Izora menunggu di luar, cukup lama dokter memeriksa dan aku sempat melirik Izora membolak-balikkan badanya dengan wajah gusarnya, memang seperti itu kalo sedang menunggu orang yang sakit.

Aku yang jengah langsung berbicara padanya, "Duduklah, doakan Ibumu baik-baik saja."

Dengan pasrah Izora mendaratkan bokongnya ke kursi tapi tidak dengan wajahnya yang tampak sama. lalu dokter membuka pintu membuat kita berdua bangkit dari bangku.

"Bagaimana Doctor?" tanya ku langsung kepadanya.

Doctor itu melihat ke arah kami berdua, "Apa pasien pernah sakit sebelumnya?"

Izora langsung mengangguk kepalanya pelan, membuatku bingung apa yang terjadi.

"Baiklah, jadi pasien mengalami pendarahan dikepala namun ternyata pasien juga memiliki diagonis penyakit jantung koroner." jelas doctor tersebut.

"Apa? jantung koroner?" sahutku cepat dengan melebarkan kedua mataku.

Doctor langsung menatap ke arahku, "Iya, pasien harus ditindak oleh pihak medis."

Izora langsung berlirih, dirinya tidak mungkin mempunyai cukup uang untuk mengobati perawatan Ibu, sedangkan gajinya sudah dibuat bayar listrik dan lain-lain. apa tidak bisa berhutang dulu? ah! kalo di rumah sakit tidak mungkin mau di bayar secara berhutang.

Aku melihat wajah Izora sangat prihatin, dirinya pasti memikirkan biaya besar untuk perawatan jantung pada Ibunya, dengan segera aku menyetujuinya.

"Baiklah Doctor, apapun itu lakukan yang terbaik." ujar ku kepada Doctor umum yang bernama Pak Wijaya.

Doctor Wijaya langsung mengangguk, "Baiklah, kalo gitu saya permisi."

Saat Doctor Wijaya sudah pergi, Izora memandang ku penuh selidik, namun aku tidak menghiraukan melainkan aku kembali duduk di bangku sambil memainkan ponsel,

"Apa yang kau maksud Nona?" tukasnya.

Aku langsung menatap bingung ke arahnya, "Apa kau tidak suka aku membantumu?"

"Bukan itu, maksud ku biayanya pasti cukup mahal, sedangkan kau masih sama mencari pekerjaan seperti ku." tuturnya.

Aku pun sedikit bergeming dan bangkit dari bangku, "Iya kau benar, apa aku batalkan saja...."

Saat ingin melangkah pergi, Izora sudah menahan lenganku lebih dulu, aku menatap dia dengan tanda tanya.

"Kau yakin, kau bisa membantuku?"

Akupun mengangguk kepalaku pelan, dan Izora nampaknya masih bergeming kepadaku.

"Tentu saja, selebihnya kita serahkan kepada Allah(Tuhan)." ungkap ku.

Melihat Izora setuju membuatku tersenyum miring "Dan satu lagi ini tidak gratis, aku membutuhkan tenagamu Zora."

Izora yang mendengarnya langsung memicingkan mata ke arahku, kira-kira apa yang dia rencanakan?

Pagi hari aku sudah terbangun dari mimpi kosong ku, karena tidak terlalu nyenyak yang bergantian berjaga dengan Izora. kita masih tidak diperbolehkan masuk untuk menjenguk, jadi kita tidak bisa memaksakan keputusan dari pihak rumah sakit. berjalan menuju koridor yang sepi karena masih pukul 06.00 Wib namun sebagian orang sudah berada lalu lalang di rumah sakit. aku meregangkan otot tubuhku sambil berjalan menuju toilet untuk membasuh muka ku yang kumel, kata orang kalo ngantuk itu harus cuci muka biar seger tapi kok aku enggak ngaruh ya apalagi otak sat bangun tidur butuh waktu untuk meriset kembali.

Melihat di jalanan sekitar rumah sakit untuk membeli sarapan rupanya ada tukang bubur, tukang lontong sayur, sama tukang kacang hijau. aku memilih bubur karena aku pernah membeli makan lontong malah mual akibat dirumah sakit ada aroma ac membuatku tak terbiasa memakan santan diruangan ber-ac.

Saat kembali ke ruang Icu dengan 2 bungkus bubur ditangan ternyata Izora sudah tidak ada di bangku, berarti dirinya sudah bangun. bagus berarti aku tidak perlu repot-repot untuk membangunkannya.

Saat sudah kenyang aku menepuk perutku yang buncit sambil berceloteh dengan cacing di dalam perutku, apa kau sudah kenyang cacing-cacing yang meresahkan di sana?

Tapi dipikir-pikir Izora belum kembali, apa dia kabur meninggalkan Ibunya yang sakit? dengan cepat ku menggeleng pasti aku sudah terhipnotis dengan sinetron yang aku tonton tadi di tv kamar pasien lain.

Namun tak berselang lama, orangnya muncul membuatku menatap dirinya.

"Kau habis dari mana?"

Izora langsung menjawab, "Aku hanya berjalan di sekitar rumah sakit."

Mendengar jawaban dari Izora membuatku tak menjawab dan menyodorkan bungkusan bubur untuknya.

"Owh iya, tadi aku juga membelikanya untukmu."

"Terimakasih." ucapnya singkat.

Namun dia belum membuka bungkusan tersebut melainkan dia sedikit bergeming ke arahku,

"Nona apa kau tidak makan?"

"Aku sudah makan tadi." sahutku.

Izora mengangguk dan segera membuka bungkusan bubur tersebut dan menyantapnya hingga habis tak tersisa.

*Tbc...

#Terimakasih sudah membaca silahkan melanjutkan bab selanjutnya yang akan di publish oleh author

1
butterfly.bloom
mampir yuk😊🔥
HIAT
ayo saling dukung kak ..gantian mampir ya....
butterfly.bloom: Siap 🔥
total 1 replies
Naruto Uzumaki
Kurang tidur hanya untuk baca cerita ini, sekarang tolong cepat update
butterfly.bloom: Terimakasih sudah mampir🙏,,,,Bab selanjutnya sudah ada ya kak
total 1 replies
Marii Buratei
Bagus banget ceritanya, thor jangan berhenti menulis ya!
butterfly.bloom: siap🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!