Follow IG : base_author
Membaktikan kehidupannya untuk imamnya, peran yang dilakoni Thalia Ruth selama 4 tahun menjalani hidup berumah tangga dengan Andre Miles, suaminya. Di tinggallkan kedua orang tuanya karena kecelakaan menjadikan Thalia yang yatim piatu sepenuhnya menggantungkan hidupnya pada Andre dengan kepercayaan yang tanpa batas. Bagaimana Thalia menjalani kehidupannya setelah Andre mencampakkannya setelah memperoleh semua yang diinginkan?? bahkan ibu mertua pun mendukung semua perbuatan suaminya yang ternyata sudah direncanakan sejak lama.
Menjadi lemah karena dikhianati atau bangkit melawan suaminya... manakah yang dipilih Thalia?
Siapkan tisu dan alat tempur sebelum membaca 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 6
Pagi hari
Andre mengemudikan mobilnya langsung menuju kantor tanpa menjemput Mona, agar tidak menimbulkan kecurigaan pada karyawan-karyawannya yang bisa menciptakan gosip miring tentang hubungan mereka.
Andre memelankan kemudi begitu masuk ke lahan perusahaan, dan menghentikan mobilnya di depan lobi.
Pak Adam, anak buah Andre menuruni beberapa anak tangga guna membukakan pintu mobil untuk atasannya. "Selamat pagi, Pak. " Sapa Adam, yang dibalas anggukan Andre. Pria itu turun dari kendaraannya, dan meminta Pak Adam untuk memarkirkannya
Para karyawan yang berada di lobi menyapa Andre. Ia hanya tersenyum membalas sapaan mereka. Andre Miles, sosok atasan yang sangat ramah, tegas, dan tidak perhitungan. Andre juga terkenal dikalangan pebisnis dengan sosok yang kompeten dalam bekerja sehingga membuat para investor tertarik menaruh saham di perusahaan milik mendiang mertuanya di bidang perhiasan, Thalia's Diamond.
Thalia's Diamond, berkembang sangat pesat. Sebab, Andre mengembangkan perusahaan dengan konsep bisnis terintegrasi, membangun pabrik untuk memproduksi perhiasan dalam skala besar dan di distribusikan ke pasar domestik.
Andre menaiki lift khusus menuju ruangannya yang terletak di lantai tujuh. Begitu sampai, pintu lift terbuka. Andre tidak langsung ke ruangannya, Ia singgah dulu ke ruangan Mona yang memang berada di lantai yang sama dengan ruangannya. Di dorongnya pintu yang terbuat kaca tersebut, dan ia melihat Mona sedang sibuk dengan berkas-berkas yang ada ditangannya.
Andre berdeham kencang membuat Mona mengalihkan pandangannya, wanita berusia 25 tahun itu menatap Andre yang telah berada di ambang pintu ruangannya. Mona langsung tersenyum.
"Ke ruanganku, dan jangan lupa membawa berkasnya." Perintah Andre dengan mengedipkan satu matanya, sambil tersenyum ia meninggalkan ruangan Mona.
Mona merapikan lagi penampilannya. Ia membereskan tumpukan berkas-berkas di meja kemudian berlalu, menyusul Andre.
Tanpa mengetuk pintu, Mona masuk. Dengan segera Andre menutup pintu kemudian menguncinya. Ia menarik tangan Mona membuat tubuh Mona berbalik.
"Sayang!" seru Mona. Andre mendorong tubuh Mona ke sudut ruangan dekat pintu. Lalu menyerbu bibir Mona. Melahap dengan rakus.
Mona tidak tinggal diam, wanita itu membalas, mengimbangi pangutan Andre, membuat berkas yang dibawanya jatuh berserakan, tangannya bergerak melepaskan kancing kemeja Andre.
Bibir Andre turun, sontak membuat Mona mendongakkan kepala memberi akses bibir Andre menyentuh leher jenjangnya. Hingga sebuah lenguhan lolos dari bibir Mona, Andre segera menggendong tubuh Mona lalu menurunkannya di atas sofa. Kemudian, keduanya pun bercinta.
Setengah jam kemudian, pergulatan penuh keringat itu selesai. Andre maupun Mona merapikan lagi penampilan mereka, selanjutnya Mona membereskan berkas-berkas yang berserakan, kemudian meletakan diatas meja yang berada di tengah ruangan.
"Thalia memintaku untuk mengurangi jam kerjaku," ucap Andre. Pria itu sudah berpenampilan rapi dan berdiri di depan jendela, memandang langit kota Surabaya yang terlihat cerah.
"Apa istrimu sudah mulai curiga denganmu?" Mona bangun dari duduknya, melenggang indah mendekati Andre, lalu memeluk kekasihnya itu dari belakang.
"Tidak, " Andre memegang tangan Mona yang ada diatas dadanya. "Waktu kita bertemu akan berkurang, kamu tidak masalah?"
"Demi hubungan kita, apa yang bisa aku perbuat selain menuruti keinginanmu? Yang menjadi pertanyaan, mau sampai kapan kita seperti ini? Aku ingin merasakan seperti pasangan normal lainnya, bisa berjalan bersama bukan hanya di atas ranjang." Sahut wanita itu. Andre melepaskan pelukan Mona. Ia pun berbalik.
"Aku juga menginginkan hal yang sama. Bersabarlah okey. Setelah semua beres, kita akan hidup bersama." Andre berusaha meyakinkan kekasihnya itu. Pria itu pun memeluk erat tubuh Mona.
"Benarkah? " tanya Mona menengadahkan kepalanya membalas tatapan teduh Andre. "Kamu serius dengan ucapanmu?"
"Tentu saja Sayang, kamu adalah cita-citaku saat ini. Apa kamu meragukan ucapanku?"
Mona menggeleng sambil menyunggingkan senyuman. "Baiklah, aku akan bersabar lagi Sayang." Mona menjatuhkan dirinya dalam pelukan Andre.
"Aku sangat mencintaimu." Ungkap Andre.
"Aku juga, Sayang."
Ketukan pintu ruangan terdengar. Andre melerai pelukannya, lalu pria itu mendekati pintu, kemudian membukanya. "Ada apa, Adam?"
"Halo Mas."
"Tha- Thalia, " sebut Andre gugup begitu iris hitamnya melihat Thalia berada di depan ruangannya. Kemunculan istrinya yang mendadak membuat Andre terkejut.
Adam yang berada di dekat mereka, berlalu tanpa berpamitan sedangkan wanita yang ada di dalam ruangan Andre merapikan lagi penampilannya.
"Ada apa?" tanya Thalia, senyuman yang tadi terbit, seketika sirna melihat reaksi Andre yang menurutnya berlebihan. "Kamu tidak senang, aku mengunjungimu, Mas?" kalimat pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutnya.
Andre tertawa ringan sambil memijat pelipisnya untuk mencairkan suasana. "Bukan seperti itu, Sayang, Mas hanya terkejut. Kenapa tidak mengabari Mas kalau mau kesini?"
"Aku ingin memberikan kejutan, dan sepertinya aku berhasil." Kini Thalia tertawa. "Mas tidak mengizinkan aku masuk?"
Andre menggeser tubuhnya memberi ruang untuk Thalia masuk, dan berusaha bersikap setenang mungkin.
"Selamat pagi, Nyonya Thalia." Mona berdiri menunduk memberi hormat. Menyapa hangat istri dari kekasihnya.
Kali ini Thalia yang dibuat terkejut dengan adanya Mona disana. Tidak aneh sebenarnya, jika seorang sekretaris berada di ruangan yang sama dengan atasannya, namun Thalia merasakan sesuatu. Namun Thalia segera menepis pikiran negatifnya.
"Oh hai, selamat pagi juga, Mona." Thalia meletakan paper bag yang dibawanya, di atas meja. "Bagaimana keadaan Ibumu? Aku dengar dari Mas Andre jika Ibumu di rawat di rumah sakit."
"Iya itu benar, Nyonya. Kondisi Ibu saya sudah jauh lebih baik dan juga sudah pulang ke rumah."
Andre menutup pintu, pria itu berdiri di samping Thalia. "Syukurlah, aku senang mendengarnya." Timpal Thalia sangat tulus. Sayangnya ketulusan yang dimiliki Thalia, tidak bisa membuat Andre sadar dengan perbuatannya. Andre diam-diam memerhatikan Mona.
Mona merapikan tumpukan berkas-berkas yang sama sekali belum di periksa Andre karena tertunda pergulatan mereka tadi.
"Apa berkas itu sudah di periksa?"
"Sudah sayang, " kali ini Andre yang menjawab. Mona yang mendengar panggilan Andre untuk Thalia, hatinya terasa panas dan ia cemburu. "Sekarang kamu boleh pergi, Mona. Jangan lupa kirimkan jadwalku untuk besok dan juga lusa."
"Baik, Pak."
Sekilas, Mona menatap Andre tajam, lalu dengan langkah tergesa ia melewati tubuh Thalia. Ia merasa kesal, diusir secara halus oleh kekasihnya itu.
"Tunggu sebentar, Mona." Thalia berbalik begitu juga dengan Mona. Kini dua wanita terpaut usia 2 tahun itu saling berhadapan.
"Iya Nyonya, ada apa?" Mona memaksakan dirinya untuk tersenyum menutupi kekesalannya kepada Andre.
"Wangi parfummu sama dengan parfumku," Andre menelan salivanya susah payah, sedangkan Mona tersenyum kikuk. Andre sengaja memberikan parfum untuk keduanya dengan merk dan aroma yang sama agar perselingkuhannya dengan Mona tidak terendus Thalia.
"Ternyata kita mempunyai selera yang sama ya."