NovelToon NovelToon
Affair With CEO

Affair With CEO

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Patahhati / Selingkuh / Cinta Terlarang / Penyesalan Suami
Popularitas:5.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Mei-Yin

Kirana tak pernah menyangka, bujukan sang suami pulang ke kampung halaman orang tuanya ternyata adalah misi terselubung untuk bisa menikahi wanita lain.
Sepuluh tahun Kirana menjadi istri, menemani dan menjadi pelengkap kekurangan suaminya.

Kirana tersakiti tetapi tidak lemah. Kirana dikhianati tetapi tetap bertahan.

Namun semuanya berubah saat dia dipertemukan dengan seorang pria yang menjadi tetangga sekaligus bosnya.

Aska Kendrick Rusady, pria yang diam-diam menyukai Kirana semenjak pertemuan pertama.

Dia pikir Kirana adalah wanita lajang, ternyata kenyataan buruknya adalah wanita itu adalah istri orang dengan dua anak.

Keadaan yang membuat mereka terus berdekatan membuat benih-benih itu timbul. Membakar jiwa mereka, melebur dalam sebuah hubungan terlarang yang begitu nikmat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Mama Radit?

“Besok Mbak Kirana datang pukul delapan. Langsung siapkan kopi dan bawa ke ruangan Pak Ken. Beliau akan datang sepuluh menit atau lima belas menit setelah jam kantor buka,” jelas Pak Riyanto.

Kirana sudah diajak keliling kantor dan berkenalan dengan ketua staf di setiap divisi.

Ada sebagian yang ramah, ada pula yang sedikit kurang suka terlihat dari gelagat dan tatapan mata yang merendahkan.

Namun Kirana sudah tak peduli tentang tanggapan apa yang akan didapatkan, dia hanya sedang ingin fokus menjalani pekerjaan ini sungguh-sungguh.

Karena kini, dia lebih memikirkan nasib anak-anaknya nanti.

“Saya permisi dulu kalau begitu, Pak.”

Pria paruh baya tersebut mengangguk. “Jika ada yang tak dimengerti, Mbak Kirana boleh langsung tanya ke saya.”

“Baik. Kalau gitu saya permisi dulu Pak. Sampai jumpa esok hari,” ucapnya, sudut bibirnya tersenyum simpul.

Kirana keluar dari kantor setelah mendapatkan kartu akses langsung yang menuju basemen.

Tangannya melirik ke arah pergelangan tangan. Cukup membutuhkan waktu lumayan lama untuk berkeliling di kantor ini. Kakinya merasa pegal karena lama tak memakai high heels.

Setidaknya kali ini dia harus bersyukur karena mendapatkan pekerjaan dengan mudah di tempat yang besar ini. Dia tahu RD Group adalah perusahaan nomor satu di kota ini, tetapi tak pernah menyangka bahwa pemiliknya adalah tetangga rumah.

CRV berwarna putih itu segera melesat meninggalkan gedung yang akan menjadi tempatnya mencari nafkah mulai esok hari.

Pukul dua belas Kirana tiba di rumah berpapasan dengan Wina yang akan menjemput kedua anaknya.

“Mbak Win, barangkali anak-anak mau jajan dulu nanti. Ini uangnya.” Kirana menyerahkan beberapa lembar uang.

“Boleh, Bu?” tanya Wina ragu.

“Sesekali nggak apa-apa,” sahutnya, kemudian masuk setelah Wina sudah pergi.

Kirana menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan kaki yang ikut diangkat. Matanya kembali berkaca-kaca, bukan karena melihat tumit kakinya yang memerah, melainkan luka hatinya yang sampai saat ini belum mengering.

Walau waktu telah dilalui sendirian, tetapi melupakan kejadian yang menyesakan memang tidak semudah yang dibayangkan.

Zidan suaminya, ayah dari dua anaknya. Sepuluh tahun dia menemani dan berjuang bersama hingga berada di titik ini. Susah, senang dilewati bersama, tetapi mengapa harus berakhir seperti ini.

Sampai saat ini dia masih menyimpan nama pria itu di hatinya. Rasa cintanya memang tak sekuat dulu karena rasa sakit lebih mendominasi.

Namun semua memang butuh waktu, bahkan hanya untuk berdamai dengan diri sendiri dia masih mencobanya.

“Bu Kira,” panggil Wina sambil menyentuh bahunya.

Kirana tersentak dan mendapati Wina sudah ada di sampingnya.

“Kapan pulang?”

“Sepuluh menit yang lalu. Bu Kira melamun jadi nggak tahu,” sahut Wina sambil menyerahkan uang pecahan ke arahnya. “Ini kembalinya, Bu.”

“Ambil aja. Oh ya, Mbak siapin makan siang ya, kita makan bareng habis ini.”

“Makasih, Bu.” Wina segera bergegas ke dapur setelah mendapatkan perintah tersebut.

Sebelum masuk ke kamar, Kirana berbelok menuju kamar anaknya. Di sana ia melihat Rina dan Lina saling bercanda diiringi tawa pelan.

Dia segera berpaling karena tak sanggup membayangkan tawa riang tersebut lenyap jika saja mereka mengetahui bahwa sang ayah mungkin tak akan kembali.

Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka semua sudah duduk di meja makan. Sesekali candaan dilontarkan Wina hingga membuat mereka semua tertawa tanpa terkecuali.

“Ma, aku kangen papa.” Tiba-tiba Lina bersuara yang membuat tubuhnya menegang.

“Mama udah selesai, habiskan makanannya. Mama mau istirahat dulu, capek banget,” ucap Kirana segera pergi tanpa menjawab.

Tubuh itu merosot ke lantai setelah pintu kamar tertutup. Tangisan yang selama ini ditahan akhirnya hari ini tumpah lagi.

Sakit sekali rasanya melihat seorang anak merindukan ayah yang sudah satu bulan tak pernah ditemui. Tanpa kabar apa pun.

Dia mungkin bisa memaklumi jika Zidan mengabaikan dirinya, tetapi bagaimana mungkin pria itu mengabaikan kedua anaknya.

Kirana menyembunyikan tangis dengan tubuh meringkuk. Dia selalu mengatakan kuat, tetapi ternyata dirinya tak sanggup untuk abai. Mencoba menyembunyikan tangis, tetap saja air mata itu tumpah saat bibirnya tak mampu mengucapkan kalimat apa pun. Hanya air mata yang keluar untuk menumpahkan kesedihan.

...✿✿✿...

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Beberapa kali pintu kamar diketuk oleh Wina dan mengatakan makan malam sudah siap.

Tubuhnya begitu berat beranjak dari atas ranjang, sedikit merasakan pusing di kepala setelah menumpahkan tangis yang tak henti-henti.

Sebelum kakinya menjejak lantai, dia menarik napas panjang dan segera membuka pintu.

“Anak-anak di mana, Mbak? Aku belum mandi,” ucapnya di depan Wina yang menatapnya dengan iba.

“Bu Kira, sebenarnya ada apa? Kenapa ibu kelihatan sedih dan bapak juga nggak pernah kelihatan pulang. Jangan-jangan ....” Wina tak mampu meneruskan kalimatnya, dia menatap sang majikan dengan mata yang membulat.

Wina sudah lama ikut dengannya saat masih menumpang di rumah mertua. Sedikit banyak wanita itu tahu bagaimana perangai ibu mertua yang tak pernah menyukai kehadirannya.

“Maaf, Bu. Enggak berniat lancang, cuma ikut sedih aja kalau ibu seperti ini,” ucap Wina lagi sambil menyeka air mata yang menetes. “Bu Kira sudah seperti adek saya sendiri.”

“Makasih ya, Mbak. Aku nggak apa-apa. Ajak anak-anak makan dulu aja, aku mau mandi,” ucapnya segera menutup pintu dan bergegas mandi.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit, Kirana sudah kembali segar. Wajahnya terlihat bersinar meski ada jejak kesedihan dan luka yang begitu kentara.

Setelah itu dia keluar dan segera ke meja makan yang sudah ada kedua anaknya dan Wina.

“Lho ngapain Mbak Win nggak makan dulu? Pasti nungguin aku, udah dibilangin juga,” omel Kirana karena melihat kedua anaknya makan dengan lahap sementara Wina masih diam.

“Biar ada temennya, Bu.”

“Sudahlah, ayo makan. Aku lapar. Ternyata ngenes juga butuh banyak tenaga,” ucapnya sambil mengisi piring dengan berbagai menu.

Kirana memang terlihat ceria, senyum terpatri di wajahnya tetapi siapa yang bisa menebak isi hati dan jalan pikiran yang ada di kepalanya.

Ternyata waktu satu bulan belum mampu membuatnya melupakan sosok sang suami yang setiap saat bayangannya muncul.

Dia belum terbiasa.

Dia belum cukup mampu menghapuskan bayangan pria itu dari hidupnya.

Setelah selesai makan, dia menemani kedua putrinya di depan televisi. Bercanda dan melontarkan pertanyaan tentang hari-hari yang dijalani keduanya. Dan jawaban mereka membuatnya mau tak mau ikut tertawa.

Sampai tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kirana segera meminta kedua anaknya segera tidur.

“Besok mama kerja ya?” tanya Rina pelan.

“Iya. Kenapa?”

“Mama pulangnya jangan malem-malem, ya.” Terenyuh hati Kirana mendengar permintaan sang anak. Dia langsung mengangguk sambil tersenyum.

“Kakak jaga adek ya. Sama Mbak Win jangan nakal,” pesan Kirana.

Tak lupa kecupan selamat malam diberikan.

“Selamat malam kakak, adek, kesayangan mama.”

Kirana menarik selimut dan mematikan lampu. Namun belum sampai langkahnya mencapai pintu, gumaman yang keluar dari mulut Rina menghentikan langkah dan membuat jantungnya diremas kuat.

“Aku lihat papa sama Mama Radit.”

To Be Continue ....

1
Ita Juwita
cerita yang bagus..
Dhia Syarafana
tamat juga akhirnya
Nunung Ainus
Luar biasa
Nunit Chandraleka
bagus alurnya..tapi jangan lama2 episode nya..nanti aku keburu jenuh bacanya
Nunit Chandraleka
cuit2...menghayal ni thorrr
Dhia Syarafana
sana sama terlalu naif, kalau ada masalah cepat selesai kn, jangan terlalu ini itu. heh nama juga novel
dandelions
kdrt lho. ayo laporkan aja
dandelions
MAMPUSS HAHAHAHA
Dhia Syarafana
jangan jangan si Adrian ankx sisil
Sri Darmayanti
pergi dech udah kerja uni
Dhia Syarafana
emang enak zidan and the gank di blokir
Dhia Syarafana
ditunggu jandamu kirana
Dhia Syarafana
kehancuran zidan beserta keluarganya di.... mulai
Nurul apriliyani Rahayu
preettt
wizi nurdilah
Luar biasa
Dhia Syarafana
pembalasan di mulai
Dhia Syarafana
keluarga toxic ternyata
Dara Jawant
Kecewa
Dara Jawant
Buruk
Farisfauzi' Moms
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!