Hang Jihan, seorang anak jenius dari keluarga sederhana, lebih memilih fokus pada pekerjaannya dan membantu sang ibu yang terserang penyakit. Dunianya yang tenang berubah ketika ia mendengar tentang pil ajaib yang konon dapat menyembuhkan penyakit sang ibu.
Tekadnya untuk menyelamatkan sang ibu menyeretnya ke dalam dunia bela diri yang penuh bahaya. Di sana, bakat terpendamnya bangkit, menunjukkan bahwa dia dilahirkan untuk kebesaran.
Namun, perjalanannya tak mudah. Rintangan tak terduga menghadangnya. Diperkuat oleh harapan sang ibu, Hang Jihan bertekad untuk menjadi kuat, mendaki puncak, dan kembali sebagai orang yang bisa dibanggakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichwan Fzn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kuil Agung Surgawi
Di bawah Paviliun Pedang Suci, simbol kebanggaan Sekte Pedang Awan, awan dan matahari senja berpadu bagai permadani berlian di langit. Udara sejuk menusuk, membawa ketenangan dan kedamaian. Jiwa pun terbuai dalam keheningan yang mendekap.
Di tengah halaman yang luas, di sudut paviliun, di bawah rimbunnya pohon ginkgo berusia ribuan tahun, dua sosok pria duduk berhadapan. Secangkir teh hangat mengepul di hadapan mereka, membawa aroma melati harum yang menenangkan indra penciuman.
Sosok pertama, murid muda berjubah Hanfu putih, berkilauan bagaikan embun pagi. Wajahnya yang tampan memancarkan aura dominasi, menunjukkan bahwa dia bukanlah orang yang sederhana. Di hadapannya duduk tetua agung Sekte Pedang Awan, rambutnya putih panjang bagaikan salju, matanya setajam elang, dan wajahnya memancarkan kebijaksanaan, namun juga tersembunyi kelicikan.
Keheningan penuh makna menyelimuti mereka. Tetua agung menyesap tehnya perlahan, menikmati ketenangan. Sementara pemuda berjubah putih itu tersenyum penuh arti, menanti kata-kata yang akan terlontar dari bibir tetua agung.
Saat tetua agung mengamati raut wajah pemuda itu, rasa curiga mulai menggerogoti hatinya. Tanpa ragu, dia menghentikan langkahnya, menghentikan aksi menghirup teh yang baru saja dimulainya. Tetua agung tanpa keraguan memutuskan untuk memuntahkannya kembali, berjaga-jaga terhadap kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.
"Zhuo Yifan, jangan bilang kau menaruh racun dalam teh ini?" Ucap tetua agung dengan curiga.
Tawa renyah Zhuo Yifan memecah keheningan. Reaksi konyol tetua agung membuatnya terhibur setelah beberapa saat dalam kondisi yang pasif.
"Tetua Agung Shi bercanda, murid tidak akan berani."
Keraguan masih terukir jelas di wajah Ketua Agung. Jika saja yang mengatakan itu murid lain, mungkin dia akan percaya. Namun, yang di hadapannya adalah Zhuo Yifan, murid dengan latar belakang yang tidak biasa dan penuh siasat.
Zhuo Yifan, yang menyadari sikap curiga Tetua Agung, berkata dengan tenang.
"Tetua Agung jangan khawatir, kita adalah rekan." ia menjeda sejenak. "Aku harap Tetua Agung tidak lupa siapa orang yang membawa Tetua Agung hingga mencapai titik ini?" Zhuo Yifan menyindir dengan halus.
"Kau?!"
Mendengar itu, Tetua Agung menjadi sedikit jengkel. Ia hanya bisa menggertakkan giginya tak berdaya. Apa yang dikatakan Zhuo Yifan adalah sebuah kebenaran yang tak bisa ia bantah. Mencoba menenangkan diri, Tetua Agung menarik napas dalam-dalam dan berkata,
"Lupakan saja. Lagi pula, aku tidak akan bisa membunuhmu."
Zhuo Yifan tersenyum. "Seperti yang diharapkan dari Tetua Agung. Anda sangat bijaksana."
"Tetapi, Yifan, jangan lupakan tentang perjanjian kita."
Zhuo Yifan mengangguk "Tetua Agung tidak perlu khawatir. Murid akan menepati janji" Kemudian dengan ekspresi serius ia melanjutkan "Tetapi, setelah semua berjalan sesuai rencana."
Sejak pertama kali bertemu Zhuo Yifan saat seleksi murid sekte, intuisi Tetua Shi telah mengatakan bahwa pemuda ini bukan individu yang sederhana. Keyakinannya semakin kuat saat melihat kecepatan prestasi Zhuo Yifan pada turnamen murid dalam tak lama setelah ia naik tingkat. Dalam waktu singkat, Zhuo Yifan berhasil mencapai peringkat teratas murid sekte Pedang Awan. Keunggulan luar biasa ini mengukuhkan reputasinya sebagai murid jenius yang terlahir.
Dugaan Tetua Agung terbukti benar ketika Zhuo Yifan mendatanginya secara pribadi. Pemuda itu mengungkapkan identitasnya sebagai utusan dari organisasi ahli bela diri terbesar di seluruh benua, Kuil Agung Surgawi.
Zhuo Yifan memahami bahwa Tetua Shi adalah orang yang haus akan kekuatan dan kekuasaan. Ia memanfaatkan kelemahan ini dengan menjanjikan posisi tinggi kepada Tetua Shi, yaitu sebagai Tetua Agung sekte Pedang Awan. Tak hanya itu, ia juga menawarkan posisi anggota Kuil Agung Surgawi, dengan satu syarat: tujuannya telah terpenuhi.
Namun, di tengah perbincangan yang kian hangat antara Tetua Shi dan Zhuo Yifan, bagaikan lukisan tinta, sebuah bayangan hitam pekat muncul di hadapan mereka. Menundukkan kepalanya dengan hormat, sosok misterius itu berbisik kepada Zhuo Yifan,
"Tuan, bawahan membawa kabar. Ratusan ahli bela diri dari kota Yunlan terpantau bergerak menuju hutan Jura."
"Lanjutkan," perintah Zhuo Yifan dengan tatapan tajam, ingin mengetahui detail informasi yang dibawakan oleh bayangan hitam tersebut.
"Berdasarkan informasi yang hamba kumpulkan, para bandit kejam yang mendiami hutan Jura telah menyinggung Tuan Kota Yunlan. Demi menemukan putrinya yang hilang, Tuan Kota Yunlan mengadakan sayembara dengan hadiah yang sangat menggiurkan bagi siapa saja yang berhasil menemukannya."
"Ck! Bandit bodoh itu!" gerutu Zhuo Yifan, raut wajahnya menegang. Tetua Agung yang melihat ekspresi tidak senang dari Zhuo Yifan pun menjadi penasaran.
"Yifan, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya dengan nada prihatin.
"Tetua Agung tidak perlu khawatir. Ini hanya masalah sepele," jawab Zhuo Yifan berusaha menenangkan.
Kemudian, dia menatap bayangan misterius itu dan berkata, "Dengarkan baik-baik. Jangan tergesa-gesa mengambil tindakan. Amati situasinya dengan cermat. Ketika saatnya tiba, kita akan bertindak."
"Baik, Tuan" Bayangan itu menghilang dengan cepat membaur dengan malam yang kini menjadi menegangkan.
Keluarga Yun, bagaimanapun, adalah salah satu pilar utama Kekaisaran Tianxuan. Mereka telah menjadi fondasi kokoh yang menopang kekaisaran sejak masa lampau. Meskipun kekuatan dan pengaruh sepuluh keluarga Kekaisaran saat ini tengah memudar, kekuatan dan sumber daya mereka masih tak tertandingi di seluruh Kekaisaran. Hal ini menjadikan mereka pelindung utama kekaisaran. Kedekatan dan kesetiaan yang terjalin erat antar keluarga membuat Zhuo Yifan enggan menyinggung mereka untuk saat ini.
Memikirkan semua ini, Zhuo Yifan hanya bisa menarik napas panjang. Tangannya mengepal erat, menunjukkan ketidaksenangannya.
“Kekaisaran Tianxuan… Setelah Kuil Agung Surgawi menguasai seluruh daratan, kalian hanyalah boneka yang menari di telapak tanganku.”
Bibir Zhuo Yifan menyunggingkan senyum tipis, mengungkapkan ambisi dan tujuan. Matanya yang bersinar dingin memancarkan aura yang tak tergoyahkan.
Tetua Agung hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya. Sambil mengusap jenggotnya yang panjang, ia bergumam dalam hati, "Tampaknya, setelah ribuan tahun lamanya, benua ini akan kembali bergejolak."
Dia kembali menuangkan tehnya, menyesapnya dengan penuh ketenangan, seolah tak peduli dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya.
***
Di perbatasan kota Yunlan.
Langkah para ahli bela diri meninggalkan jejak energi di langit, membawa mereka semakin jauh dari kota dan memasuki jantung hutan Jura yang lebat. Di bawah naungan pepohonan raksasa, informasi tentang lokasi Nona Muda terpatri erat di ingatan mereka, bagaikan kompas yang menuntun mereka dalam misi penyelamatan sekaligus perburuan hadiah yang menanti.
Hutan Jura terbentang luas bagaikan samudra hijau, siap menelan mereka. Kicauan burung dan desiran angin di antara dedaunan bagaikan bisikan bahaya yang tersembunyi di balik setiap batang pohon. Namun, semangat para ahli bela diri tak goyah. Tekad untuk menyelamatkan Nona Muda dan bayang-bayang hadiah yang dijanjikan Tuan Kota menjadi suntikan semangat yang tak tertahankan.
Namun, di balik semangat mulia itu, kerakusan tak luput dari hati mereka. Hadiah yang hanya diperuntukkan bagi satu orang memicu api permusuhan di antara mereka. Perlahan, rasa saling percaya tergantikan oleh kecurigaan, dan ketegangan menyelimuti mereka bagaikan kabut tebal yang menyelimuti hutan Jura.
Tiba-tiba, tawa keras memecah keheningan. "Ha ha! Aku akan menyelamatkan Nona Muda dan mendapatkan hadiahnya!" teriak salah seorang ahli bela diri dengan percaya diri, Ia meninggalkan kerumunan melesat jauh seperti petir yang menyambar.
Tindakan orang itu bagaikan api yang membakar amarah para praktisi lain. Kutukan dan makian berhamburan dari bibir mereka. Tak tahan lagi dengan situasi ini, Kuang Longwei berkata.
"Dasar bodoh! Pada akhirnya, akulah yang akan mendapatkan hadiah itu!" serunya dengan penuh keyakinan.
"Hei, Kuang Longwei! Sejak kapan kau menjadi begitu sombong? Akulah yang akan mendapatkannya!" balas Bai Xi dengan tatapan tajam.
"Hei orang tua, kau sudah tua. Aku khawatir kau tak berdaya melawan sekelompok bandit hutan," sindir Kuang Longwei dengan nada menghina, yang langsung melesat jauh meninggalkan Bai Xi yang sedang dilanda api amarah.
"Apa berani kau?!" teriak Bai Xi Ia pun mengejar Kuang Longwei dengan kecepatan penuh.
Melihat pertikaian itu, para praktisi lainnya tak mau ketinggalan. Semangat mereka untuk mendapatkan hadiah Tuan Kota tampaknya telah mengalahkan rasa tanggung jawab mereka untuk menyelamatkan Nona Muda. Mereka pun meningkatkan kecepatan mereka, bergabung dalam perburuan sengit, dan saling berebut untuk menjadi yang terdepan.
Wu Xiaotian, menyaksikan pertikaian itu, hanya menghela napas panjang. Firasatnya menebalkan bahwa badai berdarah akan melanda pencarian ini. Tak ingin terjebak dalam pertarungan yang tidak perlu, ia memutuskan meninggalkan mereka dan pergi sendiri secepat cahaya.
harusnya sebagai MC.... ilmunya di perdalam dulu... yaah kalo kalah sekali kali ya ndak papa... laaah ini, mc kalah muluuu.... hanya mengandalkan nasib baik di tolong orang lain....bener2 naif. gak menarik babarblaaas.
1. Ada sosok kuat yang membantunya.
2. latar belakang Hang Jihan yang tidak biasa, meski dia tidak mengetahuinya
3. kekuatan dari doa atau harapan ibu pada bab sebelumnya.
4.faktor lain.
dan itu aja teori dari saya hehe