"Kau meminta bantuanku, kan?" Tanya Marco dan wajah Aruna berseri-seri saat Marco mendekat.
"Senangkan aku, dan aku akan menolong mu"
_____________________
“Tapi aku tidak punya uang membalas mu” ucapnya Aruna.
“Aku tidak memintamu membayarku dengan uang” Marco bersandar di meja. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari Aruna.
“Kau bisa membayarku dengan hal lain, selain uang” ucapnya Marco.
"Apa?" Tanya Aruna.
“Jadilah milikku” Aruna tersentak dan matanya membelalak kaget.
____________________
“M-Marco” ucap Aruna terbata-bata.
“Call me Master. Mulai hari ini dan seterusnya, kau akan memanggilku Master"
_____________________
Aruna Arindita seorang gadis berusia 21 tahun itu, baru saja lepas dari tangan kejamnya sang Ayah, dia diselamatkan oleh Marco Dewata Alaska. Namun siapa sangka jika sang penyelamat nya adalah seorang iblis.
Bahkan satu hal yang baru Marco ketahui, bahwa Aruna adalah teman masa kecilnya, gadis kecil yang paling Marco sayang.
IG: @winterzumi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winter Zumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Mengakhiri
“Ini, Ambil” Marco melemparkan satu set baju tidur baru ke wajah Aruna.
Sedangkan Aruna masih terbaring di tempat tidur, tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena kelelahan. Setiap bagian dari tubuhnya itu begitu terasa sakit. Selama tiga hari berturut-turut, Marco masuk ke kamar tidur dengan keinginan yang seolah tidak terpuaskan.
Pria itu seolah memastikan untuk menghabiskan seluruh tenaganya dan menyebabkan Aruna kesakitan dan menderita. Sepertinya Marco selalu tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh budak nya itu. Dan tadi malam, mereka melakukan beberapa ronde, di berbagai posisi, hingga Aruna terbaring lelah. Sedangkan Marco tidak peduli dengan kesakitan Aruna. Yang ia inginkan hanyalah memenuhi kebutuhannya.
Kemudian Aruna mengambil pakaian satin itu dari wajahnya dan memandangnya dengan kening berkerut.
‘Apakah dia serius tentang ini? Apakah aku perlu memakai pakaian da*am yang tipis ini? Aku mungkin akan masuk angin jika dia terus memaksaku memakainya sepanjang waktu. Dan di sini dingin sekali’ Aruna berpikir sambil melihat satu set gaun tidur baru berwarna maroon dengan renda tipis.
“Apa? Kamu tidak mau memakainya? Apa kamu ingin tetap polos sepanjang waktu? Boleh saja, aku tidak masalah dengan itu” goda Marco yang membuatnya mendapat tatapan tajam.
‘Setelah semua yang telah kamu lakukan... Tahukah kamu seberapa besar rasa sakit yang kamu sebabkan padaku, Marco? Kurang ajar kau! Sekarang aku membencimu sampai mati! Padahal kau waktu itu kau sangat manis dan baik padaku’
Kemudian Aruna berhenti mengutuk Marco dalam pikirannya ketika Marco berjalan ke arahnya dan memegang dagunya dengan ringan. Dan wajah mereka hanya berjarak beberapa inci.
“Mungkin kamu menginginkan beberapa ronde lagi?” Aruna dengan memandangnya tak percaya.
‘Pria tidak tahu malu!’
Sementara Marco menyeringai pada Aruna.
“Jangan menatapku seolah kamu tidak menginginkannya Aruna.. Terakhir kali aku mendengar nya, kamu juga menikmatinya.... kamu mengerang seperti memohon lebih” Spontan Aruna menampar wajahnya Marco dengan keras.
Tapi kemudian, Aruna memandang pria itu dengan perasaan menyesal karena tindakannya. Bahkan tanda merah di wajahnya Marco membuatnya merasa bersalah.
“A-aku minta maaf. Aku tidak bermaksud un__ Ahh” matanya Aruna membelalak kaget saat Marco tiba-tiba mencengkeram lehernya dan mencekiknya.
Aruna terengah-engah, ia terus-menerus menepuk tangannya Marco yang melingkar sempurna dilehernya, tapi pria itu tidak berhenti. Marco sangat marah, dan ia tidak bisa mengendalikan amarahnya. Yang ia inginkan saat ini hanyalah mengambil nyawanya, tetapi ketika Marco menyadari bahwa Aruna sudah membiru, kemudian ia melepaskannya dan meninju dinding di dekatnya, menyebabkan buku-buku jarinya berdarah.
Sedangkan Aruna memegangi lehernya sambil mencoba menghirup udara ke dalam paru-parunya.
‘Dia monster dan dia juga adalah iblis’ pikir Aruna.
Matanya berair lagi saat ia merasakan ketakutan menguasai dirinya. Aruna bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Marco padanya selanjutnya. Jadi daripada menunggu, Aruna buru-buru berdiri dengan selimut menutupi tubuhnya dan menuju ke kamar mandi, tidak memedulikan Marco yang memelototinya.
‘Kenapa aku selalu terjebak dengan pria yang memperlakukanku seperti samsak? Aku selalu mendapatkan pukulan selama hidupku’ pikirnya Aruna sambil terisak.
Saat memasuki kamar mandi, Aruna langsung mengunci pintunya. Ia takut Marco akan mengikutinya dan akhirnya mengambil nyawanya karena amarahnya. Bersandar di belakang pintu, ia menangis sepenuh hati, menumpahkan semua kesedihan dan penderitaan nya.
“Bagaimana aku bisa lepas dari kesengsaraan ini? Akankah aku akan menjalani hidupku seperti ini selamanya?” Ia menutupi wajahnya menggunakan tangannya.
‘Bagaimana aku bisa hidup seperti? Aku tidak kuat! Aku harus mengakhiri hidupku’
Kemudian Aruna berdiri dengan tekad yang dalam, dengan langkahnya yang tertatih-tatih, ia mengobrak-abrik lemari obat. Matanya beralih ke pisau cukur di dalam peralatan cukur.
‘Aku sudah selesai dengan hidupku. Aku tidak ingin melanjutkannya. Aku tidak tahan lagi!’
Kemudian Aruna mengambil bagian pisaunya, ia menelusuri pembuluh darah di lengannya, memotong garis di pergelangan tangannya, lalu membelahnya. Ia merintih kesakitan, tapi ia harus menahannya.
Darah menetes dari lengannya, dan Aruna harus menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan suara yang dapat menarik perhatian Marco. Aruna merasa kasihan pada dirinya sendiri, dan saat ia menatap pantulan wajahnya di cermin, air mata dan keringat berjatuhan di wajahnya. Bibirnya memucat, dan sekelilingnya menjadi gelap hingga ia kehilangan kesadaran.
‘Ma, apakah kamu di sana? Bisakah kamu mendengar ku? Maafkan aku, Ma... Aku tidak tahan lagi. Tolong bawa aku pergi’
Suara gedebuk yang keras dari kamar mandi menarik perhatian Marco.
“Aruna!” Marco berteriak sambil menggedor pintu kamar mandi.
“Aruna! Buka pintu sialan ini! Aruna!” Ia terus berteriak dan mengetuk pintu itu.
“Brengsek!” Marco menggumamkan kutukan dan menendang pintu masuk, menyebabkan pintu itu rusak dan terbuka.
Matanya terbelalak kaget saat melihat Aruna tergeletak di lantai berlumuran dan darah. Marco memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya dan mencondongkan tubuh ke wajahnya untuk mendengarkan apakah dia masih bernapas.
Marco menghela napas lega, mengetahui bahwa Aruna masih hidup. Kemudian Marco membungkus lengannya Aruna yang berdarah dengan handuk untuk menghentikan pendarahan.
‘Sial. Apakah kamu mencoba mengakhiri hidupmu? Aku tidak akan melepaskan mu semudah itu’ Batinnya sambil mengambil selimut di lantai dan menyelimuti Aruna agar tetap hangat. Kemudian, Marco mencari kotak P3K di lemari obat dan mendisinfeksi lukanya, membalutnya dengan kain kasa dan perban.
Beruntung, luka yang ditimpakan Aruna pada dirinya tidak cukup dalam untuk merusak pembuluh darah di bawah kulitnya.
“Kau tidak bisa lepas dariku, Aruna. Tidak sekarang, dan selamanya. Bahkan dalam kematian mu saja... Aku akan mengikuti mu, kau milikku” Marco berbisik ditelinga Aruna langsung.
Kemudian Marco membersihkan Aruna dan menggendongnya ke tempat tidur agar wanita itu bisa beristirahat. Kemudian Marco mengambil kemeja bersih dari lemarinya dan memakaikan nya pada Aruna. Lalu Marco menutupi Aruna dengan selimut yang baru.
Sejenak Marco memandang Aruna dan mengelus-elus kepalanya Aruna, dan tanpa ia sadari ia mendekatkan wajahnya dan memberikan kecupan manis di keningnya Aruna sembari tersenyum.
‘Sial! Apa yang sedang kulakukan’ pikirnya Marco sembari rahang nya itu mengeras dan dengan tangan yang mengepal erat.
Kemudian Marco mengambil ponselnya dan menyuruh Marry untuk datang ke kamarnya.
Marco meminta Marry membereskan kamarnya dan membantu Aruna saat wanita itu sudah terbangun.
“Beri dia makan dan hubungi aku ketika dia sudah bangun” perintahnya.
“Ya tuan” Jawab Marry seraya menatap Aruna dengan memelas.
‘Kasihan gadis itu.. Entah apa yang membuat tuan melakukan ini? Apapun itu, ini sangat keterlaluan’ Marry menghela nafas.
aq ngasih bunga mawar 🌹 lagi ya Thor