Savana Mahesa (20tahun) mencintai Adrian Santoso (27tahun).
mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya,
tak ada yang bisa menolak kesepakatan itu selain dari pada kedua belah pihak.
Adrian membenci Savana yang selalu mengejarnya, karna prinsipnya adalah sejatinya wanita adalah dikejar bukan mengejar.
Savana menghalalkan segala cara agar bersama dengannya, membujuk kedua orang tua Adrian agar dijodohkan.
orang tua Adrian yang begitu menyayangi Savana akhirnya setuju dengan sarannya.
tapi setelah hari kematiannya, jiwanya tersangkut dan tidak sampai pada alam baka,
memohon pada Tuhan agar diberi kesempatan ke dua untuk menjalani kehidupan yang baik, dan berjanji tidak akan mengusik Adrian lagi, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupan Adrian, itu adal tekadnya.
tapi bagaimana jadinya jika Adrian malah tidak ingin melepaskannya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cantik alami
Pagi hari, suara burung berkicauan di pepohonan, tetesan embun menetes dari dedaunan jatuh ke rumput, ditengah hutan ini suasana tenang dan damai menciptakan hawa sejuk yang nyaman.
Tidur dua gadis cantik itu yang berbagi selimut terganggu akibat alarm yang dipasang di ponsel pintarnya.
Savana bangun lebih dulu, mengulurkan tangan keatas dan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan lalu menekan tombol untuk menonaktifkan alarm tersebut.
Savana menepuk kecil bahu rina, "Rin bangun kita harus ke kampus" ucapnya sambil menguap dan berdiri mengintip celah jendela.
menatap kebawah, terlihat rumput di tanah masih basah, Savana menuruni tangga perlahan dan melangkah kearah danau yang terlihat air berwarna hijau itu, kaki Savana terasa gatal ingin mandi dibawah di sana, tapi dia takut sendiri, dia berbalik menaiki tangga dan membangunkan Rina,
"Rin bangun kita terlambat ke kampus!" kali ini suara Savana terdengar keras hingga mengejutkan Rina yang asik dengan mimpinya, Rina bangun dari tidurnya duduk dan mengusap wajahnya kasar,
"Savana bisa Tidak sih jangan berisik, mengganggu sekali" kesal Rina.
"Rin temani aku berenang yuk! kakiku gatal tau ingin berendam dibawah sana"
"astaga ana ini pagi sekali pasti dinginnya minta ampun, kamu saja," Rina terlihat kesal kearahnya, meskipun dia begitu dia tetap menyusul Savana menuruni tangga.
Savana melepas bajunya dan hanya menyisakan baju tangtop hitamnya kontraks dengan kulit putih pucat nya.
Rambut Savana yang sedikit panjang itu basah , dia mengusap wajah nya dengan kedua tangan dan tersenyum menatap kearah Rina yang sedang memotret nya.
sungguh pemandangan yang sulit tuk dilewatkan, Rina menatap kagum hasil gambar jepretannya dan memujinya dalam hati,
Dia memang cantik Alami, bodoh sekali pria yang menyia-nyiakannya, aku saja jatuh cinta padanya
Rina terkejut akibat percikan air yang dibuat Savana,
"Savana mandi saja sendiri aku tidak mau, ini masih terlalu awal"
Savana terkekeh dan meneriakinya, "lalu kamu biasanya mandi jam berapa Rin? jangan bilang kamu tidak mandi lalu ke kampus?"
Savana menatap curiga pada Rina.
"hehehe, itu sih" Rina menggaruk kepalanya yang tidak gatal terlihat sedikit rona di pipinya.
Savana semakin yakin kalau Rina tidak mandi pagi,
Sungguh gadis yang jorok. pikirnya
Setelah Savana membersihkan diri di mengenakan pakaian di tubuhnya, dia mengganti cara berpakaiannya dari yang modis ke sederhana , Savana tidak ingin menarik perhatian siapapun, makanya dia tidak berdandan berlebihan, make up pun hanya mengenakan pelembab wajah dan lip gloss untuk bibirnya, tidak ada lagi make up tebal yang dulu suka dia gunakan ketika mengejar Adrian.
Savana tidak tahu jika penampilannya yang seperti ini semakin menarik minat para pria diluar sana. terlihat lebih muda dari usianya,
Hari ini dia mengenakan kaos berkerah tanpa lengan dan celana jeans longgar, rambutnya masih basah dibiarkan tergerai begitu saja namun terlihat indah, dengan model Geriting gantung nya yang cantik.
Sedangkan Rina menggunakan dress satin selutut milik Savana, pas ditubuhnya dan terlihat feminim.
mereka masing masing memasuki mobil dan meninggalkan tempat itu. Rina akan kembali ke apartemennya untuk mengambil sesuatu.
ketika Savana sampai di kampus dia melewati koridor kampus, dan melangkah sambil berkirim pesan dengan Dean, tanpa Savana sadari, terlihat pria lain sedang bersandar dan melipat tangan Di dada menatap tajam kearahnya.
Savana menabrak sesuatu didepannya yang menjulang tinggi, mendongak dan menatap Adrian terkejut, menelan ludah kasar.
tangan besar Adrian memegang kedua bahu Savana, sorot matanya terlihat tajam dan rahangnya mengeras"dimana kamu semalam? aku menunggumu didepan rumah hingga pagi"
lagi, Savana dibuat terkejut kemudian berpikir,
mengapa dia menunggunya sampai pagi?
Batinnya bertanya tanya.
"apakah kamu tidak ada kerjaan lain selain menggangguku"