Menembus Puncak Bela Diri

Menembus Puncak Bela Diri

Hang Jihan

Di tengah keceriaan Desa Qingshen, angin lembut membawa aroma harum dari taman-taman yang memperindah setiap jalan berbatu. Kelopak bunga lepas dengan gemulai, melayang hingga mendarat lembut di sebuah rumah kayu yang tampak sederhana.

Melalui jendela, tangan halus seorang wanita muncul, meraih kelopak bunga dengan penuh kelembutan. Keindahan wajahnya tercermin dalam sinar mentari, mengungkapkan keanggunan dan keindahan dari kedua bola matanya.

Ini adalah kecantikan alami, bukan hanya fisik tetapi juga representasi dari kelembutan hati yang tercermin melalui senyum tipisnya.

Namun, tanpa diduga, ketika wanita itu memegang erat kelopak bunga, serentetan batuk mendadak menyergapnya. Ekspresi pucat yang tersembunyi di balik kecantikannya kini terungkap dengan jelas; tubuhnya menjadi lemas, hingga pada akhirnya, bercak darah merah mengalir keluar di salah satu sudut mulutnya.

Tak mau tunduk pada takdir, wanita itu terus berjuang. Meski pil obat sudah ditelannya secara rutin, namun kondisinya tak kunjung membaik. Ia bagaikan putri raja yang terbelenggu di atas kasur, tak berdaya melawan penyakit yang menggerogoti hidupnya.

Melihatnya, terpancar jelas bahwa pertempuran panjang telah ia lalui. Tekadnya bagaikan baja, tak gentar meski penyakit terus merenggut kekuatannya.

Namun tak lama setelahnya, tiba-tiba,

*Trak...*

Gemuruh pintu terbuka, mengumumkan kedatangan seorang anak yang muncul dengan senyuman ceria. Tanpa perasaan bersalah, anak itu memanggil-manggil nama ibunya.

"Ibu, aku berhasil! Semua usaha kita tidak sia-sia!" ucapnya penuh semangat, merubah suasana yang sebelumnya diselimuti oleh kesedihan menjadi penuh kegembiraan. Getaran optimis meresapi setiap sudut ruangan, membawa kehangatan dan kebahagiaan yang melimpah untuk waktu yang singkat.

Orang itu adalah Hang Jihan, seorang anak jenius dari keluarga sederhana, kini harus menjadi tulang punggung keluarga setelah kepergian ayahnya. Ibunya yang telah lama menderita penyakit, menjadi tanggung jawabnya untuk disembuhkan. Meskipun rintangan yang dihadapi begitu berat, tekadnya untuk membantu sang ibu tidak pernah goyah.

Prinsip itu menjadi landasan hidupnya, menciptakan gambaran seorang anak yang berbakti dan penuh kasih sayang. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa bayangan kesedihan selalu mengikutinya. Di usianya yang baru belasan tahun, ia terpaksa menanggung beban berat yang seharusnya tidak menjadi bagian dari kehidupannya.

Keheningan menyambut Hang Jihan begitu dia membuka pintu rumah. Hanya terdengar batuk tersengal-sengal yang menggema dari salah satu sudut ruangan. Suara itu bagaikan palu yang menghantam semangatnya, memicu kekhawatiran yang mendalam. Secepat kilat, dia melangkah menuju sumber suara, teriakan paniknya memecah keheningan dan menggema di seluruh ruangan.

"Ibu... Ibu... Ibuu!"

Langkah Hang Jihan terhenti di ambang pintu kamar. Matanya terpaku pada wanita yang duduk di atas ranjang, raut wajahnya penuh keterkejutan. Mungkin karena penyakitnya, wanita itu nyaris tak menyadari kedatangan anaknya yang diliputi kecemasan. Atau mungkin penyakitnya yang semakin parah telah merenggut salah satu inderanya.

Tanpa disadari Hang Jihan, sang ibu dengan sigap membersihkan darah di telapak tangannya dengan sehelai kain. Gerakannya cepat dan cekatan, seolah ingin menyembunyikan sesuatu. Tindakannya mencerminkan kepedulian terhadap kondisi mental anaknya, memberikan pesan bahwa semuanya baik-baik saja. Ini adalah rahasia umum seorang ibu, memilih diam agar anaknya tidak terbebani dengan kekhawatiran yang tak seharusnya.

"Ji...han? Akhirnya kamu kembali," bisik sang ibu dengan senyuman, sejenak melupakan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Kebahagiaan terpancar jelas di raut wajahnya, seolah memiliki makna yang tak terlukiskan. Tanpa disadari, air mata bening mengalir dari sudut matanya.

Melihat sang ibu tampak baik-baik saja, rasa lega membanjiri hati Hang Jihan. Tanpa keraguan, ia berlari dan memeluk erat sang ibu dengan penuh kasih sayang.

"Ibu!!!" serunya sambil menangis tersedak di pelukan sang ibu. Air matanya mengalir deras, tak mampu terbendung lagi. Tangisan itu adalah ungkapan emosi yang tak terlukiskan, mencerminkan rasa rindu Hang Jihan yang mendalam terhadap sosok ibunya.

Reaksi Hang Jihan terbilang wajar. Beberapa bulan terakhir, dia terpaksa meninggalkan sang ibu untuk pergi ke gunung suci, mengikuti seleksi murid sekte pedang Awan.

Sekte Pedang Awan, menurut sumber informasi, adalah perguruan bela diri aliran pedang yang meniti jalan kebenaran. Perguruan ini telah melahirkan banyak individu berbakat yang menjadi pilar penting di wilayah Kekaisaran.

Keberangkatan Hang Jihan ke tempat ini bukan tanpa alasan. Kabar tentang pil yang diyakini mampu memulihkan jiwa dan menyembuhkan penyakit langka sang ibu telah menariknya perhatiannya. Namun pil tersebut hanya dibagikan kepada mereka yang berhasil menjadi murid sekte Pedang Awan.

Meskipun terkesan seperti strategi pemasaran, bagi Hang Jihan, berita ini bagaikan oasis di tengah padang pasir, membuka peluang besar untuk menyembuhkan penyakit yang telah menghantui sang ibu selama ini.

Semangat Jihan saat mengikuti seleksi mencerminkan tekadnya yang kuat. Pengorbanan besar yang ia lakukan demi kesembuhan sang ibu terlihat Jelas dari setiap usahanya.

"Sebenarnya, Ibu, lihatlah ini..." ucap Hang Jihan sambil dengan hati-hati mengeluarkan sebuah botol porselen dari saku bajunya.

Tanpa ragu, Hang Jihan membuka penutup botol porselen, menciptakan gelombang fluktuasi menyegarkan yang menyebar di seluruh ruangan. Sekarang, terlihat sebuah pil mengambang dengan cahaya yang memancar di seluruh lapisannya, menciptakan pemandangan yang menakjubkan bagi siapapun yang melihatnya.

"Ini..." Sontak, ibunya terkejut.

"Ya, ini adalah Pil Jiwa tingkat lima! Konon, pil ini digunakan oleh para praktisi bela diri untuk membantu pelatihan dan menguatkan jiwa mereka," jawab Hang Jihan dengan ekspresi sombong, tetapi sangat menggemaskan.

Namun, sebelum Hang Jihan menjelaskan lebih lanjut, sang ibu mengambil alih pembicaraan, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihat, membuat pikirannya menjadi kacau dan melayang pada kemungkinan yang tak terduga.

"Tunggu, Jihan kecil, dari mana kamu mendapatkan barang berharga seperti ini? Jangan bilang kamu pergi selama ini—"

"Ehemm ibu tidak perlu khawatir, Jihan mendapatkannya dari kakak seperguruan sebagai imbalan karena berhasil lolos sebagai murid sekte Pedang Awan," jelas Hang Jihan, menundukkan kepala dengan perasaan bersalah. Telunjuk di kedua tangannya saling berhadapan, menciptakan gambaran anak yang berharap agar tidak dimarahi oleh ibunya.

"Apaaa?!" Terkejut mendengar penjelasan Jihan, sang ibu menjadi lemas hingga kehilangan kesadaran.

Kegelisahan merayap di hati Hang Jihan saat situasi berubah tiba-tiba. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran akan keselamatan sang Ibu. Hang Jihan mengutuk dirinya sendiri karena menyembunyikan rahasia selama ini.

Meskipun Hang Jihan menduga situasi ini bisa terjadi, ia tak pernah membayangkan sang Ibu akan pingsan saat mendengar penjelasannya. Peristiwa ini benar-benar di luar kendalinya.

Saat meninggalkan rumah beberapa bulan lalu, Hang Jihan mendapat restu dari sang Ibu untuk berlatih di luar, tanpa menjelaskan tujuannya secara detail. Saat kembali, dia membawa kabar yang mengejutkan: dia tak hanya mengembangkan keterampilannya, tetapi juga berhasil bergabung sebagai murid luar di salah satu sekte terkemuka – sebuah prestasi yang memicu rasa iri, terutama di kalangan praktisi bela diri.

Kabar inilah yang menyebabkan sang Ibu terkejut hingga kehilangan kesadaran. Hang Jihan tak menyangka bahwa prestasinya akan membawa dampak yang begitu besar bagi sang Ibu.

Sekali lagi, Hang Jihan memanggil nama ibunya dengan penuh kekhawatiran. Suaranya yang lantang berhasil menggetarkan seisi rumah.

"Ibu, bangunlah! Ibu...!!"

Terpopuler

Comments

꧁SNA ⋆⃟

꧁SNA ⋆⃟

aku mampir, jangan lupa mampir juga ya

2024-03-10

1

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

hadir

2024-02-29

0

Ummy Kulsum

Ummy Kulsum

Lumayan

2024-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!