Honey merasa jengah dengan kehidupannya yang maha sempurna. Ditengah rasa jengah yang melanda, ia mempunyai ide gila; mengajak teman daringnya bertukar posisi. Teman daringnya merupakan anak dari penyelam handal di Barcelona.
Ia pikir setelah bertukar tempat dengan temannya, kehidupannya akan berubah menyenangkan, nyatanya salah. Ia harus menghadapi berbagai masalah, termasuk masalah hatinya yang terpaut pada ayah teman daringnya.
Follow IG Author @ThalindaLena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Selembar Handuk
James memasak di dapur, sesekali menatap ke pintu kamar mandi di mana Honey sedang bersenandung di dalam sana.
Lagu Blackpink--Love To Hate Me adalah lagu yang dinyanyikan Honey. Meski suara pas-pasan tapi ia sangat percaya diri bernyanyi sambil berteriak penuh semangat di bawah guyuran air shower.
Negative days, negative nights
Baby, you're wasting all your time
I can't relate, I keep it light
No, no, no drama in my life
Wake up, yeah
Makeup, maybe
I need you, nah
I been good lately
Blowin' up
Workin' busy
You ain't worth my love
If you only love to hate me
James menggelengkan kepala sambil terkekeh mendengar nyanyian Honey yang tidak sesuai nada.
"Dasar wanita." James bergumam seraya memotong sayuran. Hari ini ia memasak simpel salad sayur menjadi menu makan siang mereka. Entah Honey suka atau tidak yang penting dia sudah memasak. Jika tidak mengingat ancaman dari putrinya, mana mungkin ia peduli pada Honey.
Aku akan marah dan tidak mau berbicara dengan Daddy kalau tidak bersikap baik kepada temanku! Kurang lebih seperti itu ancaman Ana yang diberikan padanya melalui panggilan telepon. Tentu saja James tidak mau kalau putri kesayangannya marah padanya.
Ceklek!
James menoleh ketika mendengar pintu kamar mandi di buka. Honey keluar dari kamar mandi hanya mengenakan selembar handuk putih yang menutupi dua asetnya, atas dan bawah. Karena ukuran handuk itu terlalu kecil maka bagian bawah Honey hampir terlihat dan hal itu membuat James menelan ludah seketika.
James segera memalingkan wajah, salah tingkah juga, tapi tetap melanjutkan kegiatan memasak.
Honey melangkah cuek sambil melengos, seolah tidak mau menatap James lagi, ia masih kesal dengan kejadian siang tadi.
BRUK!!!!
"ARGHHH!!!" teriak Honey, karena tidak memperhatikan langkahnya ia terpeleset tak jauh dari dapur. Sepertinya ia kualat pada James. Wkwkwk.
"Hon!!!" James segera meninggalkan aktifitasnya dan berlari menghampiri Honey.
"Arghhh! Jangan mendekat!!!" teriak Honey sambil memakai handuknya yang tersibak, tubuhnya kini tel@njang bulat. Ia tidak mau kalau James melihatnya dalam keadaan seperti ini.
"Oh, Shitt!"
Terlambat!
James sudah melihat keseluruhannya, tapi ia segera balik badan, dan berkata, "maaf, aku tidak tahu, dan aku tidak melihat apapun!" bohong James tapi terdengar sangat meyakinkan. Sumpah demi apapun wajah James sekarang merah padam seperti kepiting rebus.
Sementara Honey sudah memakai handuknya lagi. Salah satu kakinya sepertinya terkilir, ia menoleh ke belakang, menatap James yang masih membelakanginya. Dan ia bernafas lega karena pria matang itu tidak melihat apapun dari tubuhnya.
"James bisa bantu aku?" pinta Honey sambil meringis kesakitan karena kaki kirinya terasa berat dan sangat sakit.
"Emh ... bagaimana bisa aku membantumu kalau kau dalam keadaan seperti itu?" tanya James sangat gugup.
"Aku sudah memakai handuk, kau bisa berbalik!" jawab Honey. "Sepertinya kakiku terkilir."
"Oke." James langsung balik badan, bernafas lega, dan mendekati gadis cantik itu. "Aku akan membantumu, bisa berdiri?"
Honey menatap tajam James yang kini berjongkok di dekatnya, "jika aku bisa berdiri tidak akan meminta bantuanmu!" ketus Honey seraya memutar kedua matanya malas.
James membuang nafas kasar, lalu dengan gerakan cepat mengangkat tubuh Honey dengan sangat mudah.
"Hei!!" Honey berteriak terkejut lantaran James menggendongnya begitu saja. Dengan reflek, ia mengalungkan kedua tangannya di leher kokoh pria tersebut, karena takut jatuh. Otomatis wajah mereka berdekatan, bahkan Honey bisa merasakan hembusan nafas hangat pria matang tersebut.
James menatap Honey, begitu juga dengan Honey. Tatapan keduanya saling mengunci, namun James segera tersadar dan memalingkan pandangan, lalu melangkah menuju kamar Ana.