Gus Shabir merasa sangat bahagia saat ayah Anin datang dengan ajakan ta'aruf sebab dia dan Anin sudah sama-sama saling menyukai dalam diam. Sebagai tradisi keluarga di mana keluarga mempelai tidak boleh bertemu, Gus Shabir harus menerima saat mempelai wanita yang dimaksud bukanlah Anin, melainkan Hana yang merupakan adik dari ayah Anin.
Anin sendiri tidak bisa berbuat banyak saat ia melihat pria yang dia cintai kini mengucap akad dengan wanita lain. Dia merasa terluka, tetapi berusaha menutupi semuanya dalam diam.
Merasa bahwa Gus Shabir dan Anin berbeda, Hana akhirnya mengetahui bahwa Gus Shabir dan Anin saling mencintai.
Lantas siapakah yang akan mengalah nanti, sedangkan keduanya adalah wanita dengan akhlak dan sikap yang baik?
"Aku ikhlaskan Gus Shabir menjadi suamimu. Akan kuminta kepada Allah agar menutup perasaanku padanya."~ Anin
"Seberapa kuat aku berdoa kepada langit untuk melunakkan hati suamiku ... jika bukan doaku yang menjadi pemenangnya, aku bisa apa, Anin?"~Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sebelas
Di tempat lain Syifa mengajak Anin bermain ke mall. Dia ingin membuat gadis itu tertawa bahagia dan benar-benar melupakan Gus Shabir. Dia tidak ingin kehadiran Anin merusak rumah tangga Hana. Jangan sampai karena satu pria menghancurkan hubungan keluarga.
"Anin, bagaimana kalau kita ke mall hari ini?" tanya Syifa saat menjemput sang adik di kost.
"Apa itu tidak akan merepotkan Mas Faris?" tanya Anin.
"Mas Faris hanya mengantar kita ke mall. Setelah itu dia harus pergi menemui rekan bisnisnya," jawab Syifa.
"Boleh banget. Ini pasti akan menjadi petualangan yang menyenangkan," ucap Anin bersemangat. Beberapa hari ini dia disibukan dengan tugas kuliah. Otaknya juga perlu beristirahat.
"Benar! Kita bisa berjalan-jalan dan mencari mainan kesukaan Yusuf," balas Syifa.
Dalam perjalanan menuju mall, Anin melihat pemandangan yang indah. Dia melihat orang-orang berjalan sambil memegang tangan orang yang mereka sayangi. Anin merasa bahagia karena bisa keluar bersama keluarganya.
Tibalah mereka di mall. Setelah pamit dengan Mas Faris, Anin, Syifa, dan Yusuf keluar dari mobil dan menuju pintu masuk. Di dalam mall, terdapat banyak orang berbelanja dan berjalan-jalan.
"Tujuan kita pertama kali mau ke mana, Kak?" tanya Anin.
"Ayo kita ke lantai mainan untuk mencari mainan yang disukai Yusuf," ajak Syifa.
Syifa mengajak adiknya menuju lantai atas untuk membeli mainan putranya. Jika tidak di beli mainan takut sepanjang mereka berjalan di mall sang anak rewel.
Mereka lalu berjalan menuju lantai mainan. Di sana, mereka melihat berbagai jenis mainan yang menarik. Yusuf terlihat girang melihat semua mainan yang ada di depan matanya.
"Wah, ada banyak sekali mainan!" ujar Anin antusias.
"Ya, Yusuf bisa pilih mainan apa yang dia mau," balas Syifa.
Yusuf menunjuk mainan kereta mini yang berwarna-warni. Anin dan Syifa pun membelikan mainan tersebut untuk Yusuf. Yusuf sangat senang dan bermain-main dengan mainannya.
"Ayo, kita jalan-jalan lagi!" ajak Syifa.
Anin, Syifa, dan Yusuf berjalan ke lantai lainnya. Mereka mengunjungi toko buku, toko pakaian, dan juga kedai makanan. Di setiap toko, Anin dan Syifa bertanya kepada Yusuf apa yang dia suka.
"Aku suka kue!" jawab Yusuf dengan polosnya saat di tanya apa yang dia suka.
"Oke, kita cari toko kue!" balas Anin dengan ponakannya itu.
Mereka berjalan mencari toko kue dan akhirnya menemukannya. Di sana, mereka memilih beberapa jenis kue yang diinginkan Yusuf. Mereka duduk di area makan mall dan menikmati kue bersama-sama.
"Apa kamu senang, Yusuf?" tanya Anin sambil mencubit pipi sang ponakan dengan pelan.
"Iya, Anin! Aku senang bisa makan kue-kue ini," jawab Yusuf.
"Ih, tak boleh panggil Anin. Tante, awas kalau panggil Anin lagi," ucap Anin. Syifa tertawa mendengarnya. Yusuf memang sering memanggil nama pada Anin. Mungkin mendengar ayah dan ibunya. Telah berulang kali Syifa mengatakan jika itu tak boleh, tapi bocah itu tetap mengulangnya.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan-jalan lagi. Anin, Syifa, dan Yusuf menemukan tempat bermain di dalam mall. Yusuf tak bisa menyembunyikan kegirangannya dan langsung berlari menuju area permainan.
"Ayo, ikut bermain, Kak!" ajak Anin.
"Tentu! Ini akan menjadi momen yang menyenangkan bagi kita semua." Syifa sengaja mengikuti apa mau adiknya. Berharap semua ini dapat menghibur sang adik.
Malam semakin larut saat mereka asyik bermain di taman bermain. Anin, Syifa, dan Yusuf menghabiskan waktu bersama, tertawa, dan membuat kenangan indah.
Akhirnya, tiba waktunya untuk pulang. Mereka berjalan ke tempat parkir dan menuju mobil. Anin merasa bahagia dan bersyukur telah menghabiskan waktu yang indah bersama keluarganya. Faris dan Syifa mengantar Anin ke kostnya.
"Terima kasih sudah mengajakku ke mall, Kak," ucap Syifa sebelum keluar dari mobil.
"Sama-sama, Anin. Aku senang kita bisa bersama-sama hari ini. Besok sebelum pulang, Kakak akan mampir lagi."
"Boleh, besok aku libur kuliah. Jam berapapun ada di kost."
"Kakak pamit dulu," ujar Syifa dan Faris berpamitan. Anin melepaskan kepergian sang kakak hingga mobilnya hilang dari pandangan.
**
Pertanyaan Hana membuat Gus Shabir terkejut. Dalam hatinya bertanya, dari mana sang istri tahu. Pria itu hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Maaf, Hana," ucap Gus Shabir.
"Kenapa kamu tidak jujur dari awal, jika wanita yang kamu cintai itu Anin bukan aku?" tanya Hana dengan suara bergetar.
Hana teringat bagaimana kuatirnya sang suami saat Anin sakit. Mata yang selalu melirik ke arah gadis itu. Dia mengerti sekarang betapa pria itu sangat mencintai sang ponakan.
"Kanapa harus Anin?" tanya Hana dalam hatinya. "Apakah dia harus bersaing dengan ponakan sendiri dalam merebut hati sang suami?" Kembali pertanyaan itu dia ajukan pada diri sendiri.
Gus Shabir lalu menceritakan semuanya pada Hana. Setelah mendengar semua itu, dia berdiri dari duduknya. Hatinya terasa sakit mengetahui jika suaminya menikahi dia hanya karena kesalahpahaman. Berarti memang tak ada cinta untuknya.
"Beri aku waktu untuk memikirkan semua ini, Mas. Apakah kita akan melanjutkan atau mengakhiri ini."
Setelah mengucapkan itu, Hana masuk ke kamar. Dadanya terasa sesak menahan sebak. Dia tidak ingin menangis di depan pria itu. Dia harus terlihat kuat.
Wanita bisa kehilangan akalnya karena orang yang dia cintai. Oleh karena itu dia butuh tamparan ribuan kali agar dia sadar dan tahu diri. Allah biarkan tamparan itu berupa rasa sakit hati dari orang yang dia cintai sehingga logikanya berjalan dan tidak lagi menggunakan perasaan.
...----------------...
kurang slg memahami
gk da manusia yg sempurna
tp cinta yg menyempurnakan.
bukan cr siapa yg salah di sini
tp jln keluar bgaimna mmpertahankan pernikahan itu sendiri.
Coba lebih memahami dari bab" sebleumnya , Anin bilang kalau kasih sayang aisha trhdp Anin dan Hana itu sama ,jika Anin dibelikan mainan maka Hana pun turut dibelikan.memang dalam hal materi oleh Gibran dan Aisha mereka tidak membedakan ,tetapi dalam hal kasih sayang mereka tetap membedakan ,bahkan Syifa juga pernah bilang kalau dia lebih sayang Anin drpda Hana .Nah poiinnya adalah kenapa Hana bersikap seperti itu terhadap Anin ,karena dia belum pernah merasakan kasih sayang yang begitu besar dari orang terdekatnya .Jadi wajar saja semenjak dia menikah dia mempertahankan suaminya karena hanya dia yang memiliki ikatan paling dekat dengan Hana . Hana hanya ingin ada seseorang yang mencintai ,menyayanginya dengan besarnya ,maka dari itu dia mepertahnkan suaminya .
Hana memiliki trauma akan dkucilkan oleh orang" disekitarnya .
yang melamar kan Hana duluan 😃