Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Seperti biasa Sandra akan membantu Harun untuk bersiap siap ke kantor. Kini wanita itu sedang mengikat dasi di leher suaminya, Sandra fokus pada kegiatan nya sementara Harun justru fokus memperhatikan wajah Sandra yang begitu cantik meski tanpa make up.
"Hari ini datanglah ke kantor ku, aku mau makan siang bersama mu." Ucap Harun setelah Sandra selesai memasangkan dasi.
"Aku tidak tahu kantor kamu," balas Sandra mendongak menatap Harun yang lebih tinggi darinya.
"Asisten ku akan menjemput jam 11an jadi bersiap lah oke," cicit Harun mengusap kepala Sandra.
"Iya, Mas." Sahut Sandra seraya menerima uluran tangan Harun kemudian keduanya turun untuk sarapan.
Setelah mengantar Harun berangkat ke kantor, Sandra bergegas ke kamarnya untuk mencari baju bagus sebelum pergi ke kantor Harun nanti.
"Aku tidak memiliki baju bagus, tidak mungkin aku ke kantor mas Harun memakai daster." Gumam Sandra gusar, sudah 1 lemari ia keluarkan untuk mencari baju namun tidak menemukan baju yang cocok.
"Kakak, boleh aku masuk?" suara Ana yang datang ketika Sandra sedang membandingkan satu baju dengan baju lainnya.
"Masuklah," tutur Sandra mempersilahkan Ana masuk.
"Kau sedang apa, Kak?" tanya Ana melihat baju baju Sandra.
"Hari ini mas Harun meminta ku datang le kantor nya, tapi aku bingung harus memakai baju apa." Jawab Sandra lesuh.
"Ah benarkah? astaga jadi hubungan kalian sudah sejauh itu?!!" tanya Ana girang sampai menepuk tangannya sendiri.
"Kau bahagia jika aku dan mas Harun bersama?" tanya Sandra menatap Ana yang langsung terdiam.
"Tentu saja aku bahagia, oh iya kakak apa kalian juga sudah proses pembuatan keponakan untuk ku?" tanya Ana nyerocos tanpa rem.
"Astaga, Ana!!!" pekik Sandra terkejut dengan pertanyaan adik ipar nya.
"Aku kan hanya bertanya kak," cicit Ana nyengir kuda.
"Yang mana yang menurut mu bagus?" tanya Sandra menunjuk 2 baju di tangannya.
"Eummm sebentar," jawab Ana justru berlari keluar dari kamar.
Sandra membereskan baju bajunya dan menata nya kembali di lemari menyisakan 2 dress miliknya yang masih bingung yang mana yang akan ia pakai.
"Kakak, ini adalah dress ku yang belum pernah ku pakai. Ayo coba, sepertinya ini pas di tubuh mu kak," ucap Ana memberikan dress cokelat muda dengan motif payet di bagian dadanya.
***
Sandra sudah bersiap untuk ke kantor Harun, ia sudah dandan dengan cantik guna menemui suaminya. Telepon Sandra berdering dimana nama suaminya yang tertera di layar ponsel.
"Halo Mas,"
"Halo, Sandra asisten ku sudah menunggu di luar jadi cepatlah bersiap nya. Oke,"
"Iya mas,"
Setelah itu Sandra bergegas keluar rumah, ia lihat mobil hitam yang biasa di suaminya pakai sudah berada di depan rumah.
"Selamat siang nona, saya di minta menjemput anda oleh tuan Harun." Sapa Azka menunduk sebentar.
"Siang, iya baiklah." Balas Sandra ramah kemudian segera masuk ke dalam mobil.
Rumah memang kebetulan sedang sepi, kedua mertua nya pergi ke rumah sakit untuk cek up sementara Ana sudah pergi ke kampus setelah membuat dirinya begitu cantik.
Tidak ada pembicaraan selama perjalanan ke kantor, mungkin saja itu peraturan yang Harun tegakkan yaitu fokus membawa mobil tanpa bicara jika tidak di tanya.
Setelah 1 jam mereka akhirnya sampai di kantor Harun, untuk pertama kali nya Sandra menginjakkan kaki di gedung balasan lantai ini.
Terlihat sedang berlangsung pekerjaan kantor, beberapa mata karyawan menatap Sandra yang mereka tahu sebagai istri atasan mereka karena kebanyakan karyawan datang saat pernikahan mereka diadakan.
"Selamat siang bu," sapaan yang Sandra dapat dari beberapa mulut karyawan.
"Siang," balas Sandra ramah.
Ruangan Harun berada di lantai paling atas yaitu lantai 24, sesampainya di depan ruangan Harun Sandra mengetuk pintu nya kemudian masuk ke dalam.
"Siang, Mas." Sapa Sandra canggung.
Sementara Harun yang mendengar suara istrinya lantas mendongak mengalihkan pandangan nya dari berkas.
"Sandra, kemarilah." Pinta Harun menjentikkan jarinya.
Sandra duduk di kursi yang ada di depan Harun, matanya meniti ruangan Harun yang begitu rapi dan sangat nyaman.
"Mau makan apa hmm?" tanya Harun seraya menutup laptop nya.
"Aku terserah kamu aja," Jawab Sandra bingung harus makan apa.
Harun baru menyadari jika istrinya sangat cantik, rambut yang di gerai serta wajah manis nya yang terpoles makeup tipis.
"Kamu cantik sekali," puji Harun tanpa sadar.
"Terimakasih, Mas." Balas Sandra gugup, Astaga jantungnya ingin melompat keluar sekarang juga.
"Ayo," ajak Harun menggandeng tangan Sandra dan mengajak nya keluar ruangan nya.
"Mas sebentar," cegah Sandra membenarkan dasi Harun yang miring.
"Terimakasih, Sayang." Ucap Harun mencium kening Sandra.
"Mas, tadi kamu panggil apa?" tanya Sandra terpaku dengan panggilan Harun barusan.
"Sayang. Bukankah wajar jika suami memanggil istrinya seperti itu," jawab Harun mengusap wajah Sandra yang terasa begitu lembut.
Sandra mengangguk, tanpa sadar matanya di penuhi air mata. Ia tidak tahu mengapa tiba tiba ingin menangis diperlakukan begitu lembut oleh Harun.
"Terimakasih, Mas." Lirih Sandra menunduk menyembunyikan air matanya.
Harun tersenyum, ia meraih dagu Sandra agar wanita itu menatap nya. Diseka air mata Sandra yang membasahi wajah nya kemudian dicium sekali lagi kening istrinya dengan mesra.
"Jangan menangis, sudah cukup air matamu keluar sia sia karena aku." Ujar Harun menatap Sandra dalam.
Sandra memejamkan matanya mendengar ucapan Harun, matanya semakin terpejam erat ketika merasakan sesuatu menempel di kedua belah bibirnya.
Harun mencoba menggerakkan bibirnya, sejak semalam merasai bibir Sandra entah mengapa ia jadi ingin terus mencoba nya seakan bibir itu mengandung nikotin yang membuatnya kecanduan.
"Jangan menangis lagi hmm," bisik Harun setelah memisahkan bibirnya dari bibir sang istri.
Sandra mengangguk, menyembunyikan wajahnya di dada Harun. Mulai sekarang ia harus terbiasa dengan perlakuan lembut Harun yang mana berhasil membuat hati nya menghangat.
1 Bab lagi malam ya😎😎
BERSAMBUNG...............