NovelToon NovelToon
Terjebak Pernikahan

Terjebak Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:113k
Nilai: 4.6
Nama Author: Momoy Dandelion

Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.

Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.

"Kenapa kamu menghindar?"

Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.

"Berhenti, Kak! Aku takut ...."

Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.

Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.

Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"

"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Tersulut Emosi

Brak!

Ralina terkejut mendengar suara pintu kamar terbuka dengan keras saat sedang mengganti pakaiannya. Ternyata Karina yang melakukannya. Melihat wajah kesal kakaknya, ia berfirasat akan dimarahi.

"Ada apa, Kak?" tanya Ralina sedikit takut. Ia yakin kakaknya kesal karena tadi pulang bersama Tristan. Mungkin saja barang-barang yang dibelikan Tristan untuknya akan diminta.

"Kamu mulai sekarang perhatikan penampilan, ya! Jangan pakai pakaian yang terlihat miskin lagi! Mau itu ke kampus atau kemana-mana! Gara-gara kamu aku kena marah Tristan!" gerutu Karina kesal.

Ralina tertegun di tempatnya. Selama ini ia tidak pernah mengeluh dengan apapun yang dipakaiannya. Apalagi uang yang diberikan orang tuanya sangat terbatas. Ia tidak punya banyak pilihan untuk memikirkan berpakaian yang sesuai standar Karina.

"Katanya kamu tadi juga dimarahi Tristan gara-gara pakaianmu?"

Ralina mengangguk. Lelaki itu memang selalu terlihat kesal padanya setiap saat.

"Pokoknya jaga penampilanmu mulai dati sekarang! Jangan sampai aku yang kena marah lagi. Awas saja kalau kamu membuat hubungan kami jadi tidak baik!" ancam Karina.

"Kak ... Mana mungkin aku punya niat melakukan hal itu? Lagipula aku kan masih berpakaian layak, memangnya memalukan?" Ralina heran saja kenapa ia diprotes hanya karena penampilannya.

"Ya ... Pokoknya jaga penampilanmu, jaga kelakuanmu! Kalau baju-bajumu kurang, ambil saja di lemariku!"

Ralina menghela napas. "Iya, Kak," jawabnya.

Ia hanya tidak mau memperpanjang urusan. Karina tidak akan berhenti memaksa sampai ia mengiyakan kemauannya. Meskipun ia tidak akan mau memakai pakaian kakaknya yang kebanyakan terlalu terbuka.

***

"Mr. Erick ingin pertemuannya dengan Anda dilaksanakan besok, Pak. Beliau tidak mau diundur-undur lagi. Saya sudah menyepakatinya, jadi besok Anda harus bertemu dengan tiga orang dari pagi hingga malam," kata Hansan.

"Hah ... Kamu kejam sekali, Hansan ...," protes Tristan.

Baru saja ia pulang mengantar Ralina, Hansan sudah menemuinya untuk memberikan informasi tentang pekerjaan yang ia tinggalkan di kantor. Hanya sehari saja ia tidak bekerja, rasanya semua pekerjaan menjadi sangat menumpuk.

"Mau bagaimana lagi, Pak? Minggu lalu Anda juga ada urusan ke Shanghai, seharusnya hari ini Anda bertemu beberapa client, tapi masih ditunda."

"Iya, iya ... Susun saja jadwalnya dan ingatkan aku besok," kata Tristan sembari memulai membuka-buka beberapa dokumen yang diberikan Hansan.

Pintu ruang kerjanya ada yang mengetuk. Hamin muncul dan masuk mendekat ke arah mereka.

"Selamat malam, Pak," sapanya.

"Duduklah!" Tristan mempersilakan Hamin duduk di samping Hansan.

"Masih lelah?" tanyanya.

Hamin mengulaskan senyum. "Tidak, Pak," jawabnya.

Hamin sebenarnya sangat menikmati tugasnya untuk mengikuti Karina. Ia serasa ikut liburan di Pulau D. Apalagi seluruh biaya ditanggung oleh bosnya itu. Ia bahkan lebih suka mengikuti Karina karena bisa pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan. Jika ia mengikuti Ralina, kehidupannya hanya seputar kampus, perpustakaan, dan toko buku. Hampir tidak pernah ia mengikuti Ralina ke tempat selain itu.

"Apa yang dilakukan Karina di sana selama satu minggu?" tanya Tristan sembari mengerjakan pekerjaannya.

"Seperti biasa, Pak. Pesta-pesta, wisata, dan belanja."

"Oh ...." Tristan tampak tak terlalu peduli dengan laporan yang Hamin berikan. Ia hanya sekedar ingin tahu.

"Tapi, Nona Karina di sana akrab dengan beberapa lelaki, Pak. Mereka peluk-pelukan, jalan gandengan tangan," imbuh Hamin.

"Ya ...."

Hamin mengernyitkan dahi mendengar respon cuek bosnya. Ia berharap ada sedikit emosi yang ditunjukkan ketika ia melaporkan nona yang menjengkelkan itu. Ia tidak habis pikir mengapa Tristan masih mau berhubungan dengan wanita tidak tahu diri seperti Karina.

"Anda ... Kenapa biasa-biasa saja?" tanyanya heran.

Tristan tertawa kecil. "Memangnya aku harus bagaimana?"

"Apa Anda akan tetap melanjutkan pertunangan dengan Nona Karina?"

"Menurut saya, dia bukan wanita yang tepat untuk Anda."

Hansan memukul paha Hamin pelan untuk memberi peringatan agar tidak asal bicara.

Tristan menutup dokumennya. Ia fokus memperhatikan kedua anak buah yang ada di hadapannya.

"Memutuskan hubungan dengan Karina itu perkara yang sangat mudah. Nanti juga ada waktu yang tepat."

Menurut Tristan, waktu yang tepat mungkin setelah Ralina lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Ia berharap wanita itu bisa hidup mandiri dan ia tak perlu mengawasinya lagi.

"Tapi ... Nyonya dan Tuan sudah mendesak Anda untuk segera menikah. Saya juga dipaksa untuk membujuk Anda," kata Hamin.

Tristan menyunggingkan senyum. "Aku juga bisa menghadapi orang tuaku. Jangan khawatir."

"Ah, iya. Ada yang ingin aku tanyakan padamu."

"Apa, Pak?"

"Ralina ... Apa dia selalu jalan kaki akhir-akhir ini?" tanya Tristan.

Hamin seketika langsung tegang. Seminggu ini ia terlalu santai sampai tidak melaporkan apa-apa tentang Ralina.

"Maaf, Pak, kalau saya salah ... Sebenarnya saya juga ingin memberikan tumpangan. Tapi, bagaimana kalau saya ketahuan? Jadi saya biarkan Nona Ralina jalan kaki. Maafkan saya," ucap Hamin takut dimarahi bosnya.

"Bukan itu yang ingin aku bahas ... Ralina apa sering jalan kaki?" Tristan menegaskan kembali pertanyaannya. Ia heran kenapa Hamin menjawab tidak sesuai pertanyaannya.

"Ah, itu ... Nona Ralina selalu jalan kaki kalau mobilnya dipakai Nona Karina. Mobil Nona Karina rusak lagi karena dipakai untuk balapan."

"Besok kamu hubungi pihak bengkel yang menangani mobilnya, bisa langsung diselesaikan atau tidak. Kalau tidak bisa selesai diperbaiki, belikan saja mobil yang baru!" perintah Tristan.

"Baik, Pak."

Hamin selalu terpukau dengan penyelesaian mudah yang dilakukan bosnya. Mobil penyok kalau lama diperbaiki lebih baik beli lagi. Tidak diragukan lagi kekuatan uangnya.

"Ah, iya, Pak. Ada satu informasi lagi yang ingin saya sampaikan tentang Nona Ralina."

Hamin mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah map berwarna coklat. Tristan menerima dan membukanya. Ia tertegun saat melihat foto-foto yang ada di dalamnya. Foto mesra Ralina dengan seorang pemuda yang wajahnya seperti tidak asing baginya.

"Nona Ralina sepertinya sedang berpacaran dengan orang itu," ucap Hamin.

"Dia siapa?"

Perasaan Tristan menjadi seperti agak kesal. Ternyata Ralina bisa tersenyum dan tertawa semanis itu bersama pemuda yang ada di foto. Apalagi posenya terlihat mesra, pemuda itu memeluk Ralina.

"Namanya Ares Angelo, teman SMA Nona Ralina. Mereka juga satu kampus, namun beda jurusan."

Tristan mengusap rambutnya. Semakin ia memandangi foto-foto itu, semakin ia merasa kesal. Aneh ... Padahal itu hanya sebatas foto tapi menyebalkan baginya.

"Sepertinya mereka merahasiakan hubungan mereka."

"Tapi, Anda pasti akan senang mendengarnya."

"Pacar Nona Ralina itu orang yang sangat baik dan juga pintar. Selalu mendapat beasiswa penuh dari SD hingga kuliah. Dia juga pekerja keras. Anda pasti akan tenang karena Nona Ralina sudah bertemu dengan orang yang tepat."

"Oh, ya? Memangnya dia punya bisnis apa?"

Tristan jadi penasaran, sehebat apa pemuda itu dibandingkan dengan dirinya. Saat kuliah dulu dia juga sudah mulai merintis bisnis sendiri.

"Ah, kalau itu ...." Hamin menggaruk-garuk kepalanya. Ia seperti bingung untuk menjelaskan.

"Pacar Nona Ralina itu berasal dari keluarga miskin. Dia bekerja keras melakukan pekerjaan apa saja untuk membiayai diri sendiri juga keluarganya."

Tristan memberikan lirikan tajam ke arah Hamin. "Kamu bilang orang seperti itu pantas untuk Ralina?"

Hamin tersenyum kikuk. "Maaf, Pak. Tapi dia sangat cerdas dan pekerja keras. Saya yakin di masa mendatang dia akan menjadi orang yang sukses dan layak untuk Nona Ralina."

Tristan semakin penasaran. Ia akhirnya ingat pernah melihat pemuda itu tiga tahun lalu di pesta ulang tahun Karina. Pemuda itu pelayan yang sempat bersama Ralina.

Ia jadi seperti ingin memukuli pemuda itu. Bisa-bisanya orang seperti itu dianugerahi wajah yang rupawan meskipun masih kalah dengannya.

"Hansan, atur pertemuan keluargaku dengan keluarga Karina. Aku ingin membahas tentang pernikahan!" perintah Tristan.

"Apa?"

Hansan dan Hamin terkejut bersamaan. Setelah semua yang Hamin laporkan, entah apa yang merasuki bos mereka sampai bisa memutuskan untuk membahas tentang pernikahan.

1
Kurnia Damiasih
toor kenapa ini ceritanya ngambang di sini,ngegantung gx ada sambunganya ,kok gx konsisten biki cerita apa udah end sampai di sini
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Darmawangsya Darmawangsya
tentu saja kurang sehat.krna tdk bahagia dengan pernikahannya.
Milla
Lanjut thorrr double up dong thorrr 🥰🤗
Eka Bundanedinar
g usah ngurusi mntan kamu tristanndia hanya sampah klo kamu tau dia nyiram ralin kamu psti murka
jls ralin sprti boneka katamu ug boleh banntah jd ya dia pasrah aj
Mommy'ySnowy 💕
d smping ralina blom membuka hati k tristan,tristan dsni jga blom mengungkapkn dgn jujur prasaannya pda ralin,jd smuanya brjln dgn pemikiran msing2,ralin yg blom ikhlas melepaskn ares,ares yg brfikir tristan mmprlakukan ralin dgn buruk,, yahh sblom ada slh stu yg memberikan pnjelasan akn trus brputar dsitu2 aja siihh hbungan kalian.. dsni lh konflik brmunculan,,, aq sbgai pmbac jd geram,pngen ares brnasib baik,pngen ralin sma tristan jga brbahagia dgn rumahtngganya,, heheh
Reni Anjarwani
lanjut thor
Darmawangsya Darmawangsya
kasihan .....
sabar yah ,,
Eka Bundanedinar
mau bagaimanapun kalian udah beda hanya ares tepmpat cerita ralin tp g bisa sekarang
selama tristan gbungkapin isi hatinya mka ralin akn tersiksa dan merasa tersiksa dg prnikahanya eda klo tristan ungkspin isihati klo dia mncintai rali
Ana💞
kenapa Tristan tdk menanyakan kabar istrinya?
Ana💞
sampai" demam di gempur semalaman 😍😍😁
Ana💞
namanya juga MP 😍😍😍
Ana💞
ini mah belah duren 😁😁
Ana💞
untuk apa Ralina pasang tarif?
Ana💞
kenapa kamu tdk paksa istrimu untuk pulang?
Kurnia Damiasih
lanjut toor menunggu upnya jangan lama2
Ana💞
Ralina datang karena ingin membantu ayahnya
Ana💞
Ralina dibutuhkan saat mereka terpojok
Ana💞
Tristan harus cari simpati dari Ralina 😁😁
Ana💞
Ares harus ikhlas ini demi kebaikan Ralina
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!