Jihan Lekisha, seorang gadis cantik yang mempunyai rasa sosial tinggi terhadap anak-anak. Ia selalu membantu anak korban kekerasan dan membantu anak jalanan. Karena kesibukannya dirinya sebagai aktivis sosial , pekerja paruh waktu dan seorang mahasiswa ia tidak tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga suatu hari ia melihat sang kekasih tidur dengan sahabatnya. Karena hal itu ia sampai jatuh sakit, lalu dirawat ibu bos tempatnya kerja. Tetapi ujian hidup tidak sampai disana. Siapa sangka anak bosnya maalah merusak kehormatannya dan lari dari tanggung jawab. Tidak ingin nama baik keluarganya jelek di mata tetangga, Rafan Yaslan sang kakak menggantikan adiknya menika dengan Jihan.
Mampukah Jihan bertahan dengan sikap dingin Rafan, lelaki yang menikahinya karena kesalahan adiknya?
Lalu apakah Jihan mau menerima bantuan Hary, lelaki yang menghamilinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bantu Aku Mengugurkan Bayi Ini
Besok harinya setelah pulang kuliah ia menunggu Hary, lelaki bertubuh tinggi berambut undercat itu terkejut karena Jihan menunggunya.
“Ada apa?” tanya pria itu sembari menyugar rambutnya ke belakang. Melihat penampilannya Jihan merasa muak. Ditambah tato yamng menyembul dari balik lengan pakaiannya. Tapi anehnya saat Jihan mencium bau tubuh Hary yang beraroma citrus ia tidak merasa mual. Ia juga menatap kopi di tangan Hary rasanya ia ingin mencicipinya.
‘Sejak kapan aku suka kopi? Hamil sialan’ Jihan mengumpat.
“Ada apa? Kamu mau?” Hary menyodorkan kopi di tangannya karena Jihan menatapnya terus menerus.
“Jangan sok baik!”
“Baiklah, ada apa?” tanya Hary dengan suara lembut.
”
Setelah melepaskan penutup kepalanya ia bukan lagi Jihan yang dulu gadis baik yang berhati lembut. Kini ia hanya seorag wanita yang dipenuhi amarah dan keputus asaan.
“ Aku ingin bicara padamu.”
“Kenapa kamu tidak memakai kerudungmu? Ini pakai.” Kemarin Hary membawa kerudung itu ke laundr, lalu hari itu ia memberikannya pada Jihan. Tapi bukan ucapan terimakasih yang didapat , tapi kemarahan dan makian.
“Aku sudah mencucinya, kamu lebih cocok memakai itu.”
Mata Jihan menatap dengan marah dan berkata,” berhenti mengomentari penampilanku Kenapa? Apa kamu ingin melakukannya lagi? Jangan sok alim!”
“Jihan kamu keterlaluan.” Hary kaget ia menatap kanan-kiri. “Baiklah tidak akan memaksa. Sekarang kamu mau bicara apa?” Hary memberi kode pada teman-temanya saat mereka mengajak Hary pulang bersama , Ia meminta mereka pergi duluan.
“Hal penting. Bukan di sini," ucap Jihan ketus
“Kamu sangat galak, tidak bisakah kamu bicara lembut."
“Jangan mengatakan apapun tentang hidupku. Kamu tidak mengenalku. Kita tidak saling mengenal satu sama lain,” ujar Jihan.
“Baiklah Nona paling benar, mari bicara.” Hary berjalan di depan
Namun bau tubuh pria itu tertiup angin dan begitu harum di hidungnya, Jihan sampai memaki-maki dirinya sendiri karena terus mengarahkan indra penciumannya pada tubuh Hary yang berjalan di depannya ia mengedusnya lalu memghirup aromanya pelan.
Lelaki yang memiliki iris mata berwarna hitam pekat itu mempersilahkan Jihan duduk dengan sopan. Mengingat semua yang terjadi dalam hidupnya ingin rasanya Jihan mencekik pria itu sampai mati.
Namun matanya kembali berulah, mata Jihan terus menatap kopi di tangan Hary, sampai-sampai pria itu menyengitkan kedua alis matanya dan bertanya. ” Kamu mau kopi ini atau bicara?”
Jihan menarik napas. “Kamu bilang ingin membantuku kan?” tanya Jihan. “Aku juga ingin jelaskan padamu, keputusan yang aku pilih ini untuk kebaikan kita,” tutur Jihan mencoba menjelaskan tujuannnya berbicara dengan Hary.
“Maka kamu harus bantu aku.”
Hary sampai menahan napas menunggu Jihan bicara ia gugup, ia takut wanita itu meminta sesuatu yang tidak bisa ia berikan. “Bantu apa?” tanya Hary .
“Aku tidak ingin hamil anak ini. Aku ingin mengugurkannya, tapi dokter meminta persetujuan suami. Aku ingin kamu berpura-pura jadi suamiku lalu kita ke rumah sakit.”
“Kamu memintaku membunuh anak itu?”
“Iya, karena dia satu kesalahan. Aku tidak mau anak ini dalam tubuhku,” ujar Jihan dengan marah.
Wajah Hary tiba-tiba berubah tegang , ia berdiri dan berkata, “minta hal itu pada Rafan.”
Jihan juga berdiri, ia sempat mual dan menutup mulut saat seseorang melintas di depannya, ia mengusap wajahnya dengan kasar. “Kamu yang melakuannya tidak bisakah kamu bertanggung jawab.”
“Kalau kamu memintaku membiayai semua kebutuhannya aku akan lakukan. Tapi kamu memintaku membunuh anak itu, aku tidak bisa.” Hary pergi.
Jihan duduk ia menutup wajahnya dengan telapak tangan dan menangis sendirian. Hary berbalik badan melihat Jihan menangis seperti itu ia juga merasa bigung. Ia tidak tega melihat Jihan menangis, jadi ia duduk kembali. Melihat Hary duduk Jihan berpikir kalau lelaki itu berubah pikiran.
“Apa kamu mau?” Hary terlihat seperti lelaki penyayang, ia bahkan tidak tega saat melihat Jihan menangis.
“Tidak.”
Jihanan mendengus kesal. Ia menatap sinis pada pria yang sudah membuatnya hamil, bahkan bayi dalam kandungannya seaka-akan ikut mengerjainya, karena bayi dalam kandungannya menyukai apa yang disukai Hary. Bahkan bau tubuhnya Jihan menyukainya, ”pergilah dari sini," usir Jihan saat Hary menolak membantunya
“Tadi kamu sepertinya ingin kopi ini, apa kamu mengidam kopi?”
Jihan menatap dengan tajam, saat hatinya marah tapi hidungnya menghianatinya, ia menghirup wangi tubuh Hary lagi dan rasanya tenang .
“Kamu mengendus apa sih. Apa aku bau?” Pria bertato itu mencium pakaian yang dipakai. “Kamu mirip-”
“Kamu meledekku?” potong Jihan kesal,
“Tidak, tunggu kamu suka kopi … aku akan membeli satu untukmu, tunggu di sini. Jaga juga kopi dan tasku.” Lelaki itu menitipkan tas rangselnya pada Jihan.
Jihan seolah-olah kehilangan kewarasannya karena kehamilannya, ia mengarahkan tas Hary ke hidungnya dan menghirup aroma wangi.
“Kok wangi bangat, parfum apa yang dipakai si berandalan ini?” Jihan dengan lancang membuka kantong tas Hary. Padahal biasanya Jihan selalu sopan sama siapun bahkan sama Fahar sang kekasih ia tidak pernah berani membuka tas, ia selalu minta ijin. Tapi ini, ia mengeledah tas milik lelaki yang sangat ia benci.
Ada parfum di sana, ia menyemprotkan pafrum itu ke lengannya dan mencium aromanya dengan perasaan bahagia. Melihat gelas kopi Hary yang dititipkan padanya, Jihan juga meminumnya , padahal selama ini Jihan tidak suka minum kopi dan tidak sukan minum bekas orang lain.
Awalnya hanya sedikit lama-ala ketagihan dan habis. Menyadari dirinya sudah gila, Jihan buru-buru pergi dan pulang ia bahkan meninggalkan tas Hary begitu saja.
“Hamil membuatku gila, berhentiah membuatku melakukan hal gila. Aku membenci lelaki itu, aku membenci ayahmu. Apa kamu tau itu?” Jihan mengomel pada perutnya.
Bersambung
Bantu like dong kakak kasih kementar kalian juga agar authornya semakin semangat untuk update banyak bab tiap hari
tapi kenapa mereka semua gk mengizinkan jihan & hary hidup bersama.