Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Candra marah pada Kirana
.
"Candra, tunggu!" teriak Kirana namun Candra tidak perduli dan tetap melanjutkan langkahnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah belakang.
"Ish, Candra!" rengek Kirana berusaha menahan tangan Candra, akan tetapi setiap Kirana ingin meraih tangan Candra, pria itu pasti akan segera menepisnya.
Candra benar-benar sangat marah saat ini.
Di sisi lain.
"Sayang," seru Tuan Raja ketika melihat sang istri yang sedang duduk di taman bunga sembari memakan cemilan. [Kue satu kacang hijau]
"Kenapa?" tanya Nyonya Amira menoleh dengan mulut yang penuh dengan cemilan kesukaannya itu.
Tuan Raja duduk di samping Nyonya Amira lalu memperhatikan wajah istrinya itu yang terlihat sangat belepotan. "Dari dulu kamu sangat suka dengan kue ini. Apa kamu tidak bosan dengan rasanaya, Sayang?" tanyanya sembari membersihkan sudut bibir Nyonya Amira secara lembut dan perlahan.
Mendengar hal itu, Nyonya Amira pun segera menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kue ini sangat enak. Aku tidak mungkin bisa bosan dengan Kue satu ini."
"Aku tahu rasanya seenak itu, Sayang. Tapi, jika memakannya terlalu banyak dan berlebihan bisa mengganggu kesehatan kamu. Mulai sekarang aku harus membatasimu memakan kue ini," ujar Tyan Raja sembari mengambil tomples kue yang sedang dipegang oleh sang istri tercinta.
"Raja!" rengek Nyonya Amira.
"Usstt ... Sebentar lagi putra kita akan mempersunting Kirana. Sepertinya aku harus membicarakan hal ini pada Asher. Semoga saja ia setuju dengan hubungan Candra dan Kirana," ujar Tuan Raja.
"Hmmm ... semoga saja,." Nyonya Amira langsung mengangguk dengan setuju.
"Candra! Tunggu!" teriak Kirana.
Teriakan tersebut membuat Tuan Raja dan Nyonya Amira terkejut.
"Itu suara teriakan Kirana, Sayang," ucap Tuan Raja. Mereka berdua pun segera berdiri dari duduknya lalu masuk ke dalam rumah.
"Candra?" Nyonya Amira dan Tuan Raja terlihat keheranan ketika melihat Candra yang melangkah menaiki tangga dengan raut wajah yang terlihat marah.
"Candra!" panggil Kirana hendak juga melangkah menaiki tangga akan tetapi Nyonya Amira segera menahannya.
"Kirana, ada apa dengan Candra?" tanya Nyonya Amira.
"Candra marah padaku, Bu!" jawab Kirana dengan mata yang berkaca-kaca.
"Mengapa Candra bisa marah padamu, Kirana?" tanya Tuan Raja dengan kening yang terlihat mengkerut.
Bersambung.
░K░a░m░u░ ░m░e░n░c░i░p░t░a░k░a░n░ ░k░e░i░n░d░a░h░a░n░ ░d░e░n░g░a░n░ ░s░i░k░a░p░m░u░,░ ░d░a░n░ ░k░a░m░u░ ░m░e░m░b░u░a░t░ ░k░e░s░a░n░ ░d░e░n░g░a░n░ ░p░e░r░i░l░a░k░u░m░u░.░ ░(░K░a░m░u░ ░m░e░n░c░i░p░t░a░k░a░n░ ░k░e░c░a░n░t░i░k░a░n░ ░d░e░n░g░a░n░ ░s░i░k░a░p░m░u░,░ ░d░a░n░ ░m░e░m░b░u░a░t░ ░k░e░s░a░n░ ░d░e░n░g░a░n░ ░p░e░r░i░l░a░k░u░m░u░)░ ░-░ ░S░o░p░h░i░a░ ░E░l░m░a░r░a░
░K░o░m░e░n░ ░y░a░ ░b░i░a░r░ ░a░u░t░h░o░r░ ░s░e░m░a░n░g░a░t░ ░j░a░n░g░a░n░ ░l░u░p░a░ ░l░i░k░e░ ░k░a░r░y░a░ ░a░u░t░h░o░r░
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.