Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13 TWINS A
Daffa yang sedang mengecek laporan keuangan kaget setelah tangan seseorang menutup matanya. Dia terlihat sangat kesal karena ada sedikit kesalahan di laporan tersebut.
"Siapa?" tanya Daffa dengan datar. "Jangan membuang waktuku, aku sedang sibuk!" lanjutnya berusaha meredam kemarahan.
Daffa mengeratkan bolpoint yang dia pegang, dirinya mengebrak meja dan langsung berdiri dari tempat duduk.
''Apa kau tidak dengar kalau—" Ucapan Daffa terputus saat dia melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini.
"Kezia!" seru Daffa, raut wajahnya berubah seketika, yang tadi marah kini jadi tersenyum.
Wanita bernama Kezia itu langsung masuk ke dalam pelukan Daffa, dia menghirup wangi harum pria itu, yang sangat dirindukan.
"Aku sangat takut karena melihatmu marah seperti tadi." ujar Kezia manja.
Daffa mengelus kepala Kezia. "Maaf, Zi. Aku tidak tahu kalau itu kau."
Pelukan mereka pun terurai.
"Kapan kau pulang? Kenapa kau tidak mengabari ku terlebih dahulu? Aku kan bisa menjemputmu di bandara."
"Aku baru saja sampai kemarin malam, dan aku sengaja tidak mengabari karena ingin membuat surprise. Ternyata kejutan ku berhasil," Kezia tersenyum lebar, dia duduk di sudut meja, dekat kursi Daffa.
"Kau ini, tidak pernah berubah." sahut Daffa menggeleng pelan, dia kembali duduk dan menatap Kezia yang Semakin cantik. Sudah setahun mereka tidak bertemu dan Daffa begitu merindukan wanita tersebut, cinta pertamanya.
"Daf, sekarang kita akan lebih sering bertemu." ucap Kezia memangku sebelah kakinya.
"Kau tidak akan kembali lagi ke Amerika?"
"Hm, benar sekali! Papa sudah memutuskan pindah kerjaku, dan sekarang aku akan mulai bekerja di kota ini. Aku sangat bahagia, bagaimana denganmu?" Kezia memeluk leher Daffa.
Pria itu hanya mampu terdiam, dia bingung harus menjawab apa. Bahagia? Itu sudah pasti, karena pada akhirnya dia bisa kembali bersama dengan wanita yang tidak bisa dia lupakan. Tetapi, disisi lain, Daffa saat ini sudah memiliki seorang istri. Dan itu sangat mempengaruhinya.
"Kenapa kau hanya diam saja? Kau tidak suka ya, melihatku menetap di kota ini?" Kezia melepaskan pelukannya.
Grep!
Kezia terjatuh di pangkuan Daffa.
"Coba katakan lagi, aku pasti akan menciummu." gurau Daffa membuat Kezia tertawa kecil.
"Lalu kenapa kau hanya diam, Daffa? Apa yang sedang kau pikirkan?"
Daffa menatap Kezia dengan sangat dalam. "Aku akan ceritakan nanti, sekarang aku sedang banyak pekerjaan, kau tunggulah aku dirumah."
Kezia memeluk Daffa, lalu setelah itu dia menegakkan tubuhnya kembali. "Baiklah, aku pergi dulu. Bye!" ujarnya tidak ingin membantah perkataan Daffa. Itu semua karena rasa cintanya pada pria itu.
Setelah Kezia pergi, Daffa memukul meja, dia merasa kesal dengan keadaan ini.
"Kenapa dia kembali disaat aku sudah menikah? Sial!" gumam Daffa merasa kesal.
*****
Kezia mengendarai mobilnya menuju kerumah Daffa, dia sudah membawa oleh-oleh untuk Zuma. Sesudah sampai dikediaman Daffa, Kezia bergegas turun.
"Di dalam terdengar sangat ramai, mungkin ada acara." ucap Kezia menerobos masuk ke dalam.
"Tante?" panggilnya, membuat Zuma yang sedang asik mengobrol langsung menoleh.
"Kezia!" seru Zuma bahagia, melihat gadis yang dia incar untuk menjadi istri Daffa.
Mereka berdua pun cipika-cipiki.
"Kapan kau sampai di Indonesia, Sayang? Tante sangat merindukanmu. Kau baik-baik saja kan?"
Kezia mengangguk. ''Kemarin sore aku sampai, Tante. Dan aku juga sangat merindukan Tante." sambungnya melirik ke arah teman-teman Zuma. "Apa aku mengganggu? Jika iya, sebaiknya aku pulang saja."
"Eh, jangan, Sayang. Ini teman-teman Tante, kami hanya mengobrol saja. Biasalah, Miss sosialita." ujar Zuma mengajak Kezia bergabung.
"Jeng, perkenalkan, dia Kezia, teman dekatnya Daffa."
"Hai," Sapa Kezia tersenyum lebar.
"Wah, cantik sekali, ya, Jeng." ucap Iris menatap Kezia yang memang sangat cantik.
"Teman dekat apa teman dekat? Jangan-jangan, dia ini calon istrinya Daffa." ujar Vera menyambungkan .
Pipi Kezia bersemu merah, dan Zuma tersenyum senang melihat itu.
"Akh, kalian ini, jangan menggodanya seperti itu." ucap Zuma memegang kedua pundak Kezia, menandakan kasih sayangnya.
"Zi, apa kau mencari Daffa? Dia sedang ada di—"
"Aku tahu, Tante. Sebelum datang kesini, aku sudah mampir dulu ke restoran Daffa."
"Ya sudah, kalau begitu mau menunggu dimana? Disini saja ya? Gabung sama Tante dan mereka."
Kezia mengangguk.
"Anin!" teriak Zuma.
Anindira yang sedang memeluk ponselnya langsung melempar benda itu ke sembarang arah, dia berlari menghampiri Zuma yang memanggilnya.
"Ada apa, Nyonya?" tanya Anindira menunduk sopan.
"Buatkan minum untuk tamu spesialku."
Anindira melirik sekilas, dia bisa melihat jelas seorang wanita cantik yang duduk di sebelah Zuma.
"Cepat, Anin!" bentak Zuma, Anindira terjingkat mendengarnya.
"B—baik." ucap Anindira pergi menuju ke dapur.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya