Gibran Erlangga terpaksa menikahi Arumi Nadia Karima karena perjodohan orang tuanya yang memiliki hutang budi.
Dua tahun pernikahannya Gibran selalu perhatian dan memanjakan Arumi.
Arumi mengira dirinya wanita paling beruntung, hingga suatu hari kenyataan pahit harus ia terima.
Gibran ternyata selama ini menduakan cintanya. Perhatian yang ia berikan hanya untuk menutupi perselingkuhan.
Arumi sangat kecewa dan terluka. Cintanya selama ini ternyata diabaikan Gibran. Pria itu tega menduakan dirinya.
Arumi memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Saat Arumi telah pergi barulah Gibran menyadari jika ia sangat mencintai istrinya itu.
Apakah Gibran dapat meyakinkan Arumi untuk dapat kembali pada dirinya?.
Jangan lupa tekan love sebelum melanjutkan membaca. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Si Ular Joana
Ibu akhirnya mendapatkan perawatan. Ia terkena serangan jantung ringan. Ibu hnya diam tak mengeluarkan sepatah katapun.
Amanda mengantar anaknya pulang. Tidak mungkin anaknya menginap di rumah sakit. Ia menitipkan anaknya dengan keluarga ayahnya. Walau berat Amanda terpaksa melakukan itu.
Joana duduk di sudut ruang rawat inap itu. Gibran mendekati wanita yang dulu sangat ia cintai itu.
"Kamu mau apa sebenarnya, Joana? Aku sudah katakan, jika aku tak yakin jika yang ada di rahim kamu saat ini adalah anakku."
"Mau bukti apa lagi? Kita udah tidur bareng malam itu. Atau mau lihat foto kita berdua tanpa sehelai benangpun?"
"Jangan macam-macam Joana. Aku yakin nggak melakukan apa-apa malam itu."
Joana berdiri dari duduknya dan menampar pipi Gibran.
"Sekarang kamu mengatakan nggak ingat apa-apa. Malam itu kamu yang memasuki melayani napsumu. Dasar lelaki pecundang. Pantas Arumi memilih meninggalkan kamu."
"Jangan bawa nama Arumi. Dia nggak akan bisa dibandingkan denganmu. Arumi wanita baik."
Ibu yang melihat Gibran dan Joana bertengkar berdeham. Membuat Gibran dan Joana sadar jika merek berada dalam ruangan perawatan ibunya.
Gibran menarik tangan Joana keluar dari ruangan. Berhenti di tempat yang agak sunyi.
"Kanapa? Sekarang kamu membela Arumi, dulu kamu selalu mengatakan kejelekannya."
"Aku baru sadar, ternyata selama ini aku mencintai wanita ular seperti kamu."
"Kemana aja kamu? Setelah delapan tahun kita berhubungan baru kamu mengatakan ini. Di kamu sangat menyanjungku. Apa karena aku tidak bisa memberikan kemewahan seperti Arumi sehingga sekarang kamu berbalik menghinaku!"
"Aku tak akan menikahi kamu sampai yakin jika itu anakku!" ucap Gibran penuh penekanan.
"Sampai aku bisa meyakinkan kamu jika ini anakmu, aku akan terus ada disampingmu. Jika nanti terbukti bukan darah dagingmu, aku yang akan pergi tanpa kamu minta!"
"Apa maksud kamu?"
"Aku ingin ada bersamamu. Kamu tau, wanita hamil itu butuh perhatian."
"Itu tak mungkin, Joana. Kita belum menikah."
"Kalau begitu, nikahi aku!"
"Apa kamu belum juga mengerti dengan apa yang aku katakan. Jika aku tak akan menikahinya sampai tes DNA menyatakan jika anak itu darah dagingku."
"Apa kamu mau foto-foto kita tersebar?"
"Kamu mengancamku?"
"Lelaki pecundang seperti kamu, pantas di ancam."
Gibran yang tak mau foto dirinya tersebar akhirnya terpaksa setuju. Ia tahu jika Joana orangnya nekat. Bisa saja ia memang menyebarkan semua foto-foto itu.
Di lain tempat Arumi sedang meminta izin pada ayahnya untuk pulang ke Jakarta. Ia mendengar kabar dari Alana jika kedua mertuanya sedang di rawat.
"Buat apa kamu bertemu keluarga itu lagi."
"Papa, Mas Gibran emang salah. Namun bukan berarti aku harus memutuskan semua siraturahmi dengan keluarganya. Saat ini kedua mertuaku itu sedang di rawat. Aku hanya ingin menjenguk dan memberikan semangat."
"Di sana pasti ada Gibran."
"Apa yang Papa takutkan jika aku bertemu Mas Gibran. Aku tak akan meminta ia kembali. Aku hanya ingin bertemu kedua mertuaku."
"Baiklah, tapi Papa tak mau kamu luluh dan menerima Gibran kembali. Dua tahun kamu telah dibohongi. Jika kamu kembali, mungkin saja ia akan mengulanginya kembali."
"Aku tau, Pa. Jangan kuatir. Hatiku telah kuat ingin berpisah."
"Arumi, sampaikan salam Mama buat kedua mertuamu. Apa kamu sudah yakin untuk kembali ke Jakarta."
"Iya, Ma."
"Hati-hati, semoga kedua mertuamu itu cepat pulih."
Arumi masuk ke kamar dan menyiapkan semua barang yang dibutuhkan untuk ke Jakarta
...............
Arumi memasuki rumah tempat ia dan Gibran itu tinggal dan berbagi kebahagiaan. Saat ini rumah kelihatan sangat sunyi.
"Non, kenapa Tuan pergi," ucap Bibi sambil berjalan mengikuti Arumi dibelakangnya.
"Maksud bibi, Tuan Gibran pergi dari rumah?"
"Iya, Non. Kemarin Tuan pergi dengan membawa dua koper besar. Tuan juga memberikan kami pesangon."
Jadi mas Gibran telah meninggalkan rumah ini.Apakah mas Gibran kembali ke rumah Ayah dan Ibu. Itulah penyebab Ayah pingsan dan jantungan? Apakah Ayah dan ibu telah mengetahui tentang perpisahan kami? Apakah kehadiran aku nanti tidak akan membuat semua menjadi lebih buruk?
Arumi masuk ke kamar dan dilihatnya isi lemari. Pakaian Gibran hanya tinggal sedikit. Wanita itu lalu membaringkan tubuhnya. Berharap semua beban pikirannya hilang sejenak.
..............
Arumi berjalan di lorong rumah sakit dengan langkah pelan. Sebenarnya ada keraguan untuk datang. Namun tangisan Alana membuat Arumi ingin menjenguk.
Arumi langsung menuju ruang rawat di mana ibu sedang berbaring di atas tempat tidur dengan berbakat baju rumah sakit. Sejak kemarin ibu hanya diam.
Gibran sudah berulang kali meminta maaf, tapi Ibu tetap tak membuka suara. Joana baru saja datang dengan membawa buahan
Joana mengetahui Ayah masuk rumah sakit ketika mendatangi rumah Gibran. Awalnya ia ingin mengatakan tentang kehamilannya.
Bibi yang mengatakan jika ayah terkena serangan jantung ringan sehingga ia harus di rawat.
Joana meletakkan sekeranjang buahan yang ia bawa di nakas yang ada di samping tempat tidur Ibu.
"Apa kabar, Bu? Apakah udah mendingan?" tanya Joana dengan tidak pedulinya.
Mata Gibran yang memandang dirinya dengan mata menyala juga tak peduli.
Alana masuk ke kamar dengan membawa sebungkus bubur ayam. Ketika matanya menangkap kehadiran Joana ia lalu menghampirinya.
"Buat apa kamu ada di sini?"
"Emang salah? Aku ini kekasih dan calon istri Mas Gibran."
"Dasar ular. Apa yang membuat Mas Gibran bisa menyukai wanita seperti kamu?"
"Bicara yang sopan, Alana. Usiaku jauh diatas kamu. Aku tak mau mencari keributan. Aku menghormati Ibu. Lagi pula ini rumah sakit."
"Kenapa? Kamu nggak terima dikatakan ular. Mas Gibran aja matanya yang buta, tak bis melihat siapa kamu sebenarnya. Dari awal kalian kenalan delapan tahun lalu, aku sudah nggak menyukai kamu."
"Alana, Joana, udahlah. Ini rumah sakit. Jangan bertengkar. Ibu sedang sakit. Kalian akan membuat sakit ibu makin parah," ujar Gibran.
Saat ini pria itu tak banyak bicara. Ia masih tak percaya hidupnya berubah dalam sehari. Ibu dan ayah terbaring di rumah sakit.
Rasa bersalah Gibran makin besar saat melihat ayahnya yang masih kritis.
Arumi melihat nomor kamar sekali lagi untuk meyakinkan jika ia tak salah. Arumi mengetuk pintu kamar rumah sakit dengan perlahan.
Bersambung
copy paste...😄
kok iso yo..
yg gk ketinggalan tuh sayur bayam ma bakwan jagung nya...
trs akhirnya copas skt jantung bawaan...bpknya kandung tuh ank gk mengakui jug ngasih dwt sesukanya.
tp yo wes ora popo...
nyong ttp syukak semua karya2 mu thor...
ttp syelalu sehat n sukses y thor👍