Raina cantika gadis berusia 23 tahun harus menerima kenyataan jika adiknya sebelum meninggal telah memilihkannya seorang calon suami.
Namun tanpa Raina ketahui jika calon suaminya itu adalah seorang mafia yang pernah di tolong oleh adiknya.
Akankah Raina menerima laki-laki itu untuk menjadi suaminya?
Apakah Raina dapat bahagia bersama laki-laki yang tidak dia kenal?
Ikuti kisah mereka selanjutnya, ya!
Jangan lupa untuk follow, like dan komentarnya!
Terima kasih 🙏 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
Arsenio menatap serius, ke arah bawah. dimana raina dan dila, sedang membicarakan sesuatu.
"Arsen." panggil Morgan sekali lagi. "Apa yang sedang kamu lihat?" tanyanya, mengikuti arah pandang arsenio.
Arsenio menatap tajam Morgan. dia pun memilih tidak menjawab pertanyaan Morgan, dan memilih pergi dari sana.
Morgan seketika mengernyitkan dahi, melihat sikap arsenio kepadanya. dia pun tidak bertanya lagi, dan mengikuti langkah arsenio.
Raina dan dila tiba-tiba saja terdiam, setelah melihat kedatangan arsenio.
Dila segera pergi dari sana, untuk mempersiapkan sarapan untuk semuanya.
"Selamat pagi." sapa Raina, kepada arsenio.
Tidak sahutan dari arsenio. hal itu pun membuat Raina merasa sedikit heran, dengan sikap arsenio yang menurutnya sangat pelit berbicara.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Kali ini Morgan bertanya, pada Raina. sebab dia tahu, jika arsenio tidak akan menjawab sapaan dari Raina.
Raina tersenyum tipis. setidaknya masih ada orang yang mau berbicara dengan dirinya. meskipun, itu bukanlah arsenio.
"Aku sedang membersihkan ruangan ini." jawabnya sopan.
Morgan pun mengangguk pelan. kini tatapannya beralih pada arsenio, yang berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Raina yang sama bingungnya dengan, Morgan. tidak ingin tetap di sana, dia pun memilih pergi dari sana.
"Kalau begitu aku permisi dulu."
Morgan mengangguk pelan, sebagai jawaban. namun tidak untuk arsenio yang terlihat acuh.
Raina pun pergi dari hadapan mereka. dia tidak lagi melihat ke arah, arsenio dan Morgan.
"Kenapa sikap mu seperti ini, arsen? Apa kamu tidak kasihan pada dia?" tanya Morgan, melirik sekilas pada arsenio.
"Dia tidak penting bagi ku. Jadi... biarkan saja. " Arsenio menjawab dengan nada dingin dan sinis. setelah itu, dia pergi meninggalkan Morgan.
"Aku harap suatu saat kamu menarik kata-kata mu, arsen. Ada masanya, kamu akan merasa jika Raina penting untuk hidup mu." gumam Morgan tegas.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di perusahaan arsenio
Kini waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. arsenio yang sedang berkutat dengan laptopnya, harus terganggu oleh kehadiran seseorang yang datang bersama Morgan.
"Maaf arsen. Pengacara keluarga kakek mu datang, untuk membicarakan hal penting dengan mu." Morgan pun mempersilahkan seorang laki-laki paruh baya berwajah tegas, untuk duduk di kursi.
Pria yang di ketahui bernama johan itu, membungkuk hormat dan tersenyum ketika melihat, arsenio. dia pun mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan, dengan arsenio.
Morgan berdiri di samping arsenio. dia pun, ikut memperhatikan tuan johan.
"Selamat pagi tuan arsenio. Bagaimana kabar anda?" Tuan johan, mengulurkan tangannya.
"Kabar ku baik, tuan johan." balas arsenio dingin. "Apa yang membuat anda datang ke sini?"
Tuan johan tersenyum tipis. dia sama sekali tidak terganggu dengan sikap arsenio. sebab dari dulu dia sangat tahu, bagaimana sikap cucu dari kliennya itu.
"Kedatangan saya ke sini ingin memberitahu, jika waktu kemarin tuan Andreas menemui saya. Dia pun menanyakan perihal harta milik kakek anda, tuan." jawaban menjelaskan.
Arsenio seketika mengeraskan rahangnya. dia pun marah saat tahu, jika ayahnya yang selama ini tidak pernah menyayanginya kini datang kembali dengan menanyakan harta milik, kakeknya.
"Lalu apa yang anda katakan pada dia?" tanya arsenio dingin.
Tuan johan menatap serius arsenio. "Saya memberitahu tuan Andreas, jika harta milik tuan arman jatuh pada anda tuan. Dan saya juga meminta beliau, untuk melakukan pertemuan dengan anda untuk membahas isi surat wasiat dari tuan arman, mengenai harta warisan."
Arsenio seketika menatap tajam, tuan johan. "Apa maksud mu, surat wasiat? Bukannya kakek sudah memberikan semua hartanya, pada ku?" tanyanya tidak Terima.
Tuan johan mengangguk pelan. "Benar tuan arsenio. Tapi, waktu itu saya di minta oleh tuan arman, untuk tidak memberitahu dulu semuanya. Dan sepertinya kali ini adalah waktu yang tepat, untuk anda dan tuan Andreas mengetahui isi surat wasiat itu."
Arsenio menghela nafas kasar. "Beritahu aku, kapan waktunya?"
"Lebih cepat lebih baik, tuan. Sebaiknya hari ini, kita rencanakan pertemuan dengan tuan Andreas. Dengan begitu, kita bisa sama-sama tahu apa isi surat wasiat itu." ujar tuan johan, memberikan saran.
Arsenio pun, menyetujui saran tuan johan. dia pun segera memberi perintah pada Morgan, untuk menjadwalkan pertemuan dengan ayah kandungnya itu.
3 jam kemudian
"Selamat siang tuan johan." Seorang laki-laki, bertubuh tinggi dan berwajah tampan menyapa tuan johan, yang sedang duduk bersama arsenio. dia adalah Andreas gaozan, ayah kandung dari arsenio.
Tuan johan pun, melihat ke arah suara. dia pun bangkit berdiri dan tersenyum, membalas sapaan Andreas.
" Selamat siang, tuan Andreas. Mari, silahkan duduk." balasnya sopan.
Andreas tersenyum. kini tatapannya beralih pada arsenio, yang sama sekali tidak menyapanya. Andreas tersenyum sinis, melihat sikap putra semata wayangnya dari hasil pernikahannya, dari istri pertamanya.
"Apa kamu tidak rindu pada papah, arsen?"
Arsenio mengeraskan rahangnya. dia merasa muak, dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Andreas. rasa sakit yang berusaha dia lupakan, kini terasa lagi saat melihat sosok laki-laki yang selama ini tidak pernah memperdulikannya.
" Baiklah tuan, sepertinya kita bisa memulai tujuan kita melakukan pertemuan ini. Sekarang juga, saya akan membacakan isi surat wasiat dari mendiang, tuan Arman." Tuan johan yang paham akan suasana hati arsenio pun, segera angkat bicara. dia tidak mau sampai terjadi keributan, antara ayah dan anak di hadapannya itu.
"Cepat katakan tuan johan. Aku yakin, jika ayah memberikan semua hartanya untuk ku. Karena bagaimana pun juga, aku adalah anak satu-satunya, ayah." sela Andreas, percaya diri dan tersenyum sinis.
Arsenio menggeram dalam hati, mendengar perkataan Andreas. dia benar-benar tidak menyangka, jika orang tuanya itu sama sekali tidak memperlihatkan rasa bersalahnya. hal itu pun yang membuat arsenio kini, semakin membenci papahnya.
Tuan johan hanya tersenyum tipis. dia pun, mengambil sebuah surat dan segera membacanya.
Arsenio dan Andreas pun, mendengarkan dengan seksama isi dari surat wasiat itu. mereka terlihat serius, mendengar apa saja yang di tulis oleh Arman sebelum meninggal.
"Pertama, tuan arman menuliskan jika semua hartanya dia berikan pada cucunya yang bernama, Arsenio gaozan." ucap tuan johan tegas.
Arsenio tersenyum tipis nyaris tidak terlihat. dia merasa menang satu langkah, dari papahnya.
Sebaliknya Andreas, terlihat tidak Terima dengan isi surat wasiat itu. dia hendak melayangkan protes, namun dia tahan ketika tuan johan kembali membaca isi surat wasiat itu.
"Tuan arman pun, memberikan dua puluh persen harta warisannya pada putranya bernama, Andreas gaozan. Itu pun dengan syarat, tuan Andreas harus meminta maaf pada tuan arsenio atas kesalahannya, beberapa tahun lalu. Maka jika sudah melakukan hal itu, harta tersebut mutlak milik tuan Andreas."
BRAKKK...!
"Apa-apaan ini! Bagaimana ayah hanya memberikan hartanya pada ku, sangat sedikit! Aku putranya, sedangkan dia hanya cucunya! Ini benar-benar tidak adil!" ucap Andreas marah.
Dengan nafas yang memburu, Andreas menatap tajam arsenio yang tersenyum penuh kemenangan.
Suasana di antara mereka kini menjadi tegang. apalagi dengan sikap Andreas, yang terlihat sangat arogan.
"Maaf tuan Andreas, bisakah anda tenang sedikit saja. Saya masih belum selesai, membaca isi suratnya." Dengan nada tegas, tuan johan pun menatap Andreas dengan tajam.
Andreas mencoba tenang. dia pun kembali mendengarkan perkataan tuan johan, meskipun dengan hati yang masih tidak terima.
"Tuan arsenio, akan menjadi pewaris mutlak kekayaan tuan arman, jika secepatnya mempunyai pendamping hidup dan juga keturunan. Dan jika kedua syarat itu belum terpenuhi, maka hak kepemilikan harta akan di tunda." ujar tuan johan, tegas.
Arsenio yang awalnya tersenyum penuh kemenangan. kini tiba-tiba saja terdiam, saat mendengarkan beberapa syarat yang di tulis oleh kakeknya. dia merasa tidak percaya, dengan apa yang dikatakan oleh tuan johan tentang wasiat kakeknya.