Nadira Ghautiah hanyalah seorang gadis berhijab yang kesehariannya bekerja sebagai akuntan. Ia tak menyangka hidupnya akan berubah 180 derajat saat bertemu seorang pria yang dikejar-kejar pembunuh.
Situasi itu membawanya pada posisi rumit nan mencekam. Kejadian demi kejadian yang berbahaya terus mengikutinya. Demi keselamatan hidupnya, ia terjebak dalam pernikahan paksa dengan Arsenio Harrington, Sang Pewaris tunggal kerajaan bisnis Harrington.
Mampukah Nadira menerima kenyataan pernikahan yang jauh dari bayangannya dan menerima fakta bahwa suaminya adalah seorang pewaris yang dingin dengan masa lalu kelam.
Bagaimana kisah selanjutnya? Nantikan hanya di novel Cinta Sejati Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CSSP Ep. 11
Arsen memarkir mobilnya tepat di bawah pohon yang rindang. Dari sana, pemandangan area pembangunan seluas 1.570 hektar itu tampak lebih luas. Teriknya matahari menambah gersang panorama. Beberapa lelaki gagah bertopi dan berseragam proyek tampak berdiri di tengah hamparan panas.
Mereka adalah tim perencana yang sebelumnya sudah Arsen kabari untuk meninjau area yang sekarang ia datangi. Arsen dan Nadira pun turun secara bersamaan, mengundang perhatian beberapa pasang mata.
Kaki jenjang Arsen melangkah mantap menghampiri seorang pria usia 30-an, dialah manajer pengawas lapangan. Kacamata hitam yang dikenakan Arsen menambah kesan wibawa bagi siapa saja yang melihatnya. Di belakang, Nadira mengikutinya laksana seorang pengikut setia. Ia tersenyum ramah pada tim pengawas di sana.
"Sudah sampai tahap mana perkembangannya?" tanya Arsen tanpa basa-basi. Mata elangnya meninjau hamparan tanah itu. Hal yang sama juga dilakukan Nadira. Tanah seluas 1.570 hektar di hadapan mereka ini nantinya akan dibangun hunian mewah dengan fasilitas lengkap.
"Sudah tahap penggalian tanah untuk pondasi bangunan, Tuan. Beberapa bahan bangunan dan eskavator sudah didatangkan pagi tadi. Untuk kerangka bangunan dan lain-lain, kami masih menunggu pihak kontraktor," jawab ketua tim pengawas itu.
"Kau sudah mengecek latar belakang perusahaan konstruksi yang menang tender itu, kan?"
"Sudah, Tuan. Mereka sudah berpengalaman dalam arsitektur bangunan selama 20 tahun. Para pegawainya juga memiliki kredibilitas tinggi, dan saya yakin proyek kita kali ini pasti berjalan lancar dan sesuai plan."
"Baik, kau urus sisanya." Manajer pengawas itu mengangguk lalu kembali bekerja. Arsen melenggang dari sana, menyusuri area yang hendak dibangun tersebut. Debu-debu berterbangan membuat rambut hitam legam Arsen kusut masai.
Tumpukan batu bata, semen, pasir, kayu dan besi yang akan digunakan dalam pembangunan nanti tak luput dari pengawasan Arsen. Ia ingin memastikan semuanya baik, tak terlupa bahan bangunan yang akan digunakan pun harus bagus dan berkualitas baik.
Teriknya matahari membuat Arsen terpaksa meneduhkan diri di celah antara bebatuan dan besi. Di seberang, Nadira tampak sibuk menelepon bagian departemen keuangan, memastikan kembali hal-hal berkaitan anggaran untuk proyek kali ini.
Bagaimana pun, ikut serta dalam pembangunan proyek bukanlah bagian dari pekerjaan utama Nadira di perusahaan. Jadi, ia harus berulang kali memastikan segala sesuatu, menimalisir kesalahan.
Dengan senang hati ia turut serta dan dengan senang hati mengajukan diri. Ia menganggap bahwa terlibat langsung dapat menambah wawasannya terhadap sesuatu. Menurutnya, manusia harus banyak belajar hal baru agar pengetahuannya tak terbatas pada satu hal saja. Orang harus berkembang seiring waktu. Selama ada kesempatan untuk belajar, kenapa tidak?
Berbeda dengan Arsen yang setengah hati datang, jika bukan karena ia satu-satunya pewaris keluarga Harrington yang sah. Ia lebih memilih pekerjaannya sebagai agent cyber crime. Sayangnya, usai Ayahnya bercerai dengan Ibunya dan dikeluarkan dari jabatan perusahaan, Areef Harrington secara suka rela menunjuk Arsen.
Kakeknya mempromosikannya sebagai direktur utama. Arsen sendiri kerap menolak, namun seiring bertambahnya usia Areef, mau tak mau Arsen menerima semua tanggung jawab itu. Perusahaan-perusahaan Harrington membutuhkan wajah baru untuk memimpin.
Jadi, di sinilah Arsen sekarang. Terjebak dalam kerumitan urusan perusahaan. Sebenarnya, ia bisa saja mengutus seseorang dan tinggal melihat hasilnya, tapi bagi Arsen. Segala hal harus dimulai dari bawah. Dengan begitu, ia bisa lebih menghargai sebuah usaha. Dibanding berpangku pada hasil, bukankah lebih bagus menerima prosesnya?
Panas kian membakar kulit Arsen, padahal meski terik menyorot bumi, semilir angin tetap mampu mengurai anak rambut Arsen yang keluar dari topi keamanannya. Sedang beberapa langkah darinya, Nadira tampak berlari panik.
"Pak Arsen! Awas!"
Bug! Nadira menabrakkan tubuhnya ke dada bidang Arsen. Membuat lelaki itu seketika limbung dan terjerembab ke tanah. Secara bersamaan, besi-besi berjatuhan ke bawah, beruntung Arsen sempat berguling sehingga bisa menghindari timpaan besi-besi itu.
Lalu, orang-orang berdatangan. Membantu keduanya, beberapa bahkan langsung merapihkan kembali besi-besi yang berjatuhan.
"Oh, Damn! What happen here?" gerutu Arsen sambil berusaha bangkit.
"Are you okay?" tanyanya pada Nadira. Ia mengulurkan tangannya hendak membantu gadis itu berdiri. Namun baru saja kakinya menapak ke tanah, tiba-tiba ia terjatuh kembali.
"Hei! Hati-hati!"
"Tidak apa-apa, Pak. Saya cuma awww!" jeritny saat Arsen tak sengaja menyentuh kakinya. "Kau terluka! Kenapa tidak bilang?!" sentak Arsen.
Nadira juga tidak tahu, sepertinya kakinya terkena besi saat Arsen menariknya tadi. "Pak jangan disentuh! Sakit...," rintihnya.
Salah seorang yang sejak tadi berada di sana mengusulkan, "Presdir, sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit saja. Sepertinya lukanya cukup dalam." Tanpa aba-aba ia melemparkan kunci mobilnya dan langsung mengangkat Nadira dalam gendongannya.
"Kau yang bawa mobilnya!" perintahnya yang langsung diangguki oleh karyawannya. Pria muda itu langsung berjalan cepat menuju mobil Arsen berada. Nadira tampak pasrah saja digendong Arsen, tenaganya terkuras seketika begitu melihat darah mengalir dari kakinya. Bersyukur Arsen cepat menghentikan pendarahan itu dengan membalut luka Nadira menggunakan sapu tangannya.
'Kau menyelamatkanku untuk kedua kalinya. Kelak, kupastikan tak akan ada seorang pun yang dapat melukaimu' lirih Arsen di sela-sela perjalanan itu.
salam kenal untuk author nya