"Apa-apaan ini?" teriak Alea
"Nikah sama aku!" perintah Niko.
"Gak mau!" tolak Alexa
"Kamu nolak siap-siap aku hancurin karier kamu juga kehidupan kamu!" ancam Niko.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Sembilan
Beberapa saat yang lalu Nicholas merasa sangat tersiksa, tetapi kini merasa lega karena bisa mengeluarkan hasratnya, dengan bantuan tangan Alexa. Meskipun rasanya berbeda, tidak senikmat saat ia memasuki milik sang istri.
Kini Nicholas sudah berdiri di bawah shower di tempat mandi. Membiarkan tubuhnya tersiram oleh air hangat. Tangan kekarnya terangkat menggusar rambutnya ke belakang.
Selesai mandi Nicholas mematikan shower, menarik handuk di dekatnya, melingkarkan ke pinggangnya. Nicholas keluar dari dalam kamar mandi, bertelanjang dada, hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Wajahnya terlihat lebih segar, rambutnya yang masih setengah basah menambah kesan seksi pada pria itu.
Nicholas berdiri, bersandar pada dinding kaca yang lumayan besar. Mata tidak henti menatap setiap gerakan Alexa, seolah tidak rela kehilangan moment itu barang sedetik pun.
"Sepertinya kamu sudah berpengalaman dalam hal ini ya," ucap Nicholas setengah mengejek Alexa.
Alexa yang sedang membereskan barang-barang mereka menghentikan aktivitasnya, mempertemukan pandangannya dengan Nicholas. Ia tahu ke mana arah pembicaraan pria itu.
"Kamu yang mengajariku waktu itu loh." Alexa mengerucutkan bibirnya sebal. "Harusnya kamu berterimakasih padaku untuk ini, kenapa malah menyindir. Jika tidak kulakukan kamu pasti akan merasakan sakit, atau mau main solo."
"Itu juga karena kamu," balas Nicholas tidak mau kalah. "Pergi bulan madu malah datang bulan," gerutu Nicholas.
"Ya, ya, ya, terserah kamu saja." Alexa memilih untuk mengalah agak perdebatan itu bisa terhenti secepatnya. "Cepatlah bersiap-siap! Aku sudah tidak sabar untuk berkeliling."
"Dasar tidak sabaran," oceh Nicholas.
"Sama sepertimu," balas Alexa membuat Nicholas mendengkus kesal. "Sini duduk, aku bantu keringkan rambutmu." Alexa menarik lengan Nicholas membawanya ke meja rias.
Nicholas menurut saja, ia duduk berhadapan langsung dengan Alexa yang berdiri, membiarkan wanitanya itu mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.
"Sudah selesai," ucap Alexa mematikan hairdryer dan juga meletakkan benda itu ke atas meja. "Ganti bajumu." Alexa mengayunkan langkahnya menjauh dari Nicholas, kembali mengemasi barang-barang mereka.
Beberapa saat kemudian Nicholas sudah berganti pakain, tetapi Alexa masih belum juga selesai merapikan barang-barang mereka. "Kamu belum selesai juga?" tanya Nicholas.
"Kamu bisa melihatnya, bukan," jawab Alexa tanpa melihat ke arah Nicholas.
"Lama, tinggalkan semua itu!" perintah Nicholas.
"Hah, apa?" Alexa kembali menghentikan aktivitasnya, berbalik menatap Nicholas dengan kesal.
"Tinggalkan itu semua. Kamu bersiaplah," ulang Nicholas.
"Tapi —"
"Cerewet"
Nicholas mencium bibir Alexa agar istrinya itu diam. "Aku akan membereskannya," ucap Nicholas.
"Sungguh?
"Hmmm"
"Baiklah."
Alexa lantas mengganti pakaiannya .
Waktu terus berjalan, semuanya juga sudah selesai. Nicholas merapikan segalanya. Alexa kagum melihat itu. Suaminya bisa merapikan segalanya dalam waktu singkat.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi waktu setempat. Udara masih terasa begitu dingin. Tetapi tidak menyulutkan Alexa untuk mengelilingi kota yang indah itu.
"Jangan lupa pakai pakaian hangatmu. Jika kamu sampai sakit itu akan merepotkan aku," ucap Nicholas.
"Jika aku sakit, aku juga tidak ingin dirawat olehmu. Bukannya sembuh, aku bisa bertambah sakit. Yang lebih parah, aku bisa-bisa menjadi sakit jiwa," balas Alexa.
TIN TIN TIN
Perdebatan mereka terhenti oleh suara klakson mobil.
"Ayo, mobil yang menjemput kita sudah datang," ucap Nicholas. "Jangan lupa bawa barang-barang kita. Kita akan langsung pulang setelah berkeliling," sambung Nicholas.
"Tidak bisakah kita berada di sini satu atau dua hari lagi?" tanya Alexa merasa tidak rela kembali begitu cepat.
"Tidak," jawab Nicholas.
"Tapi —" Ucapan Alexa langsung dipotong oleh Nicholas.
“Tidak ada perdebatan, Alexa," tukas Nicholas.
"Dasar menyebalkan!"
"Alexa …." Nicholas menarik pinggang Alexa, mengikis jarak di antara mereka, raut wajahnya berubah teduh. "Ada urusan mendesak yang membuat kita tidak bisa berlama-lama di sini. Kapan-kapan kita ke sini lagi," bujuk Nicholas.
Mendengar nada bicara Nicholas yang lembut membuat Alexa mengangguk, menurut, dan tidak lagi mengajak Nicholas berdebat. Mungkin ada urusan yang sangat penting, mengingat suaminya bukan orang biasa.
Suasana menjadi hening sesaat, Nicholas semakin menekan pinggang Alexa membuat mereka nyaris tidak ada jarak. Pandangan mereka terkunci, saling menatap penuh arti. Nicholas lebih dulu mengambil langkah, ia memiringkan kepala, mendaratkan kecupan di bibir Alexa. Awalnya hanya kecupan, semakin lama berubah menjadi lumatan. Alexa sendiri diam tanpa membalas maupun melakukan perlawanan.
"Ayo, berangkat." Nicholas mengakhiri ciuman itu dengan kecupan singkat di bibir Alexa.
Nicholas memerintahkan orang bayarannya untuk membawa barang-barang mereka. Tiga koper berukuran besar.
Tujuan utama adalah berkeliling kota, tetapi sebelum itu Nicholas mengajak Alexa berlayar mengelilingi danau. Sebuah kapal pesiar kecil Nicholas sewa untuk mereka berlayar.
Alexa sangat bahagia, terlihat jelas di wajah wanita itu. Rasanya tidak ada beban. Nicholas tersenyum tipis melihat Alexa yang terlihat bahagia. Sebenarnya ada banyak rencana perjalanan yang sudah ia susun untuknya dan Alexa, tetapi gagal karena pria bernama Daniel. Pria itu sedang mengacau di sana.
Seharusnya mereka berdua berada di Swiss selama dua minggu, tetapi karena ada sesuatu hal yang serius terjadi, membuat Nicholas memutuskan untuk pulang lebih awal. Akan tetapi Nicholas tidak bisa mengatakan alasan sebenarnya kepada Alexa.
Harusnya Nicholas pulang pagi itu, tetapi memilih menunda kepulangan mereka satu hari lagi, karena Alexa bersikeras untuk berkeliling. Nicholas pun meminta kepada Arif untuk mengurus masalah di sana terlebih dahulu.
Selesai berlayar, mereka kembali berkeliling, memilih untuk berjalan kaki, menyatukan tangan, mengisi setiap ruang di sela-sela jari mereka.
Alexa tidak berhenti merasa kagum, melihat pemandangan kota yang begitu indah dan juga menikmati udara yang bersih. Di sana mereka seolah bebas untuk bernapas karena minim polusi.
"Pemandangan yang sangat indah!" puji Alexa. "Ayo kita berfoto untuk kenang-kenangan," ajak Alexa.
"Tidak mau," tolak Nicholas mentah-mentah.
"Ayolah, please. Kumohon," mohon Alexa pada Nicholas tidak lupa memasang puppy eyes.
Kalau sudah begitu, Nicholas tidak akan bisa menolak.
"Baiklah." Nicholas akhirnya mengalah karena takut Alexa akan menangis di depan orang banyak.
Mereka berdua berdiri di atas jembatan dan berpose di tempat itu. Setelah itu Alexa meminta pengunjung lain untuk memotret dirinya dan juga Nicholas. Seseorang itu meminta kepada keduanya untuk lebih dekat lagi. Sempat merasa canggung, tetapi setelah orang itu mengancam tidak ingin memotret, akhirnya Alexa menyetujuinya. Alexa berdiri membelakangi Nicholas, tubuh belakangnya menempel pada tubuh tegap Nicholas, membiarkan sang suami memeluk perutnya. Nicholas sendiri berdiri tegap, dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana, satu tangannya lagi melingkar di perut Alexa.
Selesai mengambil foto, Alexa menghampiri orang yang membantunya mengambil gambar. Senyum mengembang di bibirnya ketika melihat hasil gambar itu. Setelah mengucapakan terima kasih, Alexa menunjukkan gambar itu kepada Nicholas.
"Bagus, 'kan?" seru Alexa. "Boleh aku post di account sosmed aku?" izin Alexa.
"Hmm," gumam Nicholas. "Lakukan apapun yang kamu suka."
sabaaaar yaaa ,,sebentar juga malam
ditunggu jawabannya thoor ,,kalo bisa jangan kelamaan hehe
nicholas yang ngelakuin itu ke Alexa, dan dia baru tahu setelah sekian lama,, makanya dia ada bersama Alexa sekarang