tag khusus : cinta lansia
“Renata Thomson ?” panggil seorang pria bernama Prima ( 48 tahun ).
Suara yang tak asing dan bahkan sangat lama sekali tak pernah Re dengar tiba – tiba memanggil jelas namanya.
Re menoleh, alangkah terkejutnya ia dengan sosok pria bertubuh tinggi dan atletis itu. Ia tergugu dalam diam. Detik berikutnya ia setengah berlari seolah baru saja melihat hantu.
Setelah 22 tahun dan berumah tangga dengan pria lain, Renata bertemu kembali dengan tunangannya dulu.
Karena Duan sudah bosan dengan kehidupannya bersama Re, pada akhirnya Duan menceraikan Renata.
Lalu apakah Re akan terbuka kembali hatinya untuk seorang Prima ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Seperti biasa setiap pagi, Mike harus membangunkan majikannya dan menyampaikan jadwal hari itu. Namun, berbeda dengan hari ini. Prima sudah bangun sejam yang lalu dan sudah mandi, ia juga sedang mencicipi secangkir kopi panas.
Mike menganga tidak percaya dengan keadaan yang baru saja ia lihat. "Tu-an, Anda sudah bangun ?"
Prima bergumam. "Pukul berapa aku akan bertemu dengan Tuan Natori?" Bahkan Prima sudah tahu jadwal pertemuan dengan pebisnis besar.
"Pukul 9, Tuan." Mike menyampaikan.
"Aku akan pergi sebentar sebelum menemui Tuan Natori. Kamu persiapkan segala urusanku."
"Anda mau kemana Tuan ?" Mike berhati - hati.
"Kamu tidak perlu mencemaskanku. Aku akan datang sesuai waktu yang sudah disepakati." Prima tak jujur mau pergi ke mana, lalu ia beranjak pergi.
Mike memandangi punggung tuannya hingga tak terlihat. Ia hanya menduga saja jika tuannya akan pergi ke rumah kontrakan tempat wanita itu tinggal.
Prima sudah tiba di kediaman Renata. Ia sendiri sedikit canggung untuk datang kemari dengan alasan apa jika ditanya nanti.
Mengetuk pintu hingga beberapa kali namun tidak mendapat sahutan. Ketika akan memutuskan pergi, pemilik rumah sewa datang menghampiri.
"Apakah Anda ingin mencari rumah sewa disini?" tegur wanita tambun itu dengan sopan.
Prima seketika menoleh, "Tidak. Aku hanya mencari seseorang. Wanita yang menempati rumah ini." menunjuk ke arah rumah Renata.
"Oh, kalau boleh tahu ada urusan apa ya?"
Prima ingat kemarin Re memperingatkan dirinya agar lekas pergi, khawatirnya ada rumor negatif.
"Tidak ada. Dia teman lamaku." begitu jawaban Prima membuat si penanya agak kurang puas.
"Kalau setiap pagi rumah ini sudah sepi." tanpa ditanya pemilik rumah sewa membeberkan keadaan Renata.
"Sepi? Kemana?" Prima ingin menggali informasi dari wanita itu.
Wanita yang sangat licik itu menebar pesona, "Sekarang semua serba mahal, tidak ada yang gratis."
Prima tahu maksud dari ucapannya. Ia pun mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikan padanya.
Seketika wanita yang licik itu terpukau, "Setiap pagi Renata pergi bekerja di butik." informasi yang sangat singkat.
Prima menunggu kelanjutan dari wanita itu.
Wanita bernama Desi itu memperlihatkan telapak tangannya meminta uang lagi.
Prima memegang kantong sakunya namun berhenti seketika. Ia tahu telah dipermainkan. "Terima kasih atas informasi yang berharga ini." lalu Prima bergegas pergi.
Desi menjadi kecewa, ia pikir akan mendapatkan uang lagi dengan menjual informasi tentang Renata.
.
Lantas Prima mencari tahu keberadaan butik apa saja yang ada di kota itu. Itu hal yang sangat mudah baginya. Untuk mencari keberadaan Renata saat ini, ia harus mengunjungi 5 tempat.
Waktunya akan terbuang sia - sia jika ia melanjutkan pencarian. Ia ingat sedang ada janji dengan Tuan Natori. Prima pun melajukan mobilnya menuju resto tempat mereka akan bertemu.
.
Lyon berusaha terus untuk mendekati Mika namun selalu saja gagal dan malah ia dibuat malu sendiri. Ia mencari cara bagaimana agar bisa dekat dengannya, minim menjadi teman.
Terlihat Ella baru saja memarkir mobilnya. Lyon buru - buru menghampirinya.
"Ella, tunggu!" panggil Lyon.
Ella yang terlihat buru - buru menghentikan langkahnya lalu menoleh. Mengerutkan dahi heran.
"Mika mana? Biasanya kalian berdua nempel terus."
Mendengar ucapan Lyon, Ella jadi berpikir tentang semalam. Jangan - jangan telah terjadi sesuatu di klub malam. Ella mematung dan lamunan nya buyar ketika Lyon memanggil namanya. "Mika mana?"
"Ehm, aku tidak tahu. Sorry, aku harus masuk kelas !" Ella menhindari Lyon dan bergegas pergi.
Lyon jadi cemas, kemana Mika ?
.
"Hah, aku sudah terlambat. Ya Ampun hari ini kan waktunya mata kuliah pak Dodik!" Mika menyibakkan selimut dan bergegas ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama ia sudah rapi dan bergegas berangkat. Bahkan ia tidak sempat sarapan.
Bus yang biasa ia naiki juga sudah lewat. Mika benar - benar apes hari ini. "Aduh, bagaimana ini ?"
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di samping Mika berdiri. Kaca mobil diturunkan oleh si pengemudi. "Butuh tumpangan?" tawarnya santun.
"Hah!" Mika menoleh kaget, "Paman?"
Mika berusaha menolak tawaran Prima untuk mengantarnya ke kampus. Ia sangat trauma dengan peristiwa yang menimpa ayahnya.
"Percayalah. Aku tidak akan macam - macam padamu." janji Prima yang dimengerti oleh Mika.
Akhirnya ia dengan terpaksa masuk ke dalam mobil mewah itu.
"Kita searah."
Tidak banyak obrolan diantara mereka. Terlihat dari gelagat Mika yang canggung dan Prima memahami itu.
"Baiklah, Mika. Kita sudah sampai di kampus." ujar Prima memberitahu.
"Ah, iya Paman Prima. Terima kasih banyak sudah mengantarku." Mika bersikap sopan.
Prima mengangguk dan setelah gadis itu turun, Prima melajukan mobilnya.
Sesampainya di kelas, Mika meminta maaf pada dosen atas keterlambatannya datang di mata kuliahnya. Karena Mika terpandang sebagai anak yang sopan dan cerdas, ia mendapat ampun dari dosennya.
"Kamu pasti bangun kesiangan." tebak Ella begitu Mika duduk di sampingnya.
"Kamu benar, aku seperti dibius."
.
Sepulang kuliah, Mika langsung berangkat kerja. Gadis 22 tahun itu sangat bersemangat sekali. Ella berpesan agar Mika selalu berhati - hati.
Lyon yang sejak pagi menunggu kehadiran Mika, saat pulang pun tak bisa bertemu. Lyon jadi kesal dan uring - uringan, Dio dan Timmy jadi pelampiasan kekesalannya.
Ella tak langsung pulang ke rumah, ia akan mampir dulu ke beberapa tempat.
Sementara itu, Renata hampir saja dipecat dan mendapat omelan dari Nyonya Eli karena kemarin bolos kerja. Renata menyampaikan keadaan yang ia alami kemarin dan meminta maaf tidak akan mengulangi lagi kesalahannya.
Sekitar pukul 7 malam, Renata baru keluar dari tempatnya bekerja. Ia ingin mampir dulu ke sebuah indomaret untuk berbelanja.
Re seolah melihat Ella dan langsung menghampirinya. "Ella, kamu disini?"
Ella tampak panik, apalagi ia sedang berdua dengan pacarnya. "Tante Re ?"
"Mana Mika ?" Re menyapu pandangan dan tidak menemukan Mika.
Mika telah berpesan pada ibunya jika hari ini main ke rumah Ella.
"Ehm, dia ...." Ella kesulitan untuk mencari alasan.
Re menjadi panik dan mendesak Ella untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Sekarang, antar aku ke tempat Mika bekerja. Kamu sudah tahu jika Mika sakit, tapi mengapa membiarkan dia bekerja?" Re sangat marah.
Ella menelan ludahnya kasar dan dengan berat hati mengantar Renata pergi ke klub malam.
Begitu tiba di sana, jantung Re berdegub begitu kencangnya melihat pemandangan yang tak pantas untuk di lihat.
Re lantas mencari manager klub malam dan bertemu dengan Yuki. Saat akan ke sana, Re menemukan Mika yang sedang mengelap meja.
"Ibu ?" ujarnya panik.
"Mika, ayo pulang sekarang ! Untuk apa kamu bekerja ? Ibu masih sanggup untuk bekerja dan membiayai kuliah kamu." Renata menyeret Mika.
Yuki mendapati pegawainya sedang ditindas. "Lepaskan Mika !" bentaknya.
"Dia putriku, jadi aku berhak mengajaknya untuk pulang!"
selamat membaca dan semoga terhibur!
😘😘😘