"Saya tidak akan pernah memaksa kamu untuk mencintai saya. Tapi yang harus kamu ketahui, cinta datang karena terbiasa bersama. Saya harap semoga kamu bisa merasakan cinta yang telah saya rasakan sejak tiga tahun yang lalu sampai saat ini Dik"
Satu kejadian yang tak pernah terduga yang saat ini sedang dialami oleh seorang gadis yang tidak percaya yang namanya cinta, gadis itu ialah Green Abreena.
Suatu hari, Abreena dinikahkan dengan seorang ustadz yang sama sekali tidak pernah ia kenal sebelumnya. Sebuah pernikahan yang terpaksa tanpa adanya cinta yang tak bisa dihindari oleh seorang gadis cantik.
Apakah kehidupan pernikahan yang dijalani oleh Abreena dan seorang Ustadz akan berjalan dengan mulus tanpa adanya ujian dipernikahan mereka?
Dan bagaimana cara mereka melalui ujian yang datang menerpa rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MamaRizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Kembali Ke Jakarta
Entah kenapa setiap Ustadzah Hana melihat kemesraan Ustadz Dayyan dan Breena, ia merasakan kecemburuan yang teramat cemburu.
"Aku akan lakukan apapun agar kau bisa jadi milikku Dayyan" ucapnya dalam hati.
Ia bertekat akan mendapatkan Dayyan dan menghancurkan rumah tangga Dayyan dan Breena. Ia pun memandang Breena dengan sorot mata kebencian.
Dirasanya Ustadz Dayyan sudah menjauh. Ia segera berjalan mendekati Breena yang sedang duduk sendirian dibawah pohon kelengkeng sambil menikmati buah yang dipetik suaminya tadi.
Kemana Mbak Ani? Kenapa ia meninggalkan Breena sendirian? Jawabannya adalah Mbak Ani siduruh Breena ke ndalem mengantarkan kelengkeng untuk para mbak mabak khadamah.
"Enak banget iya jadi kamu. Mau makan kelengkemg aja harus diambilkan dulu sama Ustadz Dayyan" ucap Ustadzah Hana ketus.
"Eeehhh Usyadzah Hana" kejut Breena yang tiba tiba Ustadzah Hana sudah berada dibelakangnya dengan wajah yang tak bersahabat.
"Sini Ustadzah duduk bareng kita makan kelengkengnya sama sama" ajaknya yang masih menampilkan senyum ramahnya.
"Tidak perlu" ketus Ustadzah Hana lagi.
Lalu ia melihat Breena dari atas kebawah berulang kali.
"Saya heran dengan Ustadz Dayyan. Apa yang dilihatnya dari kamu?" ucapnya meremehkan Breena.
"Anak kota yang manja, masih kuliah, yang hanya bisa menghambur hamburkan uang orang tuanya, bukan keturuna seorang Kyai. Dan yang pasti tidak memiliki paham agama yang lebih dari saya. Terus apa yang bisa dibanggakan dari kamu? Jika suatu saat harus menggantikan jabatan Bu Nyai?" sindirnya pedas tanpa menyadari kalau ucapannya itu membuat hati Breena sakit.
"Mungkin saya punya hati yang bersih dan tulus, makanya Ustadz Dayyan memilih saya menjadi istrinya" jawab Breena tenang.
"Asal kamu tau, seharusnya Ustadz Dayyan itu menikah sama turunan Kyai atau paling tidak iya sama Ustadzah yang paham agama. Agar bias membimbing dan mendidik anak anaknya serta para santri. Bukan sama kamu yang tidak tau apa apa itu" sarkasnya lagi semakin merendahkan Breena.
"Agama kamu tidak ada apa apanya dengan agama saya. Dan perlu kamu ketahui, saya akna berusaha mendapatkan Dayyan kembali untuk menjadi milik saya seorang. Dan saya akan melakukan apa pun caranya untuk mendapatkannya" ujar Usatadzah Hana memperingati, berusaha memancing amarah Breena.
"Saya tau ilmu agama saya tidak lebih tinggi dari kamu Ustadzah. Saya persilahkan kalau Ustadzah mau merebut Mas Dayyan dari saya. Kalau Ustadzah berhasil mungkin jodoh saya dengan Mas Dayyan sampai disitu." ucap Breena menjeda kalimatnya. Lalu berdiri dan melihat kearah Ustadzah Hana.
"Kamu seorang Ustadzah. Dan pasti kamu tau apa yang kamu ucapkan itu salah. Tapi satu hal yanh harus kamu ketahui" jedanya lagi.
"Walau pun saya anak kota yang manja menurut anda. Tapi orang tua saya tidak mengajarkan saya untuk merebut apa yang bukan milik saya dan bukan hak saya" ucapnya lembut dan tersenyum sangat manis kearah Ustadzah Hana yang hanya bisa terdiam.
"Dan ketika kamu nanti berhasil merebut milik saya. Maka saya akan dengan sehati memberikannya kepadamu Ustadzah" ucapnya tegas lalu tanpa permisi meninggalkan Ustadzah Hana yang masih terdiam dan mengepalkan tangannya.
Breena pun berjalan menuju ndalem sambil tersenyum ramah kepasa para santriwati atau pun Ustadzah yang dilewatinya.
Sedangkan Ustadzah Hana yang melihat senyumnya Breena, semakin memancarkan kebenciannya.
Ia merasa tertampar oleh kata kata terakhir yang Breena ucapkan tadi. Tetapi tekatnya sudah bulat untuk merebut Ustadz Dayyan.
Sampai di ndalem Breena kembali memikirkan semua ucapan Ustadzah Hana tadi. Ia duduk disofa dekat jendela kamarnya sambil melamun.
"*Apa aku harus meraskan kehilangan lagi untuk kedua kalinya, karena milikku direbut oleh wanita lain lagi? Apa aku tidak berhak bahagia? Kenapa ada sja yang ingin merebut apa yang sudah menjadi milikku? Ya Allah kenapa rasa begitu sakit saat ada seseorang yang terang terangan ingin merebut suamiku? Perasaan apa ini iya Allah. Kenapa aku tidka ingin ia meninggalkanku?" batin Breena
"Ya Allah lindungilah suamiku dari godaan hawa nafsu. Jangan sampai ia tergoda dengan wanita lain. Sungguh aku tak ingin dimadu ya Allah. Walau pun itu Engkau perbolehkan. Aku tidka siap untuk berbagi" lanjut Breena sambil menyeka air matanya*.
...****************...
...****************...
Malam hari setelah menyelasaikan acara makan malam. Keluarga Kyai Arsya memilih duduk bersantai diruang keluarga.
"Abah Umma" panggil Dayyan.
"Kenapa nang?" tanya Umma Hanum.
"Besok rencananya Dayyan sama Breena mau kembali ke Jakarta" ujar Dayyan tiba tiba. Sontak hal itu membuat Umma Hanum kaget.
"Kenapa cepat sekali Ian? Bukankah cuti kalian masih ada satu minggu lagi?" tanya Umma Hanum yang bingung dengan keputusan anaknya.
"Apa kamu tidak betah berada disini Nduk? Apa ada yang membuatmu tidak nyaman berada disini?" tanya nya melihat kearah menantunya yang sedang bermanja dengan suaminya.
"Ini bukan masalahnya Breena Umma. Tapi Dayyan lusa ada acara pengajian di Masjid biasa Umma. Lagi pula Breen ajuga harus mengerjakan skripsinya dan mengurus tempatnya KOAS nanti Umma" jelasnya yang tidak enak hati pada Umma nya.
"Breena pun sebernya nyaman disini Umma, tapi memang tugas Breena dikampus juga lagi padat padatnya. Karena Breena uda disemester akhir Umma" ucap Breen sedikit memberi pengertian pada Ibu mertuanya.
"Apa tidak bisa diundur nak?" tanya Abah Arsya. Sedangkan Umma Hanum sudah sedih karena anak dan menantunya akan kembali ke Jakarta.
"Maaf Abah tidak bisa" ucap Dayyan sambil menundukkan kepalanya.
Abah Arsya hanya bisa menghela nafasnya kasar. Karena sejujurnya, Abah juga ingin anaknya itu tinggal di pesantren saja.
Tetapi ia juga harus mengerti, kalau anak dan menantunya memiliki kesibukan masing masing.
Apa lagi menantunya itu calon dokter. Anak tunggal dari pasangan dokter. Dan yang jelas pewaris tunggal dari keluarga Doni Abraham. Pemilik rumah sakit terkenal yang memilik banyak cabang disetiap kota lainnya.
"Iya sudah tapi kalian harus janji sering sering main kesini kalau kalian tidak sibuk iya" pesannya.
"Iya Abah. Kalau bigitu kami kekamar dulu mau beresin barang barnag kami" pamit Dayyan yang langsung menggendong istrinya tiba tiba.
"Maaass Daayyyaaannn turuninnn" teriak Breena yang terkejut dengan aksi tiba tibanya Dayyan.
Sebenarnya bukan karena alasan pekerjaan atau pun kuliah sang istri yang membuat Dayyan memutus kembali ke Jakarta besok. Tetapi karena ia tak mau melihat istri tercintanya tertekan dengan ucapan Ustadzah Hana.
Tadi setelah Dayyan pergi, ia ingin kembali meminta lagi kelengkeng yang dipetiknya tadi. Tetapi ia malah mendengar ucapan Ustadzah Hana yang menyakitkan hati istrinya.
Bahkan ia tidak percaya kalau Ustadzah Hana teman masa kecilnya, ingin merebutnya dari sang istri.
Bahkan ketika ia mengikuti istrinya, ia melihat istrinya tengah menangis karena memikirkan hal tersebut.
Itu lah sesungguhnya yang membuat Dayyan bertekad membawa Breena kembali ke Jakarta.
...****************...
...****************...
Maaf baru Up, karena Author lagi sakit.
maaf 🙏 Thor aku kritik tulisanmu banyak salah, nulisnya ngantuk ta gmn thor