Fahira harus menelan pil pahit setelah kematian ibu nya, ia harus di jodohkan dengan orang yang telah membuat ibunya meninggal dunia.
Mengandung anak bukan alasan untuk Fahira harus menjalani hubungan pernikahan (rahasia) di sekolah, Sisi lain Fahira tidak mau mengorbankan masa depan yang panjang karena ia masih kelas 3 SMA.
Seiring berjalannya waktu, kebencian Fahira berubah menjadi cinta. Tentunya itu tidak semulus yang mereka harapkan.
Bahkan kedua nya sempat berpisah dengan waktu yang cukup lama dan akhirnya bersatu kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Alasan Fahira Menjauh.
Keesokan harinya, Fahira terbangun di jam 03.40. Biasa di jam segini gadis itu akan melaksanakan sholat subuh.
Fahira menatapi Rey yang tidur di sofa, tak menyangka permintaan dari Fahira langsung di turuti oleh pria itu.
Gadis itu merasa sedikit kasihan juga lihat Rey yang tidur tanpa selimut di sofa ruang tamu.
Fahira menghampiri Rey, dia menepuk-nepuk pipi nya untuk membangunkan Rey.
"Rey sholat subuh yuk" Gumam Fahira.
Tak ada jawaban dari Rey, suara nafas terus di hembuskan oleh pria itu. Terlihat jelas Rey tertidur dengan sangat lelap.
"A Rey..." Panggil Fahira lagi. Dan kali ini Rey terbangun, pria itu sudah menatapi wajah Fahira
"Iya, kenapa?" Tanya Rey.
"Sholat subuh yuk"
Tanpa menjawab, pria itu langsung bangkit dan berjalan malas ke kamar mandi. Sehabis sholat subuh, Fahira langsung pergi ke arah dapur untuk bersiap masak.
Berbeda dengan Rey yang memilih bersantai menonton film dibalik layar kaca.
Dua jam kemudian... Tepat nya pukul 06.00 Rey masih bercengkrama dengan layar kaca ponsel nya, selama itu Rey tidak menanyakan sesuatu apapun kepada Fahira.
Dari arah meja makan Fahira menoleh ke arah Rey. "Kenapa dia jadi berubah?" Tanyanya.
Simple saja, Rey berubah karena Fahira terus menerus mengikis rasa sayangnya dengan berpaling ke seseorang yang ia tak suka.
Sudah jelas bukan Rey meminta Fahira untuk menjauhi Gabriel, bahkan pria itu memblokir kontak Gabriel. Tapi Fahira membuka nya lagi, setelah itu menerima ajakan Gabriel dan Gita untuk belanja baju di hari liburnya kemarin.
Rey marah karena itu, raut wajah kecewa nya juga sudah tidak bisa di kontrol lagi.
"A sarapan dulu lah, jangan main ponsel terus" Pinta Fahira, Rey hanya melihat wajah nya saja tanpa bersuara. Pria itu sangat irit bicara hari ini.
Rey menurutinya, lalu seperti biasa makan bersama istri nya. Rey sekilas menoleh wajah Fahira yang agak cemberut. Rey menghampiri nya, ia mencoba memberikan sebuah elusan kepala di balik hijab yang dipakai nya.
"Cepet habisin sarapan nya, kita...." Perkataan Rey tidak sepenuhnya terucap, Fahira bergelanyut di lengan Rey, kepala nya pun sudah disandarkan ke lengan pria itu.
"Aa marah ya kemarin aku jalan sama Gabriel"
"Enggak" Jawab Rey. Pura-pura kuat walau dalam hati nya bilang 'Iya'
Ting!
Notifikasi whatsapp berbunyi, Gabriel lagi-lagi yang memberikan pesan tersebut. Dan itu Rey melihat nya.
"Tuh balas dulu WhatsApp dari ayang mu" Rey melepas tangan Fahira dari lengan nya. Ia pun langsung pergi ke garasi rumah hanya untuk memanaskan mesin sepeda motor nya.
Disana, Fahira melihat layar ponsel untuk melihat pesan dari Gabriel.
Semakin meladeni nya, pria itu semakin menjadi-jadi, kali ini berani menyebut kata sayang untuk Fahira.
"Duh gimana ya" Fahira merasa panik. Gadis itu menepuk-nepuk dagu nya untuk berpikir keras. Tak lama, Fahira menoleh ke Bik Lastri untuk meminta mempersiapkan makan sore saat ia pulang sekolah nanti.
"Siap non" Jawab Bik Lastri.
"Eumh.. Iya satu lagi bik, nanti punten belikan bibit bunga ya, aku sore mau nanam bunga di taman samping rumah" Sehabis bicara, Fahira segera menghampiri Rey di grasi rumah.
"A" Panggil Fahira.
"Ayo buruan naik" Titah Rey tanpa menjawab sapaan nya. Fahira menuruti nya.
Dalam perjalanan menuju ke sekolah pun mereka menghening tanpa obrolan.
"Hubungan macam apa ini?" Batin Rey.
Sepuluh menit berselang...
Mereka sudah sampai di gerbang sekolah.
Fahira turun dari motor, lalu berlari kecil menghampiri Gita, Rey sendiri mengatur motor di parkiran sekolah tepat di sebelah Eca yang lagi bercermin di depan sepion motor.
"Rey" Sapa Eca sambil menaruh helm bogo nya di atas spion motor.
"Kenapa ca?"
"Gimana hubungan kamu sama Fahira? Apa berjalan baik?"
Bukan suatu alasan Eca bertanya seperti itu, sebab dikala Rey menoleh ke arah Fahira, gadis itu sudah di tengah-tengah Gabriel dan Gita. Terlihat juga Fahira lagi tertawa hihi-haha bersama nya.
Rey merespon senyum dalam diam, seakan memberi kode kalau hubungan dengan Fahira baik-baik saja. Eca malah peka maksut dari senyuman Rey.
Eca mengambil botol minuman dari tas ransel nya, gadis itu berjalan dengan gerakan cepat sambil menggenggam botol itu se—erat mungkin.
Sampai di sana, Eca menumpahkan air tepat di wajah Fahira. Raut wajah Eca merasa kesal sejadi-jadinya. Perundungan tersebut tak bisa di hindarkan lagi.
Gabriel sama sekali tak membela Fahira saat di bully oleh Eca.
Niatnya dalam diri Eca gak mau ngelakuin ini, tapi kelakuan Fahira yang selalu menyia-nyiakan seseorang yang sayang sama dia seolah membuat emosi Eca keluar lagi.
"Kemarin Rangga, sekarang Rey! Sadar diri g0blok" Bisik Eca di samping telinga Fahira.
Hal yang membuat Eca merebut Rangga dari Fahira ya karena ini. Masa Eca harus merebut Rey dari Fahira kan lucu, apa lagi mereka sudah menikah.
Rey melerai keributan, dia gak marah seperti biasanya kepada Eca.
Rey ingin membawa Fahira untuk masuk kedalam kelas, Gabriel mencegah dan Eca menampar pipi Gabriel. Saat itu juga Gabriel menunjukkan kalau ia berani bentak dan menyentuh wanita tepat di hadapan Rey.
Apa mungkin Fahira sedang takut, terus di ancam sama Gabriel?
"Ada keributan apa ini?" Kata Salah satu guru.
"Biasa pak, biang onar siapa lagi" Kata Gita yang membela Gabriel.
Eca menoleh ke Gita "Git dengar ya, kamu sepupu pacar saya, saya masih menghargai kamu, kamu gausah ikut campur"
"Sudah, sudah jangan ribut! Bel sudah mau bunyi, kalian cepat masuk ke dalam kelas masing-masing" Titah guru itu terlihat sewot.
"Kelas masing-masing? tapi kita semua satu kelas loh pak, aneh" Kata Eca pelan membuat orang disekitar tidak mendengar nya.
Situasi pun telah kondusif, mereka semua sudah belajar dengan tenang.
Hingga jam istirahat pun tiba, Rey mendadak pergi dari kelas untuk menghampiri Naysila di jalanan depan sekolah.
Dalam berkomunikasi singkat melalui ponsel, Naysila memberi tahu kalau ia berkuliah di Universitas Rajawali. Jarak nya sangat dekat dengan gedung sekolahan Rey yang baru.
Naysila merasa sangat bersyukur, berhubung Nay lagi ada di foto copy untuk ngerjain tugas dari dosen, ia meminta Rey untuk bertemu hanya sekedar melepas rasa kangen setelah beberapa bulan mereka tidak bertemu.