Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 - Sepeda Hancur
Hari itu berjalan lancar bagi Rendra. Saat waktu menunjukkan jam tujuh malam, barulah dia bisa pulang. Rendra kaget sekali saat tiba di parkiran. Sebab di sana dia melihat sepedanya jatuh lagi.
Setelah diperiksa, ternyata tidak hanya bannya yang kempes, tapi beberapa baut di sepeda lepas. Stang sepeda Rendra bahkan sampai lepas.
Rendra mendengus kasar. Sudah lelah dengan segala tugas dokter koas seharian, kini keadaan sepedanya membuat lelahnya terasa dua kali lipat.
Di kampus sendiri, Rendra tak memiliki teman. Mengingat sebagian besar para mahasiswa di sana adalah anak-anak orang kaya. Bukan anak beasiswa seperti Rendra. Makanya tidak heran Rendra tidak lepas dari korban pembullyan mereka.
Dengan langkah berat Rendra bawa pergi sepeda bersamanya. Dalam lubuk hatinya, dia sering kali ingin memiliki motor seperti orang kebanyakan. Akan tetapi hal itu tentu sulit terwujud bagi Rendra. Mengingat Arini sudah mengerahkan segalanya untuk mengumpulkan biaya kuliah Rendra.
Walau mendapat beasiswa, bukan berarti juga semuanya ditanggung oleh kampus. Kadang ada beberapa hal yang harus dibeli oleh Rendra sebagai calon dokter. Terutama alat penunjang untuk kebutuhan praktek dan belajar.
Berulang kali Rendra usap keringat yang menetes di pelipisnya. Dia juga terus memperbaiki kaca matanya.
"Gini banget hidup. Harus sampai kapan aku begini," gumam Rendra. Ia sudah berjalan menyusuri jalanan trotoar samping jalan raya.
Tak lama kemudian sebuah motor berhenti tepat di depan Rendra. Ada dua orang lelaki yang menaiki motor tersebut.
Dahi Rendra berkerut. Dia sempat berpikir kalau itu orang jahat, namun setelah dilihat ternyata dirinya mengenal dua orang tersebut. Mereka tidak lain adalah Aji dan Rory. Preman yang sering ditemui Rendra di rumah bordil. Keduanya adalah anak buah Edho.
"Sudah kuduga ini kau. Kenapa sepedamu?" tanya Rory.
"Kempes, Bang. Bautnya juga lepas beberapa," sahut Rendra dengan raut wajah sedih.
"Ya ampun. Kenapa sepedamu bisa hancur begini? Ada yang ngerjain kamu?" timpal Aji. Dia dan Rory turun dari motor. Memeriksa keadaan sepeda Rendra.
"Sepertinya begitu, Bang," sahut Rendra.
"Kamu ternyata masih saja diginikan. Kan kami sudah bilang, kalau ada yang macam-macam sama kamu, kasih tahu kami. Biar kami kasih pelajaran ke mereka!" ujar Aji.
Ucapan Aji membuat Rendra tersenyum. "Aku cuman nggak pengen kalian terkena masalah karenaku," ungkapnya.
"Masalah apaan! Kami ini nggak takut sama siapapun. Apalagi sama pejabat. Kerjanya sama aja kayak kami. Ngerampok duit rakyat!" kata Aji.
"Bahkan lebih parah dari kita, Ji!" sahut Rory.
"Sekarang kau naik ke motorku. Biar Rory yang bawa sepedamu ke bengkel!" ujar Aji seraya naik ke motornya.
"Hah? Tapi..."
"Udah sana! Naik ke motor!" Rory mengambil alih sepeda Rendra. Dia dorong pemuda itu ke arah motor.
Rendra tak bisa menolak bantuan dua preman kenalannya tersebut. Dia lantas naik ke motor Aji. Lelaki dengan banyak tato itu segera menjalankan motornya.
"Sepedamu itu sudah tidak layak pakai, Tar!" cetus Aji.
"Aku tahu, Bang. Tapi kan masih berguna," sahut Rendra.
"Mulai sekarang, biar aku saja yang ngantar kamu ke rumah sakit ya. Nggak usah pakai sepeda lagi. Anggap saja juga ini adalah rasa terima kasihku karena kau sudah menolong Edho tadi pagi," ujar Aji.
"Tapi, Bang. Aku--"
"Udah! Kamu nggak boleh nolak. Aku juga penasaran dengan orang-orang yang suka ngerjain kamu di kampus. Biar Abang hajar mukanya!" potong Aji sembari fokus mengemudikan motor.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya
kalau keluar sama aja bunuh diri... udah ikut alur aja... sekarang nurut aja . entar urusan belakang.. kalau udah jadi orang hebat, dunia bisa kamu kendalikan...